SuaraJogja.id - Suasana Cafe Kongsuu di Kalurahan Widodomartani, Kapanewon Ngemplak, Kabupaten Sleman tak ramai seperti biasanya. Hanya terlihat 10 orang duduk melingkar sedang menyantap makan siang pada Minggu (28/2/2021).
Sejumlah orang itu nampak bertato di sekujur tubuhnya. Sambil bersenda gurau, mereka menunggu giliran untuk menghapus tato di cafe milik mantan preman asal Semarang, Pri Anggono.
Satu orang wanita yang dituakan di perkumpulan tersebut mengaku jika mereka adalah anak jalanan yang biasa mengamen di sekitar Monumen Jogja Kembali (Monjali), Kabupaten Sleman. Bahkan biasa tidur di jalan dan berpindah-pindah lokasi untuk mencari sesuap nasi.
"Sudah lama sekali, kami hidup di jalanan. Mengamen dan pindah-pindah. Jadi kami dari berbagai latar belakang dan sangat nyaman berkumpul di lingkungan ini," jelas Sumiyati ditemui SuaraJogja.id, Minggu siang.
Baca Juga: Profil Rhere Valentina, Mantan Model Seksi yang Hijrah Sebelum Meninggal
Sumiyati sendiri merupakan wanita yang sudah lama hidup di jalanan. Mengawali sebagai pengamen di wilayah Magelang, wanita yang memiliki dua anak ini terpaksa berlabuh ke DI Yogyakarta menjadi seorang Pekerja Seks Komersial (PSK).
“Awal itu saya masih mengamen di Magelang karena kurang uang, akhirnya saya diajak kakak ngamen di Yogyakarta. Pertama di Yogyakarta saya masih kos sama anak saya dan kakak, lalu mulai ngamen di dekat Terminal Jombor, Sleman,” katanya.
Setelah memiliki banyak teman di Jombor, wanita 35 tahun ini memilih tinggal di jalan bersama sang anak. Suami pertama Sumiyati meninggalkan dirinya karena sudah tidak betah. Hidupnya sudah terbiasa di jalan dan pada saat itu, dirinya ditawari menjadi PSK.
“Saya pindah kerja karena butuh biaya lebih. Saya dengan teman diajak menjadi PSK di Terminal Jombor awalnya. Lalu karena ada razia, akhirnya pindah ke Pantai Parangkusumo, Bantul,” kata Sumiyati.
Hampir 8 bulan dirinya melayani lelaki hidung belang. Pendapatannya juga dirasa cukup untuk membiayai kehidupan dia termasuk anak pertamanya.
Baca Juga: Baru Hijrah, Model Seksi Rhere Valentina Meninggal Dunia
Sumiyati mengaku jika keluarga besarnya tak ada yang mengetahui bahwa dirinya menjadi PSK. Bahkan kakaknya yang ada di Yogyakarta juga tak mengetahui Sumiyati harus menjual tubuhnya ke banyak pria.
“Tidak ada yang tahu waktu itu, keluarga juga tidak tahu. Namun, saya mengaku menjadi seorang PSK ke keluarga setelah ada tetangga yang kenal saya melihat aktivitas di Parangkusumo. Setelah itu saya mengaku kepada keluarga, banyak yang terkejut, tapi beberapa keluarga ada yang memaklumi. Ada juga yang menyuruh berhenti,” kenang Sumiyati.
Kehidupannya menjadi seorang PSK berhenti ketika dipertemukan oleh pria yang saat ini menjadi suami kedua Sumiyati. Suaminya yang merupakan pengamen jalanan meminta dirinya menyudahi pekerjaan itu dan berjanji menghidupi Sumiyati dan anak pertamanya dengan cara yang halal.
“Sebelum menikah lagi, suami saya berjanji untuk menghidupi kami. Walaupun tidak bisa membuat kami kaya, tapi berjanji untuk memberi kehidupan dari hasil yang halal,” kata dia.
Sumiyati dinikahi setelah memiliki anak kedua dari suami keduanya. Dari situ, dia ikut suami mengamen bersama hingga saat ini.
Selama hidup di jalanan, banyak hal negatif yang dia terima. Mulai mengonsumsi minuman keras (miras) hingga menelan pil koplo. Tentu hal itu mengubah pandangannya dan semakin jauh dengan agama.
“Semua hal negatif saya lakukan, sampai teman-teman saya membuat tato di tubuhnya saya pun ikut. Karena lingkungan juga,” jelas dia.
Banyak tato yang menempel di tubuh Sumiyati, dari leher, kedua tangan dan kedua kaki. Hal itu dia lakukan karena dirinya belum mengenal agama meski dirinya mengaku muslim saat itu.
Perjalanan menjadi pengamen bersama kedua anaknya dan sang suami masih dia lakukan. Pada akhir 2020 Sumiyati dan teman-teman jalanannya dipertemukan dengan seorang pria yang tergabung di Keluarga Besar Ridho Allah (KBRA) Yogyakarta.
Pertemuannya bermula saat ada pembagian nasi gratis yang dilakukan KBRA ke wilayah Monjali. Sumiyati yang membawa sembilan anak jalanan mendapat makanan tiap harinya. Tak hanya mendapat makanan, KBRA juga menawarkan Sumiyati untuk bisa hidup mandiri tanpa harus mengamen. Selain itu, dirinya selalu mendapat nasehat tentang agama.
Pria bernama Yon datang menemui mereka. Yon hanya menasehati dan mengajak para anak jalanan itu untuk hidup lebih baik. Selain itu dia juga memberitahu soal pentingnya beragama.
Sempat tak menggubris, namun perlahan Sumiyati terpanggil dan terketuk hatinya dengan nasehat Yon.
“Saya ingin jadi ibu-ibu pada umumnya, dari nasehat yang saya terima akhirnya saya sadar harus berubah. Salah satunya tawaran untuk memahami agama. Kami diajak sholat dan beribadah. Tapi jujur saya belum tahu bacaan sholat yang benar, jika surat Al-Fatihah sudah sedikit hafal,” kata Sumiyati yang pernah menempuh pendidikan SD Islam di Magelang itu.
Ia mengaku mantap berhijrah dan melakukan ibadah sesuai tuntunan agama dilakukan karena panggilan hati. Memang berawal dari nasihat yang dia terima, selanjutnya Sumiyati memantapkan untuk berubah karena sudah saatnya menjalani kehidupan yang baik sesuai dengan perintah agama yang dia yakini.
Saat ini Sumiyati sedang berusaha menghapus tato yang ada di tubuhnya. Hal itu sebagai ikhtiar untuk mendekat kepada Allah agar ibadah yang dia lakukan bisa diterima.
Tak hanya Sumiyati, Anisa (27) anak jalanan asal Jakarta yang berdomisili di Yogyakarta juga memantapkan untuk berhijrah. Wanita yang mengaku dari keluarga broken home ini mengatakan jika kehidupannya sudah harus berubah menjadi lebih teratur.
“Saya merasa hidup di jalanan lebih nyaman karena saya tidak pernah cocok berkomunikasi dengan keluarga ayah saya. Ayah meninggalkan saya dan menikah lagi di Lampung. Mulai berkumpul dengan teman-teman di jalan dan ada orang yang mengajak kami untuk hidup lebih baik, saya merasa sadar. Saya akan bertambah umur dan jika tidak berubah dari sekarang bagaimana nasib saya ke depan,” kata Anisa.
Relawan KBRA Yogyakarta, Yon menuturkan, jika dirinya merupakan mantan anak jalanan di Padang, Sumatera Barat. Dirinya juga baru saja bergabung dengan KBRA dan memantapkan untuk berhijrah.
“Selama 35 tahun saya hidup di dunia hitam di Padang. Mabuk-mabukan, hingga mengedarkan narkoba. Tapi saat ini sudah meninggalkan dunia itu dan terketuk untuk berubah. Kenapa saya mengajak anak jalanan ini karena saya tidak ingin kehidupan mereka seperti saya,” terang Yon yang juga datang bersama relawan lainnya bernama Iwan.
Tak ada paksaan kepada anak jalanan itu untuk berhijrah. Yon mengatakan memang mereka ingin belajar tentang agama dan meminta dihapus tatonya agar ibadah-ibadah yang mereka lakukan saat ini diterima.
“Tubuh saya juga penuh tato, lalu saya memutuskan hijrah dan menghapus tato di semua tubuh saya. Saya merasa masih belajar untuk lebih baik, termasuk ingin mengajak anak jalanan ini sama-sama kembali ke jalan Allah,” kata dia.
Yon juga memberikan Sumiyati dan anak jalanan lain keterampilan membuat es teler. Nantinya diharapkan mereka bisa hidup mandiri dan tidak perlu mengamen lagi.
“Saya pernah belajar membuat es teler. Nah saya ingin ilmu yang saya miliki ini bisa dimanfaatkan orang lain. Harapannya anak jalanan yang saya temui ini bisa berusaha mandiri dengan kepribadian yang memahami agama serta dijauhkan dari lingkungan yang negatif,” kata Yon.
Berita Terkait
-
Perjalanan Hijrah Paula Verhoeven: dari Takut Mati sampai Ucapkan Terima Kasih ke Baim Wong
-
Turis Jepang Kapok Berkunjung ke Kota Bogor Gegara Pengamen Marah-marah di Angkot
-
Cerita Paula Verhoeven Mantap Hijrah dan Berhijab, Deddy Corbuzier: Karena Feeling Mau Digugat Cerai?
-
Deddy Corbuzier Sampai Heran, Paula Verhoeven Masih Sangat Bersyukur Punya Baim Wong Hingga Detik Ini
-
Novel 'Mana Hijrah': Ujian Hijrah saat Cobaan Berat Datang dalam Hidup
Tag
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
Terkini
-
Eks Karyawan jadi Mucikari Online, Jual PSK via MiChat usai Kena PHK
-
Potensi Bencana Ancam Pilkada di DIY, KPU Siapkan Mitigasi di TPS Rawan
-
Sendirian dan Sakit, Kakek di Gunungkidul Ditemukan Membusuk di Rumahnya
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus