SuaraJogja.id - Sejumlah warga Padukuhan Jongke Kidul, Kalurahan Sendangadi, Kapanewon Mlati, Sleman menolak untuk ditracing. Diketahui, tracing tersebut dilakukan menyusul munculnya klaster penyebaran COVID-19 di wilayah tersebut.
Ketua Gugus Tugas Kelurahan Sendangadi Parjiono mengatakan, warga yang menolak uji swab pada langkah tracing bekerjasama dengan Pemkab Sleman itu, dikarenakan sebagian dari warga sudah menjalani swab secara mandiri.
"Ada yang di kantornya sudah swab PCR. Kami tinggal edukasi dan pendekatan, untuk yang belum swab dan lain-lain tinggal bisa ikut swab atau rapid di sini [balai RW]," ungkapnya, Kamis (22/4/2021).
Ia menambahkan, langkah selanjutnya yang akan dilakukan Satgas, bila setelah tracing ditemukan ada yang positif lagi, maka akan diminta menjalani isolasi mandiri.
"Dan pembatasan sosial kegiatan masyarakat diperpanjang," tuturnya.
Akibat munculnya klaster di Jongke Kidul, wilayah RW 24 ditutup dan hanya memiliki satu akses masuk, sejak Selasa (20/4/2021).
Diketahui, ada sebanyak 35 orang warga padukuhan Jongke Kidul terkonfirmasi positif COVID-19, dan ada dua warga meninggal dunia.
"Tapi yang perlu digarisbawahi bahwa, dari 35 ini sebagian besar sudah sembuh, isolasi mandiri sudah selesai.
Kami tinggal memutus mata rantai saja," ujar Parjiono.
Kasus positif COVID-19 yang berubah menjadi klaster dimulai dari munculnya kasus pertama pada 8 April 2021.
Baca Juga: Kiper PSS Sleman Ungkap Pesan Terakhir dari Almarhum Listiyanto Raharjo
Menurut Parjiono, runtutan atau kronologi munculnya klaster COVID-19 di Jongke Kidul tidak terlalu jelas. Terlebih, begitu ada kasus pertama, pihaknya langsung tracing dan jumlahnya berkembang.
"Jadi untuk klasternya sampai saat ini belum diketahui. Awal kasus muncul dari keluarga, tapi kan berbarengan. Jadi tidak bisa diklaim dari satu keluarga," urainya.
Ia merinci, dari 35 yang positif ada tiga yang dibawa ke RS dan sudah sembuh, pisah.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo mengatakan, klaster COVID-19 di Jongke Kidul bukan disebabkan karena kegiatan layat atau takziah.
"Jadi itu awalnya ada takmir masjid setempat sakit, dirawat di RS, ternyata dia positif [COVID-19].Tapi sebelum yang di RS ini positif, ada yang sudah bergejala juga sama-sama takmir masjid. Itu positif dari tes antigen dan bergejala anosmia," tutur Joko.
Begitu kasus muncul, atas inisiatif Satgas Padukuhan Jongke Kidul, maka dilakukan tracing kepada kontak erat. Setelah dilakukan tracing, ternyata ada beberapa tambahan kasus positif.
Terpopuler
- 6 Sabun Cuci Muka dengan Kolagen agar Kulit Tetap Kenyal dan Awet Muda
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 9 Sepatu Lokal Senyaman Skechers Ori, Harga Miring Kualitas Juara Berani Diadu
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 7 Desember: Raih Pemain 115, Koin, dan 1.000 Rank Up
- 5 Rekomendasi Mobil Tua Irit BBM, Ada yang Seharga Motor BeAT Bekas
Pilihan
-
Emiten Adik Prabowo Bakal Pasang Jaringan Internet Sepanjang Rel KAI di Sumatra
-
7 Sepatu Lari Lokal untuk Mengatasi Cedera dan Pegal Kaki di Bawah 500 Ribu
-
Klaim Listrik di Aceh Pulih 93 Persen, PLN Minta Maaf: Kami Sampaikan Informasi Tidak Akurat!
-
TikTok Hadirkan Fitur Shared Feed untuk Tingkatkan Interaksi Pengguna
-
Harga Pangan Nasional Kompak Turun, Cabai Turun setelah Berhari-hari Melonjak
Terkini
-
Porsener-G KukuBima 2025 Berlangsung Sukses, Tinggalkan Jejak Prestasi dan Kebersamaan
-
BRI Rayakan 130 Tahun, Transaksi AgenBRILink Tembus Rp1.440 Triliun
-
4 Link Spesial Saldo DANA Kaget Bikin Heboh Jogja: Kesempatan Cuan Rp129 Ribu di Depan Mata
-
Donny Warmerdam Akhirnya Kembali Berlatih Usai Lama Absen karena Cedera
-
4 Kasus Korupsi Masih Menggantung di Sleman, Termasuk Dugaan Penyelewengan Anggaran Desa Wisata