Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Rabu, 07 April 2021 | 10:32 WIB
Cuaca ekstrem (antara)

SuaraJogja.id - Peneliti Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Emilya Nurjani menyebutkan, berbagai daerah di Indonesia memiliki peluang terdampak siklon tropis seperti yang saat ini melanda sejumlah daerah di Nusa Tenggara Timur.

Melihat kondisi itu, menurut dia selain memperkuat konstruksi bangunan, membuat prosedur darurat, dan meningkatkan penelitian tentang prediksi siklon untuk mengurangi dampak bencana yang diakibatkan, perlu juga digalakkan sosialisasi terkait bencana yang ditimbulkan oleh siklon.

“Di Indonesia memang evakuasi karena bencana angin kencang dan storm surge belum umum dilakukan. Tetapi dalam rangka mitigasi dan adaptasi, sebaiknya sudah mulai dikenalkan," kata dia, dalam keterangan tertulis diterima SuaraJogja.id, Rabu (7/4/2021) pagi.

Sosialisasi itu dinilai penting, mengingat proyeksi peningkatan suhu muka laut ke depan akan menyebabkan peningkatan peluang terjadinya siklon tropis.

Wilayah Indonesia memiliki peluang terdampak siklon tropis dengan level bencana yang berbeda, lanjut Emilya.

Siklon tropis di perairan selatan Indonesia akan menimbulkan dampak yang lebih besar bagi daerah pesisir selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara dibandingkan pesisir timur Sumatra atau pesisir Kalimantan.

Sementara itu, siklon tropis di utara Indonesia akan menimbulkan hujan yang lebih lebat di sekitar Sulawesi dan Kalimantan, sehingga bencana yang ditimbulkan untuk setiap daerah juga akan berbeda.

“Pengetahuan bencana sebaiknya disosialisasikan di seluruh daerah di Indonesia, sesuai dengan potensi bahaya yang ada di daerah masing-masing,” kata dia.

Ia menjelaskan, siklon tropis 99S yang terbentuk di sekitar laut Sawu, yang mengakibatkan cuaca ekstrem di Pulau Timor, merupakan bentuk formasi dari sistem badai tropis yang besar dan berkembang di atas perairan hangat dekat wilayah ekuator.

Baca Juga: Wamen LHK: Vegetasi Pohon Bisa Minimalisir Bencana Banjir dan Longsor

Pertumbuhan siklon membutuhkan uap air hangat, yang tersedia di wilayah antara 5-30 derajat di lintang utara dan lintang selatan bumi, serta efek coriolis yang merupakan implikasi dari gerak rotasi Bumi pada sumbunya.

“Efek Coriolis ini menyebabkan angin mengalami pembelokan pergerakannya. Makin besar lintangnya, maka makin besar pembelokan angin yang terjadi, sehingga di daerah ekuator atau lintang nol efek ini tidak ada,” tuturnya.

Pertumbuhan siklon dimulai dari gangguan tropis, depresi tropis, badai tropis, dan kemudian menjadi siklon tropis. Pada saat pertumbuhan mencapai badai tropis, itulah siklon ini mulai dinamai.

Dengan kondisi siklon tropis yang menimbulkan kecepatan angin mencapai 64 knot atau 74 meter per jam, dampak yang ditimbulkan berupa hujan yang lebat, angin kencang, serta gelombang laut yang besar atau storm surge.

“Beberapa penelitian menyebutkan wilayah terdampak sampai 50/km dari pusat siklon,” imbuh dia.

Peluang terbentuk siklon di Indonesia sebenarnya cukup kecil, terang Emil. Lantaran suhu permukaan laut wilayah Indonesia cukup rendah dan efek coriolis pun relatif kecil.

Load More