Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Selasa, 04 Mei 2021 | 13:57 WIB
Ketua RT 3 Agus Riyanto memberi keterangan soal pengirim sate sianida pada wartawan di Cepokojajar RT 3, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Selasa (4/5/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Hari ulang tahun Nani Aprillia Nurjaman, pengirim sate sianida yang jusru menewaskan bocah SD di Bangunharjo, Sewon, Bantul, berubah kelam. Tepat di hari ia menapaki usia baru pada 30 April lalu, Nani ditangkap petugas kepolisian karena identitasnya terungkap setelah polisi menyelidiki pelaku dari kasus tewasnya Naba Faiz Prasetya (10).

Penangkapan Nani, yang dilakukan sekitar pukul 22.30 WIB pada Jumat (30/4/2021) itu sempat diketahui oleh tetangganya. Eni Wulandari (50), saat ditemui di Pedukuhan Cepokojajar RT 3, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, mengatakan, awalnya Nani sedang berurusan dengan debt collector.

"Setelah saya lihat yang datang mobil polisi. Saya tidak tahu ada persoalan apa yang menimpa dia. Setelah itu baru saya tahu ada cerita tentang kasus racun [sate] itu," terang Eni, ditemui wartawan, Selasa (4/5/2021).

Ia melanjutkan, Nani tinggal seorang diri. Wanita 25 tahun ini diketahui sejak sekitar 7 bulan lalu tinggal di rumah bercat hijau itu.

Baca Juga: Lengkap! Profil Pelaku Sate Beracun Merupakan Karyawan Salon Kecantikan

"Dia memang tinggal sendiri, tapi biasa didatangi oleh laki-laki. Namanya Pak Tomy," kata Eni.

Ia mengungkapkan bahwa Nani adalah pribadi perempuan yang sopan dan baik terhadap dirinya. Meski demikian, Nani tak terlalu dekat dengan tetangga sekitar rumahnya karena pekerjaannya.

"Setahu saya dia ini kerja di kosmetik yang ada di Gamping, Sleman. Jika ada yang mengatakan sering pulang malam, memang bekerjanya sampai malam," ujar dia.

Tak hanya itu, Nani juga kerap memberi makanan ke tetangga lewat Eni. Beberapa waktu lalu, perempuan muda ini sempat kembali ke Majalengka, Jawa Barat untuk  bertemu ibunya.

"Ketika sampai di rumah, dia memberikan dodol kepada saya. Orangnya baik dan sopan. Jarang bergaul, tapi pernah ikut arisan tiga kali," terang dia.

Baca Juga: Kronologi Nani Kirim Sate Sianida hingga Ditangkap, Terancam Hukuman Mati

Disinggung sedekat apa dengan Tomy, Eni menjelaskan, sempat beredar kabar keduanya sudah bersuami istri. Namun, Tomy tidak begitu sering berada di rumah tersebut.

"Biasa datang, tapi tidak sampai lama menginap di sana. Saya pernah tanya ke mana Pak Tomy, dia jawab sedang keluar kota," kata dia.

Eni mengatakan bahwa Tomy terakhir datang ke rumah Eni sekitar 3 pekan dari tanggal 25 April. Setelah itu, pria yang merupakan polisi itu tak pernah datang lagi hingga penangkapan Eni.

"Saat ini sudah tak terlihat lagi, sudah tidak pernah ke sini," kata Eni.

Terpisah, Ketua RT 3 Agus Riyanto (40) menerangkan bahwa Nani dan Tomy mendatangi dirinya untuk menempati rumah di wilayah Cepokojajar. Keduanya sempat mengaku menikah siri.

"Jika dulu itu sudah setahun tinggal di sini. Sebelum tinggal di sini, Pak Tomy dan Mbak Nani telepon saya dan menemui saya untuk tinggal di sini. Jadi jika ada warga baru, harus laporan ke sini, dan dari laporan mereka sudah menikah siri," terang dia.

Meski demikian, pihaknya tak memiliki bukti terkait pernikahan siri itu. Namun, Agus dihubungi orang tua Nani bahwa keduanya sudah menikah secara sah sesuai keyakinan agama mereka.

"Orang tua dia [Nani] telepon saya bahwa dia menitpkan Mbak Nani kepada saya. Dia juga menyampaikan, Nani dan Tomy sudah menikah secara agama," kata dia.

Pihaknya juga mengetahui bahwa pekerjaan Tomy seorang aparat kepolisian. Hal itu terlihat saat mengumpulkan fotokopi KTP.

"Iya, Pak Tomy itu di KTP tertulis polisi, tapi saya tak begitu memperhatikan jika memang dia aparat," kata Agus.

Load More