Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 15 Maret 2021 | 11:44 WIB
Prosesi upacara Labuhan Merapi dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan Merapi tahun ini diselenggarakan dengan terbatas menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19 dan status Siaga (Level III) Gunung Merap, Senin (15/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Lereng Gunung Merapi masih berkabut. Sementara mentari masih malu-malu menyinari rindangnya tumbuhan yang ada di sekitar petilasan rumah Mbah Maridjan

Para abdi dalem Keraton sudah bersiap dengan pakaian lengkap. Ada juga para relawan, anggota TNI, Polri hingga beberapa masyarakat yang sudah berkumpul bersama sambil sesekali menyeruput teh atau kopi untuk menghangatkan badan.

Bukan tanpa alasan mereka berkumpul di petilasan rumah Mbah Maridjan tersebut. Tradisi labuhan Gunung Merapi menjadi alasan utama mereka berkumpul bersama pagi ini. 

Tradisi labuhan Merapi ini sendiri bukan hal asing bagi masyarakat di lereng Merapi. Tradisi ini digelar oleh Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau dipahami sebagai ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X.

Baca Juga: Sepekan Ini Merapi Muntahkan 12 Kali Awan Panas dan 226 Kali Lava Pijar

Prosesi upacara Labuhan Merapi dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan Merapi tahun ini diselenggarakan dengan terbatas menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19 dan status Siaga (Level III) Gunung Merap, Senin (15/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Namun ada yang membedakan dalam tradisi labuhan Merapi kali ini dengan tahun-tahun sebelumnya. Pandemi Covid-19 menjadi pembeda yang utama dalam pelaksanaan tradisi kali ini. 

Tahun ini hanya ada 30 orang yang merupakan abdi dalem Keraton dan para pendamping juru kunci saja yang akan mengaturkan ubarampe itu di Bangsal Sri Manganti atau lokasi labuhan tersebut.

"Iya betul. Jadi mengingat saat ini masih masa pandemi Covid-19 dan juga kondisi Gunung Merapi yang masih Siaga [Level III]. Jadi yang bisa naik dan diwajibkan naik hanya orang 30 orang [abdi dalem] saja. Selain itu tidak boleh naik," kata Juru Kunci Merapi Mas Wedana Suraksohargo Asihono atau akrab dipanggil Mas Asih, kepada awak media, sebelum prosesi labuhan dimulai, Senin (15/3/2021).

Waktu sudah menunjukkan pukul 06.41 WIB, para abdi dalem mulai bergerak dari petilasan rumah Mbah Maridjan, juru kunci Merapi terdahulu tepatnya, di Dusun Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan. Sebelumnya ubarampe yang dibawa abdi dalem itu sudah disemayamkan terlebih dulu di Pendopo Kinahrejo selama satu malam untuk didoakan.

Ubarampe itu sendiri berupa kain yakni yang disebut sinjang cangkring, sinjang kawung kemplang, semekan gadhung, semekan gadhung melati, semekan banguntulak, kampuh poleng ciut, dhestar daramuluk, paningset udaraga Masing-masing kain tersebut sejumlah satu lembar. 

Baca Juga: Update Merapi, Luncurkan 2 Kali Awan Panas dan 19 Kali Lava Pijar

Ubarampe tersebut sudah tersusun rapi dan dimasukkan ke dalam peti berwarna merah dengan ukuran sekitar 30 x 15 sentimeter. Nantinya sesuai rencana, sesampainya di Sri Manganti akan dilakukan doa bersama yang dipimpin oleh Juru Kunci Merapi Mas Wedana. 

Abdi dalem dan para pendamping terus melangkah menapaki jalan menanjak menuju ke Bangsal Sri Manganti. Memerlukan waktu yang tidak sebentar dalam melakukan perjalanan itu.

Tentunya perjalanan menuju tradisi itu tidak hanya memerlukan waktu, tapi juga tenaga yang kuat. Baik kuat secara fisik maupun mental. 

Mas Asih, memastikan bahwa 30 orang abdi dalem dan para pendamping tersebut sehat baik jasmani maupun rohani. Pasalnya hal itu penting untuk tetap menjaga prosesi labuhan berjalan dengan lancar dengan segala kondisi yang ada. 

"Mental juga harus kuat. Mungkin nanti di atas ada suara guguran lava dan lain sebagainya. Jadi jangan nanti sudah sampai sana malah bingung, takut dan lain sebagainya. Itu nanti takutnya malah nanti mengganggu labuhan," terangnya.

Mas Asih berharap semua orang yang terlibat dalam labuhan ini selalu diberikan keselamatan. Terlebih dengan kondisi yang masih dilanda pandemi Covid-19 dan status Gunung Merapi yang Siaga (Level III).

Load More