Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Senin, 15 Maret 2021 | 11:44 WIB
Prosesi upacara Labuhan Merapi dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan Merapi tahun ini diselenggarakan dengan terbatas menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19 dan status Siaga (Level III) Gunung Merap, Senin (15/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Jenis-jenis ubarampe tersebut hanya akan disertakan saat labuhan ageng atau tepatnya setiap delapan tahun sekali. 

Sebelum erupsi gunung Merapi tahun 2010 silam, labuhan digelar di Pos II atau yang dikenal dengan sebutan pos rudal. Namun rusaknya jalur pendakian menuju pos tersebut akibat erupsi membuatnya sulit untuk dilalui. Sejak saat itu pula, lokasi labuhan berpindah ke Bangsal Sri Manganti. 

Mungkin selama ini masyarakat mengita bahwa ubarampe yang dibawa para abdi dalem dalam tradisi labuhan Merapi ini akan dilabuh atau dibuang langsung ke kawah Gunung Merapi. Namun nyatanya, ubarampe itu akan dibawa turun krmbali dan diberikan kepada siapapun yang membutuhkannya.

Prosesi upacara Labuhan Merapi dalam rangka memperingati tingalan jumenengan dalem atau ulang tahun kenaikan takhta Sri Sultan Hamengku Buwono X. Labuhan Merapi tahun ini diselenggarakan dengan terbatas menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19 dan status Siaga (Level III) Gunung Merap, Senin (15/3/2021). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]

Mas Asih sebagai Juru Kunci Merapi memiliki kewenangan sepenuhnya untuk membagikan ubarampe tersebut kepada orang yang membutuhkan. Jika sebelumnya memang banyak peminat ubarampe tersebut, pada tahun ini kata Mas Asih belum ada yang melakukan komunkasi lebih lanjut untuk memesan ubarampe tersebut.

Baca Juga: Sepekan Ini Merapi Muntahkan 12 Kali Awan Panas dan 226 Kali Lava Pijar

"Ini kalau sekarang belum ada [yang memesan ubarampe Labuhan Merapi]," imbuhnya.

Sebagai tradisi, Labuhan Merapi kental dengan sejarah yang panjang serta makna yang mendalam. Jarak lokasi labuhan yang saat ini berada di Bangsal Sri Manganti atau kurang lebij sekitar 3 kilometer dari petilasan Mbah Maridjan di Kinahrejo, Umbulharjo, Cangkringan memiliki makna tersendiri.

Perjalanan panjang dan melelahkan tersebut, diartikan sebagai sesuatu yang harus dilalaui dalam meraih sebuah kesuksesan.

"Mudah-mudahan dalam perjalanan labuhan kali ini tetap berjalan lancar," tandasnya.

Baca Juga: Update Merapi, Luncurkan 2 Kali Awan Panas dan 19 Kali Lava Pijar

Load More