SuaraJogja.id - Ahli forensik wanita pertama di Asia dr Sumy Hastry Purwanti membagikan pengalamannya saat ikut dalam penanganan bencana Gunung Merapi tahun 2010. Ketika erupsi besar terjadi dan abu sudah mencapai kawasan Muntilan, dr Hastry dihubungi untuk ikut membantu penanganan di Yogyakarta. Saat itu, dr Hastry masih berada di Semarang dan ia ikut mengalami situasi erupsi terbesar selama seratus tahun terakhir tersebut.
Sebelum ke Jogja, dr Hastry sempat berkunjung ke beberapa wilayah lainnya di Jawa Tengah yang juga terkena dampak letusan. Ia menceritakan jika di Jogja lebih banyak korban meninggal dunia. Sebagai dokter forensik, dr Hastry diminta untuk bantu mengindentifikasi mayat korban. Untuk jenazah saat itu dipusatkan di RSUP Dr Sardjito karena memiliki kamar jenazah yang besar dan lebih baik.
"Itu kaya covid nih, kita harus pakai APD kalau enggak masuk (abu vulkanik) kan bahaya," terang dr Hastry.
Mayat yang sudah berhasil diidentifikasi bisa langsung dikebumikan. Sementara yang belum, terus diusahakan untuk diidentifikasi. Beberapa hari kemudian, dr Hastry mengaku melakukan proses identifikasi untuk jenazah Mbah Maridjan. Juru Kunci Gunung Merapi yang tewas saat erupsi terjadi di kediamannya. Selain Mbah Maridjan, ada banyak mayat lainnya yang harus diidentifikasi atau bahkan autopsi.
Baca Juga: Gunung Merapi Muntahkan Lava Pijar Sampai 1,2 Kilometer ke Barat Daya
Sebagian besar jenazah dengan kondisi terpapar abu vulkanik. Korban dinyatakan meninggal dunia karena menghirup debu vulkanik yang membuat sensasi terasa tercekik. Kondisi tubuh korban sendiri tertutup dengan abu vulkanik berwarna abu-abu dan kaku seperti patung. Dengan bentuk tubuh yang keras, dr Hastry mencoba untuk mengkerok demi menemukan tanda lahir dan tanda lainnya.
Ada berbagai posisi mayat yang ditemui dr Hastry. Mulai dari meringkuk, duduk dan sebagainya. Sementara, Mbah Maridjan sendiri diperkirakan tengah beristirahat, namun terkesan seperti sedang sujud. Ia mengidentifikasi dengan cepat agar bisa segera dimakamkan. Tim forensik juga mengalami kesulitan karena debu vulkanik yang banyak tersisa di tubuh korban.
"Biar Pemerintah Yogyakarta juga jelas ini yang jumlah total semua berapa. Jadi bisa kalau ada lagi letusan ibaratnya sudah siap dan tidak kaku ada disitu," ujar dr Hastry.
Untuk bisa melakukan proses identifikasi dengan cepat, tim forensik mengandalkan pemeriksaan pada visual dan gigi. Namun, tim juga dibuat bingung karena keluarga korban berada di pengungsian. Sehingga untuk menanyakan ciri-ciri korban harus ada tim di pengungsian. Bukan hanya warga, tim relawan juga ada yang menjadi korban. Jenazah dikenali melalui pakaian yang digunakan.
Hal yang paling dapat perhatian dalam pengidentifikasian mayat pada bencana Gunung Merapi adalah karena timnya berhasil mengidentifikasi jenazah Mbah Maridjan. Berbeda dengan kabar yang beredar menyatakan sang juru kunci meninggal dalam keadaan bersujud, dr Hastry menjelaskan jika kebanyakan mayat datang dalam posisi serupa. Yakni meringkuk dan berakhir kaku karena terpaan awan panas.
Baca Juga: Aktivitas Gunung Merapi Menurun, BPPTKG Ingatkan Kubah Lava Masih Tumbuh
Lihat percakapan selengkapnya DISINI
Jenis-jenis jenazah ada yang terkena abu vulkanik dan awan panas. Untuk jenazah yang terkena awan panas tubuhnya terkena luka bakar 100%. Jenazah serupa akan sulit diidentifikasi karena sekujur tubuhnya melepuh. Untuk bisa menyentuh korban juga harus menunggu korban dingin terlebih dahulu. Sementara pakaiannya langsung dimasukkan ke kantong jenazah.
"Kalau dikenali masih bisa, lebih enak malah kita lihat wajahnya. Daripada yang kena debu harus dikerok dulu," kata dr Hastry.
Tidak bisa identifikasi semua jenazah, korban lainnya langsung dimakamkan secara massal. Proses identifikasi berlangsung selama satu minggu pertama masa erupsi. Sedangkan pada minggu kedua, tim forensik cukup mencatat jenis kelamin, usia, dan properti mayat yang datang. Data tersebut kemudian akan ditunjukkan kepada keluarga yang mungkin mencari.
Penjelasan dr Hastry tersebut dipaparkan dalam video yang diunggah kanal YouTube Denny Darko. Sejak diunggah Rabu (10/2/2021), cerita dr Hastry yang mengidentifikasi jenazah Mbah Marijan tersebut sudah ditonton lebih dari 53 ribu pengguna YouTube. Selain itu, ada seribu lebih yang menekan tanda suka dan 200 komentar ditinggalkan warganet.
Berita Terkait
-
Ada yang Aneh dalam Penangkapan Pria Surabaya Paksa Siswa Gonggong, Pemeran Pengganti?
-
Diskotek Ivan Sugianto Digerebek Warga, Suruh Siswa Gonggong Bak Anjing dan Nangis Minta Maaf Jelang Ditahan Polisi!
-
Tanggapi Cuitan Lex Wu, Netizen Curigai Penangkapan Ivan Sugianto: Ada Pemeran Pengganti?
-
Kronologi Ivan Sugianto Paksa Siswa SMA Menggonggong, Berawal Dari Ejekan Pudel
-
Siapa Ivan Sugianto Sebenarnya? Pengusaha Klub Malam Surabaya Paksa Siswa Sujud dan Menggonggong
Terpopuler
- Dicoret Shin Tae-yong 2 Kali dari Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Sebenarnya Saya...
- Momen Suporter Arab Saudi Heran Lihat Fans Timnas Indonesia Salat di SUGBK
- Elkan Baggott: Hanya Ada Satu Keputusan yang Akan Terjadi
- Elkan Baggott: Pesan Saya Bersabarlah Kalau Timnas Indonesia Mau....
- Kekayaan AM Hendropriyono Mertua Andika Perkasa, Hartanya Diwariskan ke Menantu
Pilihan
-
Dua Juara Liga Champions Plus 5 Klub Eropa Berlomba Rekrut Mees Hilgers
-
5 Rekomendasi HP Infinix Sejutaan dengan Baterai 5.000 mAh dan Memori 128 GB Terbaik November 2024
-
Kenapa KoinWorks Bisa Berikan Pinjaman Kepada Satu Orang dengan 279 KTP Palsu?
-
Tol Akses IKN Difungsionalkan Mei 2025, Belum Dikenakan Tarif
-
PHK Meledak, Klaim BPJS Ketenagakerjaan Tembus Rp 289 Miliar
Terkini
-
Logistik Pilkada Sleman sudah Siap, Distribusi Aman Antisipasi Hujan Ekstrem
-
Seharga Rp7,4 Miliar, Dua Bus Listrik Trans Jogja Siap Beroperasi, Intip Penampakannya
-
Skandal Kredit Fiktif BRI Rp3,4 Miliar Berlanjut, Mantri di Patuk Gunungkidul Mulai Diperiksa
-
Pakar Ekonomi UMY Minta Pemerintah Kaji Ulang Terkait Rencana Kenaikan PPN 12 %
-
DIY Perpanjang Status Siaga Darurat Bencana hingga 2 Januari 2025