Inner circle ratio di DIY adalah 1:500. Artinya dari 500 orang ada satu yang sudah terinfeksi. Jika dilihat dari data Inner Circle Ratio, maka DIY mendapatkan rangking terburuk kedua setelah DKI Jakarta. Jika dibandingkan secara setara, dari setiap kasus per 1000 orang, maka populasi DIY tertinggi kedua setelah DKI jakarta. Untuk setiap 1000 penduduk setidaknya ditemui dua kasus postif covid-19. Dalam persentase, DIY memegang angka 30,3% yakni tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Banten.
"Kasus per 1000 populasinya DIY itu ternyata ada di nomor dua sepulau jawa setelah DKI Jakarta. Jakarta itu setiap 1000 orang ada 14 yang terpapar, kalau di Jogja 2. Bahkan di indikator ini lebih parah daripada Jatim sama Jateng. Yang selalu kelihatannya buruk," terang Firdza.
Dengan fasilitas kesehatan yang minim, tren kasus aktif terus mengalami peningkatan. Jumlah fasilitas kesehatan rujukan Covid-19 di DIY paling sedikit di antara provinsi lain di Pulau Jawa. Dari 12 laboratorium di DIY beberapa di antaranya sudah mulai membatasi penerimaan sampel. Ada beberapa klaster yang muncul di DIY, yakni klaster keluarga, klaster kantor pemerintahan, klaster pondok pesantren, dan klaster pedagang makanan.
Menurut Firdza, ada beberapa hal yang perlu diwaspadai terkait dengan data indikasi pandemi tersebut. Di antaranya ia meminta warga untuk tidak terjebak halusinasi. Secara pribadi dan mewakili Pandemic Talks, Firdza menyarankan jangan hanya terjebak di angka total kasus. Indikator-indikator lainnya seperti kasus aktif juga perlu di pertimbangkan. Meski total kasus di DIY hanya 9.287, jika jumlah rumah sakitnya hanya sedikit akan berpotensi untuk collapse juga.
Baca Juga: Jelang Nataru, COVID-19 di DIY Tembus 9.071 Kasus
"Jangan terlena total kasusnya masih sedikit, kenapa? ya karena total penduduknya memang sedikit," imbuhnya.
Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi DIY untuk membuka keran wisatawan yang datang sata libur natal dan tahun baru dinilai Firdza bertentangan dengan konsep penanganan pandemi. Sebenarnya penanganan pandemi itu sederhana, yakni mengurangi tingkat penularan melalui kebijakan mengurangi mobilitas penduduk sampai 80%.
Dalam kondisi saat ini, Firdza menyarankan warga untuk tidak menambah mobilitas dengan bepergian keluar daerah dan area-area publik lainnya. Masyarakat juga diminta untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman resiko dari pandemi ini. Penerapan protokol kesehatan juga masih harus terus dilakukan. Sebisa mungkin keluar rumah hanya untuk urusan pekerjaan, sementara untuk nongkrong dan komunitas hobi untuk ditunda terlebih dahulu.
Baca utas Firdza soal pandemi di DIY DISINI
Baca Juga: Restu Bumi Kreo, Al Ghazali dan Dul Jaelani Namakan Destinasi Baru di DIY
Berita Terkait
Terpopuler
- Istri Menteri UMKM Bukan Pejabat, Diduga Seenaknya Minta Fasilitas Negara untuk Tur Eropa
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas MPV 1500cc: Usia 5 Tahun Ada yang Cuma Rp90 Jutaan
- 5 Rekomendasi Pompa Air Terbaik yang Tidak Berisik dan Hemat Listrik
- Diperiksa KPK atas Kasus Korupsi, Berapa Harga Umrah dan Haji di Travel Ustaz Khalid Basalamah?
- 5 AC Portable Mini untuk Kamar Harga Rp300 Ribuan: Lebih Simple, Dinginnya Nampol!
Pilihan
-
7 Rekomendasi Merek AC Terbaik yang Awet, Berteknologi Tinggi dan Hemat Listrik!
-
Daftar 7 Sepatu Running Lokal Terbaik: Tingkatkan Performa, Nyaman dengan Desain Stylish
-
Aura Farming Anak Coki Viral, Pacu Jalur Kuansing Diklaim Berasal dari Malaysia
-
Breaking News! Markas Persija Jakarta Umumkan Kehadiran Jordi Amat
-
Investor Ditagih Rp1,8 Miliar, Ajaib Sekuritas Ajak 'Damai' Tapi Ditolak
Terkini
-
Kesaksian Warga Soal Cekcok Order Kopi Berujung Ricuh, Driver Ojol Disebut Sempat Telat Berjam-jam
-
Polisi Pastikan Telusuri Provokator Aksi Massa Driver ShopeeFood di Sleman yang Berujung Ricuh
-
Duh! Ricuh dengan Pelanggan di Sleman, Mobil Polisi Dirusak Ratusan Driver ShopeeFood
-
Kronologi Amuk Massa Ojol di Sleman, Dari Pesanan ShopeeFood Telat hingga Perusakan Mobil Polisi
-
Terjadi Kericuhan di Jalan Godean, Massa Rusak Satu Buah Mobil di Sleman