Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 25 Desember 2020 | 11:19 WIB
Angkringan Arto Moro, di Jalan Margo Utomo, Yogyakarta, tepatnya di depan kantor induk PT PLN Persero Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah II, Kamis (24/12/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Lalu setelah itu, kurang lebih sebulan ternyata kasus kembali meledak. Saat itu, pendapatan angkringan miliknya mengalami penurunan yang sangat drastis dan itu berlangsung hingga sekarang.

Merespon kondisi tersebut, Devina mengaku masih tetap bersyukur walaupun dengan himpitan dampak pandemi Covid-19 yang semakin menjadi-jadi. Sebab ia masih buka dan setidaknya mendapat sedikit pundi-pundi rupiah dari hasil jualannya.

"Masih bisa bayar karyawan, bayar operasional dan lain-lain. Walaupun memang mepet banget bahkan kadang tombok tapi aku masih bersyukur bisa bertahan. Karena ngeliat usaha-usaha yang lain banyak juga yang tidak bisa bertahan," tuturnya sambil menggantung rentengan bungkus minuman di tali yang ada.

Davina menyebutkan bahwa sebenarnya ia sekarang memiliki dua karyawan. Hal itu untuk mendukung operasional selama liburan natal dan tahun baru.

Baca Juga: Kasus Covid-19 Urung Reda, Pemda DIY Perpanjang Lagi Masa Tanggap Darurat

Saat ini satu karyawannya sedang merayakan natal sehingga masih satu yang ada di angkringannya. Namun dengan informasi yang beredar tentang pembatasan jam operasional ini, kata Davina menjadikannya ragu untuk menambah karyawan lagi.

"Dapet kabar ini jadi kayak dilema. Ah mumet pokoknya, intinya jualan dulu aja deh. Dapet rezeki syukur enggak ya udah, yang penting udah usaha," cetusnya.

Tidak dipungkiri bahwa Davina sudah berharap banyak dengan momen libur nataru kali ini. Harapannya dengan kedatangan banyak wisatawan bisa menutup kerugian atau minus yang terjadi selama beberapa bulan lalu.

Walaupun ia sendiri tidak begitu kaget dengan aturan pembatasan jam ini. Sebab memang selama ini operasional angkringan miliknya agak berbeda dengan angkringan di tempat lain.

"Tidak begitu kaget sebenarnya. Kalau yang lain bukanya sore banget gitu, tutupnya sampai subuh gitu. Ngga bisa aku. Untung aku terbiasa buka lebih awal dan tutup juga lebih awal, biasanya jam 15.00 WIB sore udah prepare dan jam 16.00 WIB sore bisa jualan nanti tutup jam 00.30 WIB atau jam 01.00 WIB pagi," terangnya.

Baca Juga: Satpol PP DIY Perketat Pengawasan di Pantai Selatan Selama Libur Nataru

Bahkan beberapa kali jam 23.00 WIB malam pun sudah tutup. Sebab kondisi hujan yang cukup deras atau pengunjung yang sepi. Bahkan saking sepinya pembeli, ia hanya mendapat Rp7.000 saja selama buka seharian.

Davina sendiri juga bingung harus menanggapi aturan tentang pembatasan jam operasional ini seperti apa. Sebenarnya ia setuju saja dengan aturan ini asalkan semua kompak atau sepakat.

"Sepakat artinya semua sektor diberlakukan hal yang sama. Semisal pariwisata tidak dibuka, kalau ini kan rancu jadinya. Kadang yang tidak make sense adalah kenapa harus steril tapi masih menerima wisatawan," keluhnya.

Terkait dengan wacana penutupan total kawasan Tugu, Malioboro hingga Nol Kilometer selama sehari penuh ketika tahun baru mendatang, Davina tak mau ambil pusing. Ia lebih memilih menaati aturan yang ada jika memang itu sudah diputuskan secara resmi.

"Kalau memang ada wacana ditutup seharian saat tahun baru ya udah kita juga pergi juga nggak usah jualan. Mendingan kita jalan-jalan. Rezeki udah ada yang ngatur, kita mah nurut aturan aja," tandasnya.

Sementara itu penjual angkringan lainnya, Marni, mengaku memang sudah mendapat informasi tersebut. Ia yang juga sudah berharap banyak libur nataru ini menjadi lahan subur dalam mengais rezeki kini hanya bisa gigit jari dengan aturan pembatasan jam operasional ini.

Load More