Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 24 November 2020 | 06:20 WIB
Sumedi Purbo menunjukkan tempat budi daya jamur miliknya di Grogol, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman, Senin (23/11/2020). - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Saat ini Sumedi dibantu 13 orang karyawan untuk memproduksi jamur-jamur tersebut. Setidaknya dikatakan Sumedi, sekali panen bisa mencapai 1,5 ton dengan rata-rata 4 kali panenan. Dengan jamur yang berbeda masa pertumbuhan pun masa petik juga bisa dilakukan dalam sebulan sekali.

Ada beberapa jenis jamur yang saat ini dibudidayakan oleh Sumedi, di antaranya jamur tiram, kuping, lingzhie dan shiitake. Sementara untuk pengembangan lainnya ada jamur enoki, milky, portabello dan masih banyak lagi.

Menurut Sumedi, potensi pasar jamur di Indonesia itu luar biasa. Terlihat dari masih ada impor jamur dari luar negeri. Artinya itu memang ini sebuah potensi besar yang bisa dikembangkan oleh masyarakat bangsa ini.

"Bahan baku semua tersedia, di Papua ada ampas sagu, di daerah lain ada tongkol jagung dan masih banyak lainnya. Jamur itu cocok di segala musim dan divmana saja, mulai dari pesisir pantai hingga dataran tinggi pegunungan," sebutnya.

Baca Juga: Hidangan Istimewa, Mi Instan Carbonara Ayam Jamur

Tidak hanya itu, jamur juga bisa dibudidayakan di tengah kota sekalipun dengan lahan terbatas. Diungkapkan Sumedi, sudah banyak pelatihan jamur untuk ibu-ibu PKK di tengah kota yang hasilnya pun menggembirakan.

Menurutnya jika dalam budi daya jamur, menghasilkan jutaan rupiah selama sebulan hanya perlu lahan minim saja. Bahkan lahan kurang dari 100 meter persegi pun dapat menghasilkan keuntungan yang begitu menggiurkan.

Terkait pasar, Sumedi menyebut tidak perlu semata-mata mengandalkan ekspor saja sebagai tujuan bisnisnya. Pasalnya selama ini pasar lokal tidak kalah atau justru lebih menarik daripada pasar ekspor.

Dijelaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Salah satunya di pasar lokal tidak mengenal grading artinya pasar dapat terbuka lebih luas. Daya saing harga di pasar lokal pun lebih menggiurkan ketimbang ekspor.

Setelah melihat beberapa pertimbangan tersebut di lapangan, Sumedi mengakui akan lebih memfokuskan persebaran produksi jamurnya ke pasar lokal saja. Kendati sempat juga mengekspor beberapa kali, namun ia lebih merasakan daya serap yang lebih baik di pasar-pasar tradisional.

Baca Juga: Lezatnya Bikin Ngiler, Intip Resep Dimsum Ayam Jamur Berikut Ini

Ketika ditanyai siapa atau apa yang menginspirasinya menekuni usaha jamur ini, Sumedi menjawab bahwa semuanya mengalir saja. Ia merasa dulu peluang jamur yang begitu besar namun masih sepi peminat. Dari situ, Sumedi berpikir bahwa eman-eman kalau potensi itu tidak dimaksimalkan.

Load More