Guna menjaga tidak adanya masyarakat yang nekat menerobos naik untuk melihat lebih dekat puncak Merapi, Eko bersama relawan lain, ditambah dengan pihak berwenang, selalu menjaga jalan itu setiap saat.
"Baik siang ataupun malam di sini banyak orang yang mau naik terus, tapi sesuai rekomendasi BPPTKG jadi beberapa titik harus diamankan," ujarnya.
Dengan anggota relawan yang hampir kurang lebih sekitar 63 orang, sistem penjagaan dilakukan secara bergantian.
Walaupun memang tidak bisa ditentukan setiap harinya berapa orang yang akan berjaga di basecamp tersebut, tapi tempat itu tak pernah kosong.
"Kita selalu berkabar dengan relawan lain jika memang Merapi beraktivitas kembali misalnya mengeluarkan awan panas guguran atau lava pijar. Setiap malam tidak pernah kosong. Kadang kalau malam, suara guguran itu terdengar lebih keras karena memang sepi, kalau siang pun yang sempat naik cari rumput selalu dengar jika ada guguran," ungkapnya.
Sementara itu, Dukuh Tunggul Arum Kristanto memilih untuk mengambil langkah tegas untuk memberlakukan pembatasan aktivitas di wilayahnya. Pasalnya banyak warga dari luar dusun yang datang pasca-kemunculan lava pijar Gunung Merapi.
"Sejak kemunculan lava pijar mulai ramai itu terus banyak yang datang. Mereka penasaran terus datang untuk foto-foto saja," kata Kristanto.
Menurut Kristanto pemberlakukan pembatasan wilayah itu dilakukan guna mengantisipasi sebaran Covid-19. Selain juga dianggap menambah beban ketika sewaktu-waktu diperlukan mitigas bencana erupsi Merapi.
"Sehingga warga memang sudah sepakat untuk menutup portal pintu masuk yang berada tepat di sisi bawah gardu pandang Tunggularum," ucapnya
Baca Juga: Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar Sebanyak 29 Kali
Dijelaskan Kristanto, penutupan portal berlaku efektif sejak pukul 18.00 setiap harinya. Di sekitar lokasi, ada juga warga yang turut berjaga agar tak ada yang mencuri kesempatan untuk masuk lebih jauh lagi.
"Ya agar saat sewaktu-waktu terjadi erupsi jalur evakuasi bisa digunakan dengan lancar. Kami khawatir karena warga dari luar belum tahu medan di sini terlebih lagi ini masuk wilayah kawasan rawan bencana (KRB) juga," tandasnya.
Berita Terkait
-
Dalam 6 Jam, Gunung Merapi Luncurkan Lava Pijar Sebanyak 29 Kali
-
Ustaz Yahya Waloni Disorot karena Ogah Pakai Masker dan 4 Berita SuaraJogja
-
Jalur Evakuasi Gunung Merapi di Dua Dusun Belum Diperbaiki, Ini Penyebabnya
-
Kelompok Rentan di Glagaharjo Masih Bertahan, Rencana Pulang 26 Januari
-
Hari Ini, Gunung Merapi Sudah Keluarkan 17 Kali Guguran Lava Pijar
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
- 5 Rekomendasi Cushion Mengandung Skincare Anti-Aging Untuk Usia 40 Ke Atas
- Djarum Buka Suara soal Pencekalan Victor Hartono dalam Kasus Dugaan Korupsi Tax Amnesty
- 5 Smartwatch Terbaik untuk Olahraga dan Pantau Detak Jantung, Harga Mulai Rp300 Ribuan
Pilihan
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
Terkini
-
Jeritan Hati Sopir TransJogja: Gaji Tipis, Denda Selangit, dan Ironi di Balik Kemudi
-
Jelang Libur Nataru, Kapolri Pastikan DIY Siap Hadapi Ancaman Bencana La Nina dan Erupsi Merapi
-
Tragis! Angin Kencang Tumbangkan Pohon di Monjali Sleman, Dua Orang Tewas
-
Kisah Ironis di Jogja: Bantu Ambil Barang Jatuh, Pelaku Malah Kabur Bawa Dompet dan Ponsel
-
Jaga Warga Diminta Jadi Pagar Budaya Penjaga Harmoni Yogyakarta