Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Kamis, 20 Mei 2021 | 19:41 WIB
Bentuk purwarupa alat deteksi dini lahar dingin Merapi, karya tim mahasiswa peneliti Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).(ist/dok.tim)

SuaraJogja.id - Sejumlah mahasiswa Pendidikan Teknik Mekatronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memaksimalkan kecanggihan internet of things (IOT) untuk membuat peringatan dini banjir lahar dingin Merapi. Mereka adalah Riza Atika, Anung Endra Raditya dan Rohsan Nur Marjianto.  

Salah satu anggota tim peneliti, Anung Endra mengatakan, karya yang mereka buat itu berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta 2020. Anung menerangkan, erupsi Merapi pada 2010 lalu memuntahkan 140 juta kubik lava. Akibat erupsi itu,  367 nyawa melayang, lebih dari 2.300 rumah rusak, lebih dari 400.000 orang dievakuasi. Ada pula ribuan hektar lahan pertanian rusak hingga kerugian dan kerusakan ditaksir mencapai Rp 3,5 trilliun.

"Merapi hanya satu dari sekian banyak gunung berapi aktif di Indonesia. Ada salah satu potensi bahaya pasca erupsi gunung berapi yaitu banjir lahar dingin," kata dia, Kamis (20/5/2021).

Banjir tersebut terbentuk dari abu dan batu vulkanik yang disemburkan gunung saat erupsi bercampur dengan air hujan, ujar Anung. Ia menambahkan, ahar dingin bisa menjadi ancaman bagi masyarakat sekitar, karena lahar dingin mempunyai bentuk dan tekstur campuran pasir-batu seperti semen basah.

Baca Juga: Tempat Nongkrong di Jogja: Kopi Klotok hingga Kopi Merapi

"Ide kami adalah menciptakan sistem peringatan dini banjir lahar dingin, berbasis internet of things pasca erupsi gunung berapi. Peringatan dini selanjutnya terintegrasi pengeras suara tempat ibadah," ungkap dia. 

Hal itu bertujuan agar dapat menyampaikan informasi bahaya, kepada masyarakat yang berpotensi terdampak dengan sesegera mungkin. Sehingga masyarakat dapat segera berevakuasi ke tempat yang lebih aman dan meminimalisasi jatuhnya korban jiwa.

Alat-alat yang diperlukan pada alat buatan mereka, mulai dari solder sebagai alat utama menyambung berbagai komponen elektronik, multimeter untuk melakukan pengecekan maupun hubungan kerja antar komponen elektronik, tool set untuk merakit setiap komponen penyusunan sistem ini, dan beberapa perlengkapan lain.

Bahan-bahan yang akan digunakan yaitu sensor mekanik pelampung untuk mendeteksi ketinggian permukaan air sungai yang naik secara tiba- tiba. Dilengkapi pula kawat sling baja 0,5 mm untuk mendeteksi jika terjadi longsoran sisa erupsi yang berpotensi masuk dalam aliran sungai yang dapat menyebabkan banjir lahar dingin.

Perangkat berikutnya, modul GSM SIM900A yang berfungsi untuk mengirimkan data ketinggian air sungai dan pesan kondisi longsoran sisa erupsi terkini dalam bentuk SMS (Short Message Service) ke sisi client, untuk memicu pengeras suara di sisi server berbunyi dan memberi peringatan dini bagi masyarakat untuk waspada.  

Baca Juga: Pagi Ini Merapi Muntahkan Awan Panas ke Barat Daya Sejauh 1,8 Kilometer

Melengkapi penjelasan rekannya, Riza Atika menuturkan keunggulan alat besutan mereka yaitu menggunakan sensor mekanik pelampung yang lebih tahan lama dibanding sensor ultrasonik pada alat-alat yang sudah ada. Alat juga memanfaatkan pengeras suara tempat ibadah dengan tujuan untuk mempercepat informasi adanya bahaya banjir lahar dingin. Sekaligus menciptakan alat yang murah dan efisien, sehingga dapat dijangkau berbagai segmen masyarakat.

“Dengan berbasiskan Internet of Things, maka alat peringatan dini banjir lahar dingin ini akan terhubung dengan mudah ke perangkat ponsel maupun komputer melalui jaringan internet yang akan menciptakan interkoneksi data” lanjutnya. 

Adanya interkoneksi, menurut Riza akan membuat penyebaran informasi peringatan dini banjir lahar dingin jadi semakin cepat dan mudah. Serta memudahkan masyarakat dalam memantau kondisi terkini data cuaca dan kondisi sungai rawan banjir lahar dingin. Alat ini juga dilengkapi dengan panel surya sebagai sumber daya utamanya, sehingga selain cepat dan akurat, imbuh Riza. 

"Alat ini juga hemat energi dan ramah lingkungan, sekaligus membuat alat ini dapat dipasang di titik-titik yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLN," tandasnya.

Rohsan Nur Marjianto mengatakan, alat buatan mereka memiliki dua sisi. Pertama, sisi yang bertindak sebagai client untuk mengambil data. Sisi kedua, server untuk menyampaikan informasi potensi banjir lahar dingin hasil olahan data. Sisi client akan dipasang di beberapa titik sepanjang sungai, untuk memastikan pasang surut air sungai sekitar gunung berapi, dengan memanfaatkan sling baja.

"Sling baja disambungkan pada rotary encoder," tuturnya.

Bila terjadi pergeseran tanah, secara otomatis rotary encoder akan berputar dan mendeteksi pergeseran tanah hingga ketelitian 1 cm. Sensor mekanik pelampung berfungsi untuk mendeteksi nilai perubahan ketinggian air.

Jika terdeteksi adanya longsoran dan ketinggian di atas ambang batas yang ditentukan, maka akan memicu sisi client untuk mengirimkan pesan melalui modul GSM ke sisi server. Server akan mengolaborasikan data dari client dengan data prakiraan cuaca dari BMKG, yang bisa diakses secara umum.

Setiap satu menit sekali, sisi client akan mengambil sampel data untuk dikirim ke server, kemudian server akan mengirim ke database untuk simpan dan diolah yang selanjutnya data tersebut dapat diakses melalui aplikasi berbasis android dan website oleh masyarakat.

Data yang dapat dipantau oleh masyarakat ialah monitoring status cuaca, curah hujan, dan informasi terkini ketinggian muka air sungai. Keterbukaan informasi ini untuk mendukung transparansi informasi kepada masyarakat. 

Kontributor : Uli Febriarni

Load More