SuaraJogja.id - Beragam bahasa tidak resmi bermunculan dari waktu ke waktu di Indonesia. Salah satunya "bahasa G", slang anak 90-an. Di Jogja pun, ada yang namanya "boso walikan Jogja".
Dalam lingkaran pertemanan era 90-an, biasanya tak asing di telinga para kawula muda saat mendengar "Nagantigi magaugu magakagan agapaga?"
Kalimat di atas artinya "Nanti mau makan apa?" Kok bisa? Ya tinggal diselipi huruf "g" saja di setiap suku kata, ditambah huruf vokal sesuai yang ada di suku kata itu.
Walaupun awalnya dipakai sebagai "kode rahasia", lama-lama banyak yang tahu juga tentang "slang G" ini; mungkin saja anak 90-an di seluruh Indonesia sudah tahu.
Baca Juga: Murni dan Autentik, Menu di Warung Burjo Ini Terkenal Legendaris
Bahkan bukan bahasa G saja, di daerah lain ada yang menggantinya dengan huruf "f", jadi untuk kalimat yang sama seperti di atas, terjemahannya jadi "Nafantifi mafaufu mafakafan afapafa?"
Mirip seperti bahasa G, bahasa F, dan sebagainya -- jika ada yang memakai 19 huruf konsonan lainnya -- Jogja juga punya, lo, bahasa gaul dengan ciri khas tersendiri. Namanya adalah basa walikan, atau boso walikan Jogja.
Sempat ramai di akhir 2019, spanduk bertulisan "Eling jaman kuliah [ingat zaman kuliah]: Poya mothig poya hoho. Sing penting rukun tekan tuwo yang penting rukun sampai tua]" beredar di dunia maya. Spanduk untuk Musyawarah Nasional Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Munas Kagama) itu menyertakan nama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di bagian bawah.
Meski belum diketahui pasti apakah ucapan tersebut benar-benar berasal dari Anies, tak sedikit yang lantas terhibur begitu beranggapan bahwa alumnus UGM yang kini jadi DKI 1 itu mengerti betul boso walikan Jogja, terlihat dari kalimat "poya mothig poya hoho" tadi. Memang, artinya apa, sih? Tunggu dulu.
Kata-kata seperti dab, dagadu, lodse, dan sebagainya merupakan contoh produk slang ala orang Jogja ini.
Baca Juga: Sst... Ada Kode Rahasia di Parasut Penjelajah Mars, Apa Itu?
Sama seperti slang G, boso walikan Jogja juga digunakan muda-mudi kota wisata ini pada era 1990-an.
Kendati begitu, menurut Paniradya Kaistimewan, bahasa ini sudah eksis sejak jauh di masa lalu, yaitu ketika masa penjajahan.
Sebelum dijadikan sebagai bahasa untuk menunjukkan keakraban dengan lawan bicara, sama lagi dengan bahasa G, boso walikan Jogja mulanya juga dipakai sebagai kode rahasia.
Konon, mulanya para pejuang di Jogja memakai boso walikan untuk mengelabui mata-mata kolonial yang mengerti bahasa Jawa supaya mereka tidak tahu apa yang sedang diobrolkan para pejuang Jogja ini.
Namun, bedanya dari bahasa G, boso walikan Jogja terenkripsi dengan metode penukaran pada aksara Jawa.
Jika rumus di slang G tinggal menyisipkan huruf "g", tidak begitu dengan boso walikan Jogja. Rumusnya sedikit lebih rumit.
Sesuai istilahnya, yang berarti "bahasa kebalikan", dalam rumus di boso walikan Jogja, setiap aksara dibalik menurut urutan dan barisnya.
Bukan pakai alfabet A, B sampai Z, boso walikan Jogja berpatokan pada aksara Jawa alias Hanacaraka, sistem abjad yang dipakai orang Jawa.
Ada 20 aksara dasar di aksara Jawa: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, dan nga.
Untuk lebih mudah menghafal ke-20 huruf itu sesuai urutan, biasanya orang-orang Jawa mengucapkannya dengan pembagian empat baris: hanacaraka, datasawala, padhajayanya, dan magabathanga.
Baris pertama ditukar dengan baris ketiga, dan baris kedua ditukar dengan baris keempat, tetapi urutannya di setiap baris tetap sama. Misalnya, "ha" berada di urutan pertama baris pertama, jadi diganti dengan urutan pertama baris ketiga, yaitu "pa". Contoh lainnya, di urutan ketiga baris kedua ada aksara "sa", sehingga pasangan aksara yang bisa ditukar adalah "ba", di urutan ketiga baris keempat.
Jadi, begini pasangan penukarannya: ha-pa, na-dha, ca-ja, ra-ya, ka-nya, da-ma, ta-ga, sa-ba, wa-tha, dan la-nga.
Biar lebih jelas, contohnya, kata "dagadu" berarti "matamu". Bagaimana bisa? Karena "ma" ditukar dengan "da", "ta" dengan "ga", dan lagi, "mu" dengan "du".
Lalu, kata "dab", yang artinya "mas", berasal dari penukaran "ma" dengan "da", ditambah "sa", yang ditukar dengan "ba", tetapi huruf konsonannya saja.
Masih banyak lagi kata-kata lainnya dari bahasa gaul muda-mudi Jogja ini. Berikut beberapa contohnya yang paling umum diucapkan:
- dogoy = motor (sepeda motor)
- dosing = mobil
- hongib/hongibi = polisi
- jape methe = cahe dewe (teman sendiri)
- lodse = ngombe (minum)
- mothig (dari muthig) = duwit (uang)
- nyothe = kowe (kamu)
- pagob = atos (keras)
- pahin (dari pahiny) = apik (bagus)
- poya = ora (tidak)
- poya hoho = ora popo (tidak apa-apa)
- poya mothig = ora [duwe] duwit (tidak punya uang)
- pisu = ibu
- sahan (dari sahany) = bapak (ayah)
- sangi = bali (pulang)
- soco = bojo (pasangan)
- themon (dari themony) = wedok (cewek)
dan masih banyak lagi
Sudah paham belum? Sudah menemukan arti "poya mothig poya hoho"?
Lalu misalnya, kalau "SuaraJogja" menjadi "BupayaCotca", coba, kalau nama lengkap kamu diganti pakai boso walikan Jogja, jadinya apa?
Berita Terkait
-
Anies Baswedan Ngobrol Pakai Bahasa Gen Alpha, Netizen: Aura Bertambah 1000
-
Anies Baswedan Ingin Belajar Bahasa Gaul Gen Alpha: Siap Menaikkan Aura Point
-
IDGAF Artinya Apa dalam Bahasa Gaul Kekinian?
-
Jokul Artinya Apa dalam Bahasa Gaul? Ini Arti Istilah yang Viral
-
Fafafa Itu Apa Artinya? Viral di Media Sosial Usai Fufufafa dan Fufufu
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
Terkini
-
Eks Karyawan jadi Mucikari Online, Jual PSK via MiChat usai Kena PHK
-
Potensi Bencana Ancam Pilkada di DIY, KPU Siapkan Mitigasi di TPS Rawan
-
Sendirian dan Sakit, Kakek di Gunungkidul Ditemukan Membusuk di Rumahnya
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus