SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan Bantul mencatat, terdapat 80 orang terjangkit Leptospirosis. Hingga November 2020, 1 warga Bantul meninggal akibat bakteri leptospira tersebut.
"Hingga hari ini, ada satu warga Bantul yang meninggal akibat leptospirosis,"ujar Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bantul Sri Wahyu Joko Santoso, dihubungi wartawan, Jumat (4/12/2020).
Dokter yang akrab disapa Oki tersebut tak menjelaskan detail alamat satu warga Bantul yang meninggal karena bakteri leptospira ini. Namun seingatnya, warga tersebut berada di kecamatan Jetis.
"Jadi ada satu yang meninggal saya agak lupa, jika tidak salah dari Kecamatan Jetis," ucapnya.
Oki melanjutkan, dari Januari hingga November 2020, total terdapat 80 penderita leptospirosis di Kabupaten Bantul. Jumlah tersebut menurutnya hampir sama dengan tahun sebelumnya.
"Jumlah kematian tahun lalu juga sama, ada satu," ucap Oki.
Diketahui, pada tahun 2019 lalu, jumlah penderita Leptosipirosis di Bantul tercatat ada 67 orang. Sementara pada tahun 2018, ada 96 penderita.
"Angka kasusnya selalu fluktuatif. Artinya harus ada kesadaran masyarakat untuk tetap menekan angka penyebarannya. Tahun ini sudah turun, harapannya tahun depan angkanya terus turun," jelas dia.
Ia mengimbau agar masyarakat Bumi Projotamansari menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Baca Juga: Banjir Lagi, Kemenkes Ingatkan Kembali Penyakit Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit infeksi bakteri leptospira yang disebarkan oleh tikus melalui air yang terkontaminasi. Karena itu, Dinkes Bantul mengimbau warga selalu menerapkan pola hidup sehat dan bersih.
Imbauan juga ditekankan bagi warga yang bersentuhan dengan air kotor, seperti petani maupun penambang.
Caranya, setelah selesai bekerja, segera mandi dan rutin cuci tangan menggunakan sabun.
Terpisah, Sekda Bantul Helmi Jamharis mengungkapkan, walau saat ini wabah pandemi Covid-19 masih meningkat, bukan berarti Pemkab Bantul meninggalkan pengendalian terhadap penyakit lain, seperti DBD, diare, maupun leptospirosis.
Ia mengaku sudah meminta Dinas Kesehatan untuk segera meneruskan kepada instansi yang paling bawah yaitu Puskesmas.
"Kami minta untuk melakukan langkah dan upaya edukasi, pencegahan, maupun penyelesaian terhadap segala kasus yang timbul," kata Helmi.
Berita Terkait
-
Antisipasi Kapasitas RS Penuh, Pemkab Bantul Buat Shelter Isolasi di Desa
-
Bantu Seniman Bantul, BPD DIY Bangun Panggung Serba Guna di Pasar Gabusan
-
Bahayanya Bisa Picu Kematian, Viral Bocah Minum Air Comberan Demi Konten
-
Pernah Bobol Rumah, Pelaku Penjambret Guru di Bantul Merupakan Residivis
-
Buron Empat Hari, Penjambret Guru di Bantul Menyerahkan Diri
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik