SuaraJogja.id - Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) memastikan, sudah tidak ada pergerakan dorongan magma dari dalam Gunung Merapi. Saat ini, posisi magma sudah mencapai ke permukaan, ditunjukkan dengan fenomena guguran lava pijar dan awan panas guguran.
Hal itu disampaikan langsung oleh Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, kepada awak media, Selasa (19/1/2021). Terdapat beberapa faktor yang dapat digunakan untuk memastikan dorongan magma itu telah berhenti.
Pertama, terkait dengan menurunnya tingkat seismisitas secara drastis. Penurunan itu sudah terjadi terhitung sejak 12 Januari 2021 kemarin.
"Seismisitas vulkanik berupa kegempaan dangkal yang biasanya puluhan hingga ratusan sudah menurun drastis," kata Hanik.
Baca Juga: Ancaman Bahaya Merapi Berubah, Pengungsi Kelompok Rentan Tetap Bertahan
Kemudian seiring dengan menurunnya kegempaan dangkal di Gunung Merapi, dibarengi juga deformasi yang juga semakin jauh mengecil. Jika sebelumnya puncak deformasi Gunung Merapi dapat menyentuh hingga 21 cm per hari, sekarang menjadi kurang dari 2 cm per hari.
"Fenomena menurunnya seismisitas, itukan berarti magma sudah sampai ke permukaan. Hal itu juga ada kaitannya tadi dengan deformasi, artinya sudah tidak ada lagi tekanan yang mendorong tubuh gunung api tersebut," tuturnya.
Dijelaskan Hanik, kegempaan vulkanik itu merupakan fenomena dimana pada saat magma mendesak suatu material untuk menuju ke permukaan. Desakan itu seolah membuat jalan agar magma tersebut dapat keluar.
"Nah karena sekarang sudah ada jalannya jadi seismisitasnya juga menurun. Yang ada sekarang, berarti adalah magma yang memang sudah ada dipermukaan dan sudah keluar sehingga terjadi fenomena saat ini lava pijar dan awan panas guguran. Mudah-mudahan memang cukup sekian. Tapi tetap kita ikuti perkembangan aktivitas yang ada," paparnya.
Selain itu Hanik juga menuturkan sejak memasuki fase erupsi tahun 2021, pada 4 Januari lalu, kubah lava di Gunung Merapi terus mengalami pertumbuhan. Meski begitu pihaknya menyampaikan pertumbuhan kubah lava saat ini masih tergolong rendah.
Baca Juga: Hujan Abu Vulkanik Merapi
Kubah lava yang berada di sisi barat atau tepatnya di lava 1997 tersebut memiliki pertumbuhan 8 ribu meter kubik perhari. Namun angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan perkembangan kubah lava Merapi dalam periode erupsi beberapa tahun lalu.
“Seperti di tahun 2006 itu bisa mencapai 70 ribu meter kubik per hari. Bahkan setelah gempa [Bantul] bisa sampai lebih dari 120 ribu meter kubik per hari. Sekarang ini masih kecil," cetusnya.
Meski begitu, Hanik tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan adanya potensi luncuran awan panas yang semakin sering muncul. Walaupun memang hingga saat ini jarak luncuran itu juga masih dalam radius yang tergolong pendek.
Sebelumnya Kasi Gunung Merapi Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, probabilitas erupsi Gunung Merapi kali ini dominan ke arah erupsi efusif yakni sebesar 40 persen.
"Probabilitas itu melampaui probabilitas lain yaitu potensi erupsi eksplosif dan kubah dalam yang lantas menurun secara signifikan," kata Agus.
Melalui kesimpulan itu, kata Agus, ditambah memperhatikan erupsi saat ini yang mengarah ke barat daya. Maka potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.
Potensi bahaya itu bakal berfokus pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak.
Perlu diketahui hingga saat ini, BPPTKG masih mempertahankan status Merapi di tingkat Siaga (Level III).
Berita Terkait
-
Ancaman Bahaya Merapi Berubah, Pengungsi Kelompok Rentan Tetap Bertahan
-
Hujan Abu Vulkanik Merapi
-
Gunung Merapi Luncurkan Awan Panas, Kawasan Boyolali dan Klaten Hujan Abu
-
Warga Boyolali Alami Iritasi Mata Dampak Hujan Abu Erupsi Merapi
-
Warga Klaten dan Boyolali Wajib Waspada, Terjadi Hujan Abu Erupsi Merapi
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
Manchester United Hancur Lebur: Gagal Total, Kehabisan Uang, Pemain Buangan Bersinar
-
Srikandi di Bali Melesat Menuju Generasi Next Level Dengan IM3 Platinum
-
30 Juta Euro yang Bikin MU Nyesel! Scott McTominay Kini Legenda Napoli
-
Cinta Tak Berbalas! Ciro Alves Ingin Bertahan, Tapi Persib Diam
-
Kronologis Anak Kepsek di Bekasi Pukul Siswa SMP Gegara Kritik Dana PIP
Terkini
-
Hadiah Digital yang Bangkitkan Solidaritas Sosial, Klaim 3 Link Saldo DANA Kaget Ini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai