SuaraJogja.id - Masjid Sabilurrosyad, yang juga dikenal dengan Masjid Kauman Bantul, meninggalkan sejarah yang menarik. Masjid yang dibangun di era kerajaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu menyimpan dua peninggalan sejarah berupa jam bancet atau jam matahari dan juga batu Yoni.
Terletak di Pedukuhan Kauman, Kalurahan Wijirejo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul, Masjid Kauman berusaha menjaga nilai-nilai sejarah yang ditinggal oleh leluhurnya.
Ketua Takmir Masjid Sabilurrosyad Hariyadi menjelaskan bahwa jam bancet atau jam matahari sudah ada sebelum Indonesia merdeka, tetapi mulai diletakkan di sekitar masjid sekitar tahun 1950.
"Jam ini sudah ada di masjid ini, tetapi belum ditempatkan secara pas, jadi masih dipindah-pindah. Masuk tahun 1950, dibuatkan tempat khusus di sisi utara masjid dan sampai saat ini ditempatkan di sana," terang Hariyadi, ditemui wartawan, Rabu (14/4/2021).
Baca Juga: Pasar Tiban Buka Lagi, Penjual Takjil Bantul: Ramadan 2021 Lebih Terasa
Hariyadi menjelaskan, jam bencet tersebut memiliki cekungan setengah lingkaran berbahan kuningan. Cekungan tersebut dilapisi semen putih berbentuk kotak yang di tengahnya memiliki tertancap sebuah paku. Fungsi paku sendiri sebagai petunjuk bayangan yang nantinya mengarah pada angka yang ada di Kuningan tersebut.
"Ini termasuk modern. Jam ini digunakan sebagai penunjuk waktu, seperti pagi, siang, sampai sore. Memang zaman dulu belum ada jam seperti sekarang dan menggunakan alat ini. Orang dahulu juga menggunakan jam ini untuk menentukan waktu salat," terang dia.
Karena berbentuk setengah lingkaran, jam bencet hanya bisa menunjukkan waktu hingga petang. Di sisi lain, ketika cuaca mendung, alat tersebut tak bisa berfungsi lantaran tidak ada bayangan.
Hingga saat ini, jam bencet masih digunakan untuk mengetahui waktu salat. Namun tidak sampai lima waktu, hanya sampai menjelang ashar.
"Karena jika sudah malam, tentu tidak bisa dilihat karena tidak ada matahari. Tetapi hitungan dari jam bencet dengan jam yang ada sekarang hanya selisih sekian menit. Misal bayangan paku berada di tengah yang menunjukkan waktu salat dzuhur, tidak tepat pukul 12.00 WIB, selisih sekitar 20 menit menjadi 11.40 WIB," terang Hariyadi.
Baca Juga: Dapat Tambahan 10 Ribu Dosis, Bantul Lanjut Vaksinasi Lansia di Bulan Puasa
Begitupun saat memasuki waktu ashar, saat bayangan paku menunjuk ke angka 3, bukan berarti sudah tepat pukul 15.00 WIB.
Disinggung dari mana alat ini didapatkan, Hariyadi mengaku kurang begitu mengingat. Namun, dari cerita sesepuh terdahulu yang mendirikan masjid ini, jam bencet didapat dari Malang.
"Jika cerita dari simbah-simbah terdahulu dibawa ke sini oleh santri. Kebetulan para santri selesai mengaji dari Tegalrejo (Malang). Setelah itu diletakkan di masjid ini sebagai penunjuk waktu salat," katanya.
Selain peninggalan jam bencet, masjid tersebut juga masih menjaga sebuah batu hitam berupa Yoni.
Hariyadi menjelaskan sebelum Islam masuk, masyarakat di Kauman masih memeluk agama Hindu. Yoni tersebut digunakan untuk meletakkan sesajen oleh pemeluk agama tersebut.
"Ketika Islam semakin luas dan dibangun masjid ini, Yoni tersebut digunakan oleh Kanjeng Panembahan Bodho untuk ancik-ancikan (pijakan) berwudhu. Karena memiliki nilai sejarah, tetap kami jaga dan dibiarkan berada di sekitar masjid," katanya.
Berbeda dengan jam bencet yang masih berfungsi untuk menunjukkan waktu salat, Yoni hanya dipajang di sisi utara masjid sebagai bagian sejarah.
"Ya intinya peninggalan ini kami berusaha untuk menjaga sejarahnya. Karena terbentuknya masjid ini juga tidak jauh dari sejarah terdahulu," kata Hariyadi.
Berita Terkait
-
Pasar Tiban Buka Lagi, Penjual Takjil Bantul: Ramadan 2021 Lebih Terasa
-
Dapat Tambahan 10 Ribu Dosis, Bantul Lanjut Vaksinasi Lansia di Bulan Puasa
-
Awasi Peredaran Petasan Saat Ramadhan, Satpol PP Bantul: Ganggu Ya Ditindak
-
Tambang Pasir di Sungai Opak Ramai Lagi, Warga Khawatir Ekosistem Mangrove
-
Hari Pertama Tarawih, Masjid Agung Bantul hanya Dihadiri Lima Shof Jamaah
Terpopuler
- Cerita Pemain Keturunan Indonesia Tristan Gooijer Tiba di Bali: Saya Gak Ngapa-ngapain
- Review dan Harga Skincare GEUT Milik Dokter Tompi: Sunscreen, Moisturizer, dan Serum
- 5 Motor Matic Bekas Murah: Tampang ala Vespa, Harga Mulai Rp3 Jutaan
- Bareskrim Nyatakan Ijazah S1 UGM Jokowi Asli, Bernomor 1120 dengan NIM 1681/KT
- Harley-Davidson Siapkan Motor yang Lebih Murah dari Nmax
Pilihan
-
Shayne Pattynama Tulis Prediksi Skor Timnas Lawan China di Sandal
-
7 Rekomendasi HP Kamera 108 MP Terbaik 2025: Layar AMOLED, Harga Rp2 Jutaan
-
Manchester United Hancur Lebur: Gagal Total, Kehabisan Uang, Pemain Buangan Bersinar
-
Srikandi di Bali Melesat Menuju Generasi Next Level Dengan IM3 Platinum
-
30 Juta Euro yang Bikin MU Nyesel! Scott McTominay Kini Legenda Napoli
Terkini
-
Lewat Bola dan Sponsorship di GFL Series 3, BRI Tanamkan Nilai Positif ke Anak Muda
-
Hadiah Digital yang Bangkitkan Solidaritas Sosial, Klaim 3 Link Saldo DANA Kaget Ini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip