Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 06 April 2021 | 14:50 WIB
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Joko Hastaryo. - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Pelaksanaan vaksinasi COVID-19 di Kabupaten Sleman, yang bersamaan dengan Ramadan, akan dilangsungkan pada pagi-siang hari. Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo

Menurut dia, pelaksanaan vaksinasi tak dilaksanakan pada malam hari karena dimungkinkan adanya sejumlah kendala.

Terutama dari sisi sumber daya manusia. Joko membenarkan, bila dimungkinkan ada faskes yang bisa melayani sore atau malam. Tetapi tidak demikian dengan Puskesmas.

"Puskesmas itu [SDM mereka] kerjanya pada pagi hingga siang hari. Kalau Rumah Sakit memang ada jadwal bergilir (shift)," tuturnya.

Baca Juga: PPKM Mikro Sleman Diperpanjang, Ada Perubahan Penetapan Zona Epidemiologi

Pertimbangan lainnya, secara medis tak ada masalah bila vaksin disuntikkan pada siang hari di masa Ramadan.

"Puasa kan kembali ke nawaitu-nya (niat), niat ingsun-nya, maka ia akan tetap bertahan. Karena dasarnya adalah iman," ucapnya, Selasa (6/4/2021).

Menyinggung perihal capaian vaksinasi di Kabupaten Sleman, tercatat sudah ada 100.000 orang tervaksin di Sleman, terhitung mulai dari disuntiknya SDM nakes.

Menurutnya, jika dibandingkan dengan jumlah keseluruhan penduduk di Kabupaten Sleman yang berjumlah sekitar 1,1 juta jiwa, diperkirakan ketercapaian sasaran baru sekitar 10%.

Joko mengungkapkan, hingga saat ini kriteria sasaran yang sudah divaksinasi meliputi SDM kesehatan, guru/dosen dan tenaga pendidik, ASN, TNI, Polri, wartawan, lansia, calon haji lansia, pelaku wisata dan transportasi umum.

Baca Juga: Masjid Agung Sleman Tetap Gelar Salat Jemaah, Tanpa Ceramah Sebelum Tarawih

Untuk guru, dosen dan tenaga kependidikan sendiri, hingga saat ini sudah mencapai 80%.

"Kalau total jumlah bertambah terus. Kalau dikurangi dengan dosen, kami jumlahnya hanya 20.000 dan itu sudah tervaksin 13.000, karena dosen juga masuk tenaga pendidik, jadi persenan menjadi kecil," kata dia.

Vaksinasi bagi guru dan tenaga kependidikan ini pada awalnya ditargetkan selesai pada Maret. Namun, pihaknya memperkirakan vaksinasi ke guru dan tenaga kependidikan baru akan selesai sebelum Ramadan. Dikarenakan kapasitas vaksinasi di Puskesmas yang terbatas.

Selain guru, dari total sekitar 44.170 lansia, sudah ada 16.500 yang sudah divaksinasi. Sementara itu, lansia yang sudah menerima vaksinasi dosis kedua ada 273 orang.

Selain itu, calon haji lansia sebanyak 448 orang di Sleman juga sudah divaksinasi.

Difabel di Sleman tunggu vaksinasi

Pemerintah telah menyusun jadwal penyuntikan vaksin COVID-19 secara bertahap. Satu di antara tahapan itu, vaksin diberikan bagi kelompok difabel.

Di sejumlah daerah, vaksinasi untuk difabel diselenggarakan berbarengan dengan tahapan jadwal vaksinasi untuk lansia, pertengahan Maret 2021.

Difabel di Sleman, tentunya tak kalah menantikan kejelasan vaksinasi bagi mereka. Misalnya saja seperti yang diungkapkan oleh Suharto.

"Karena kami termasuk kelompok yang rentan juga,” tutur pegiat Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Yogyakarta ini, Selasa (5/4/2021).

Meski vaksin tidak menjamin kekebalan tubuh manusia dari virus, setidaknya para difabel merasa aman dan nyaman, sambungnya.

"Apalagi, alat bantu yang digunakan difabel mayoritas logam. Virus yang menempel di logam akan lama hilangnya," ungkap lelaki yang tinggal di Minomartani, Kapanewon Ngaglik, Sleman ini.

Pandemi juga memaksa difabel dengan beberapa aktivitas tertentu, tidak bisa menghindari bersentuhan dengan orang lain. Satu contohnya, usaha pijat yang dimiliki difabel netra.

Usaha mereka mengalami penurunan drastis saat pandemi COVID-19. Pasalnya, masyarakat yang biasa menggunakan jasa itu kini takut bersentuhan dengan mereka. Karena, khawatir terjadi penularan virus. 

Sebetulnya, ketakutan akan sentuhan fisik tersebut dirasakan oleh dua sisi baik bagi pelanggan maupun pekerjanya (difabel netra).

Kondisi yang memprihatinkan ini sudah berjalan satu tahun. Akibatnya, terjadi penurunan pendapatan, mulai dari 50% bahkan hingga 80%.

“Karena tidak memijat, artinya penghasilan teman-teman difabel berkurang bahkan tidak ada sama sekali,” kata Suharto yang kini berusia 46 tahun ini.

“Dengan ada vaksin, teman-teman bisa bangkit dan bekerja lagi,” lanjut dia.

Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengungkapkan, setidaknya vaksinasi di Sleman akan dibagi menjadi dua gelombang. Ditargetkan, tahapan-tahapan tersebut selesai pada Desember 2021 mendatang. 

"Vaksinasi gelombang pertama akan dilakukan dalam 3 tahap. Tahap pertama ditujukan untuk SDM kesehatan; tahap kedua untuk para pegawai yang memang berhubungan langsung dengan publik; tahap ketiga akan diberikan kepada para kelompok rentan termasuk diantaranya difabel," ujarnya. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More