Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 29 Januari 2021 | 12:30 WIB
Awan panas guguran Gunung Merapi terlihat dari Kaliurang, Sleman, DI Yogyakarta, Rabu (27/1/2021). - (ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/wsj)

SuaraJogja.id - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menerbangkan drone menuju kawasan puncak Gunung Merapi. Hal ini dilakukan guna melakukan validasi jarak luncur awan panas guguran yang terjadi beberapa waktu lalu.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan penerbangan drone ke wilayah area puncak Gunung Merapi ini diperlukan untuk mengambil foto udara di alur Kali Boyong. Selain itu nantinya dapat digunakan untuk memastikan kembali jarak luncur awan panas guguran tersebut.

“Hasil foto udara menunjukkan jarak luncur awan panas guguran pada Rabu, (27/1/2021) kemarin mencapai 3,5 km untuk jarak miring atau 3,2 km jika dihitung jarak horizontal," kata Hanik melalui keterangan tertulis kepada awak media, Jumat (29/1/2021).

Hanik mengatakan jarak luncur awan panas guguran tersebut masih dalam rekomendasi jarak bahaya yang telah ditetapkan BPPTKG. Dari rekomendasi yang telah diberikan jarak atau radius bahaya berada di 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.

Baca Juga: Jam 10 Tadi, Merapi Luncurkan Awan Panas Guguran Jarak Luncur 2.000 Meter

Sebelumnya diketahui dalam aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan Rabu (27/1/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB lalu telah terjadi 52 kali muntahan awan panas. Jarak maksimum luncuran lava pijar tersebut tercatat sepanjang 3000 meter atau 3 kilometer ke arah barat daya atau tepatnya ke Kali Boyong dan Krasak.

Amplitudo yang tercatat dalam muntahan awan panas periode tersebut berada di antara 15-77 mm dengan durasi 75-317.8 detik. Sementara untuk tinggi kolom teramati tersapu angin kencang dari Barat ke Timur rata puncak.

Dari data yang tercatat BPPTKG untuk guguran terjadi sebanyak 274 kali. Dengan amplitudo berkisar antara 4-65 mm dan durasi 11-200 detik.

Disampaikan Hanik, berdasarkan total distribusi probabilitas dari 17 indikator, erupsi efusif masih berada paling atas dengan probabilitas sebesar 43,2 persen. Sementara untuk potensi eksplosif dan kubah-dalam menurun secara signifikan.

Melalui kesimpulan itu, ucap Hanik, ditambah memperhatikan erupsi saat ini yang mengarah ke barat daya. Maka potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas.

Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Wedhus Gembel Meluncur Hingga 3 KM

Potensi bahaya itu bakal berfokus pada sektor Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer. Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau sejauh maksimal 3 kilometer dari puncak.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu. Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III).

Load More