Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 22 Januari 2021 | 19:26 WIB
Gunung Merapi mengeluarkan lava pijar yang tampak dari Purwobinangun, Pakem, Sleman, Yogyakarta, Selasa (5/1/2021). [ANTARA FOTO]

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatatkan pertumbuhan volume kubah lava Gunung Merapi. Tercatat per 21 Januari 2021 volume kubah lava telah menyentuh angka 104 ribu meter kubik.

Kepala BPPTKG Hanik Humaida menjelaskan perubahan morfologi yang signifikan pada Gunung Merapi teramati pada sisi barat daya. Bukan tanpa sebab, kata Hanik, hal ini dikarenakan ada pertumbuhan kubah lava di bagian tengah Merapi.

"Jumlah dari kubah lava yang ada di tengah, kita amati per tanggal 21 Januari 2021 tumbuh menjadi sebesar 104 ribu meter kubik," kata Hanik kepada awak media, Jumat (22/1/2021).

Disebutkan Hanik, pertumbuhan itu dilihat dari data terakhir yang sempat disampaikan awal pekan kemarin. yakni sebesar 85 meter kubik, sehingga jika dihitung pertumbuhan volume kubah lava saat ini dari kemarin berada di kisaran angka 46 ribu meter kubik.

Baca Juga: Kemungkinan Erupsi Efusif Lebih Besar, Potensi Bahaya Merapi ke Barat Daya

"Untuk kecepatan pertumbuhan kubah lava saat ini adalah 19 ribu meter kubik per hari dengan rata-rata 8,6 ribu meter kubik per hari. Angka ini masih di bawah normalnya Merapi," terangnya.

Hanik juga menuturkan sejak memasuki fase erupsi tahun 2021, pada 4 Januari lalu, kubah lava di Gunung Merapi memang terus mengalami pertumbuhan. Meski begitu pihaknya menyampaikan pertumbuhan kubah lava saat ini masih tergolong rendah.

“Seperti di tahun 2006 itu bisa mencapai 70 ribu meter kubik per hari. Bahkan setelah gempa [Bantul] bisa sampai lebih dari 120 ribu meter kubik per hari. Sekarang ini masih kecil," cetusnya.

Menurut Hanik, kecepatan pertumbuhan volume kubah lava Merapi dapat menjadi salah satu indikator untuk memetakan potensi daerah rawan bencana. Namun jika dilihat dari sekarang ini, kata Hanik, sisi tenggara belum mengalami perubahan.

"Namun demikian kita tetap harus konsen ke dalam pemantauan atau pengamatan yang di dalam kawah," tegasnya.

Baca Juga: Dirasa Aman, Warga Pengungsi Merapi Kabupaten Magelang Memutuskan Pulang

Hanik menambahkan aktivitas seismik Gunung Merapi juga telah mengalami penurunan sejak 12 Januari 2021 lalu. Begitu juga dengan penggembungan tubuh gunung api atau deformasi yang tercatat sudah landai.

"Deformasi kalau pantauan dari Babadan sempat menyentuh angka maksimum sampai dengan 21 centimeter per hari. Namun sekarang sudah landai, sudah tidak ada deformasi lagi di sisi barat," jelasnya.

Disampaikan Hanik, berdasarkan total distribusi probabilitas dari 17 indikator, erupsi efusif masih berada paling atas dengan probabilitas sebesar 43,2 persen. Sementara untuk potensi eksplosif dan kubah-dalam menurun secara signifikan.

Melalui kesimpulan itu, ucap Hanik, ditambah memperhatikan erupsi saat ini yang mengarah ke barat daya, maka potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.

Potensi bahaya itu bakal berfokus pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu. Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III).

Load More