SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Hal itu ditandai dengan guguran lava yang keluar dari puncak Gunung Merapi.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida mengatakan, dalam aktivitas Gunung Merapi periode pengamatan Kamis (18/2/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB terjadi 15 kali luncuran lava. Jarak luncur maksimum guguran lava tersebut tercatat sepanjang 1.200 meter atau 1,2 kilometer.
"Dari pengamatan Kamis (18/2/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB teramati 15 kali luncuran lava dengan jarak luncur 1.200 meter mengarah ke Barat Daya atau ke hulu Kali Krasak dan Boyong," ujar Hanik, Jumat (19/2/2021).
Dalam periode yang sama, tercatat kegempaan guguran berjumlah 118 kali dengan amplitudo 3-37 mm dan durasi 11-150 detik. Kegempaan hybrid atau fase banyak ada 4 kali dengan amplitudo 3-4 mm, durasi 7-10 detik.
Baca Juga: Banyak Kompas Berjalan di Jogja, Ternyata Begini Patokan Mata Angin Mereka
"Untuk kegempaan hembusan ada 5 kali dengan amplitudo 3-8 mm dan berdurasi 14-18 detik. Sementara untuk asap kawah tidak teramati," terangnya.
Sementara itu pada periode pengamatan terbaru atau tepatnya pada Jumat (19/2/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB Gunung Merapi juga sudah mengelurakan luncuran lava pijar. Luncuran lava pijar itu terjadi sebanyak 15 kali yang mengarah ke barat daya.
"Teramati 15 kali guguran lava pijar dengan jarak luncur maksimum 1.000 m ke arah barat daya. Asap kawah teramati berwarna putih dengan intensitas tebal dan tinggi 100 m di atas puncak kawah," tuturnya.
Sedangkan untuk kegempaan terpantau kegempaan guguran yang terjadi sebanyak 24 kali dengan amplitudo 4-38 mm dan durasi 11-97 detik. Kegempaan hembusan juga terjadi hanya 1 kali dengan amplitudo 30 mm berdurasi 32 detik.
"Untuk kegempaan hybrid atau fase banyak berjumlah 3 kali dengan amplitudo 3 mm berdurasi 6-8 detik," imbuhnya.
Baca Juga: Anak Kecil Asyik Pantau Merapi, Warganet Sindir Penampakan Gunung Pangrango
Ditanya mengenai terkait dengan penurunan status, Hanik menyebut kondisi saat ini belum bisa dilakukan sebab kubah lava masih terus bertumbuh. Kendati demikian hingga saat ini justru yang mengalami penurunan adalah seismisitas vulkanik dangkal.
Berita Terkait
-
Tradisi Sadranan di Boyolali: Jaga Kerukunan Jelang Ramadan
-
Pelaku Penusukan Sandy Permana Bukan Tetangga yang Ramah Menurut Warga
-
Sandy Permana Ditusuk, Warga Ungkap Kebiasaan Korban Sebelum Kejadian
-
Tanpa Kejanggalan, Keseharian Sandy Permana Sebelum Tewas Ditusuk Diungkap Orang Dekat
-
Sebelum Tewas Ditusuk, Sandy Permana Sempat Tegur Pelaku Gara-gara Kebiasaan Mabuk
Terpopuler
- Mobil Mentereng Lisa Mariana Jadi Sorotan: Mesin Sekelas Vios, Harga bak Fortuner Baru!
- Cara Menghapus Iklan dan Bloatware di Xiaomi, Redmi, dan Poco dengan HyperOS
- Bergaya ala Honda CRF150L, Seharga Yamaha XMAX: Pesona Motor Trail Aprilia Ini Bikin Kepincut
- CEK FAKTA: Diskon Listrik 50 Persen Berlaku Lagi, Periode Maret-April 2025
- Diunggah La Liga, 3 Klub Spanyol yang Cocok untuk Tujuan Baru Rizky Ridho
Pilihan
-
Eks Pelatih Timnas Indonesia Ingatkan Patrick Kluivert: Jangan Tiru Belanda
-
Asa Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026: Formasi Jangan Coba-coba
-
Beda Media Korsel: Dulu Sayang Kini Serang Habis-habisan Timnas Indonesia
-
Kontroversi: Ghiblifikasi AI Lukai Hayao Miyazaki, 'AI Tak Punya Jiwa'
-
Doa Takbiran Idulfitri dan Dzikir yang Dicontohkan Rasulullah, Arab dan Latin
Terkini
-
Idul Fitri, Haedar Nashir Ingatkan Jiwa Khalifah Luntur, Umat dan Pemimpin Akan Bermasalah
-
Tiket Ludes, Yogyakarta Diserbu Pemudik: KA Java Priority Jadi Primadona
-
Hasto Wardoyo Jamin Takbir Keliling Tak Ganggu Lalu Lintas Jogja, Tapi Ada Syaratnya
-
Cabai Pedasnya Enggak Sebanding Harga, Lebaran Tahun Ini Dompet Bisa Nangis
-
Muhammadiyah DIY Siapkan 1414 Titik Shalat Idul Fitri 2025 Antisipasi Hujan Hingga Aturan Ketat Takbir Keliling