Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 01 Juni 2021 | 13:35 WIB
Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Senin (23/11/2020) - (SuaraJogja.id/Putu)

SuaraJogja.id - Bertetapan dengan momentum Hari Kelahiran Pancasila Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk lebih mewujudkan Pancasila. Tidak hanya berhenti kepada jargon atau seremonial semata.

“Maka bagaimana kita memperingati lahirnya pancasila itu bukan hanya berhenti di ritual dan seremonial maupun juga dalam jargon dan retorika,” kata Haedar dalam keterangannya, Selasa (1/6/2021).

Hal itu mengingat bahwa Pancasila sudah menjadi dasar negara dan ideologi negara dalam periode yang tidak sebentar. Pancasila dikodifikasi dan menjadi konsensus nasional adalah Pancasila 18 Agustus 1945.

Maka dengan pengalaman sejarah yang panjang itu baik di era orde lama, orde baru, dan setelah reformasi selama dua dasawarsa penting rasanya untuk terus mewujudkan Pancasila.

Baca Juga: Peringatan Hari Lahir Pancasila di Batas Negeri, Sederhana Bikin Merinding

Pertama, lanjut Haedar dengan menerapkan Pancasila dalam kehidupan bernegara. Melalui seluruh institusi kenegaraan agar betul-betul menjadikan setiap sila Pancasila sebagai dasar nilai, dasar pijakan mengambil keputusan dan orientasi dalam kebijakan tersebut agar tetap berada di koridor Pancasila.

“Pertentangan sering terjadi karena kebijakan-kebijakan negara itu tidak sejalan dengan jiwa, alam pikiran, dan moralitas Pancasila,” tuturnya.

Langkah kedua yang perlu dilakukan untuk mewujudkan Pancasila yaitu dengan menempatkan Pancasila menjadi pedoman dalam hidup berbangsa dan bertanah air. Bukan hanya sebagian orang saja tapi bagi seluruh komponen warga bangsa, termasuk para elit bangsa.

Ditegaskan Haedar, Pancasila tidak hanya cukup untuk dihafal atau menjadi doktrin serta pemikiran saja. Melainkan harus dipraktikkan oleh setiap warga bangsa dan elit bangsa.

Lebih dari itu dimanapun berada dan dalam posisi apapun semua warga bangsa harus bisa menjadi contoh teladan di dalam mempraktikkan Pancasila.

Baca Juga: 1.271 Pegawai KPK Lolos TWK Dilantik di Hari Lahir Pancasila

Mulai dari dalam menjadi insan-insan yang Berketuhanan Yang Maha Esa, Berperikemanusiaan yang adil dan beradab, Berpersatuan Indonesia, Berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta Berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

"Kata 'ber' menunjukkan kata kerja, artinya Pancasila dijadikan praktik nyata dalam berbangsa dan bernegara,” tegasnya.

Selain itu, Haedar menyampaikan, perumusan Pancasila sudah seharusnya diperuntukkan menjadi bahan sosialisasi dalam kehidupan bernegara.

Bukan justru untuk secara sadar atau tidak sadar menyimpangkan Pancasila dari sila-silanya yang substansial menjadi hal-hal indoktrinatif di luar substansi seobjektif mungkin dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Hal-hal yang telah terjadi di masa lalu tersebut diharapkan tidak terulang kembali.

Haedar juga mengimbau untuk menjauhkan politiasi Pancasila untuk kepentingan apa pun. Sebab berdasarkan pengalaman sejarah setiap reduksi, penyimpangan, dan politisasi Pancasila akan menimbulkan ketikdapercayaan pada Pancasila itu sendiri.

“Serta kebijakan-kebijakan negara yang berkaitan dengan Pancasila. Semuanya memerlukan ketulusan, kejujuran, jiwa negarawan, wawasan yang luas dan semangat kebersaaman dalam mewujudkan Pancasila sebagai ideologi negara. Jangan membawa pancasila menjadi sesuatu yg sempit dan jangan juga membawa Pancasila melebihi dirinya itu lah Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara,"

Menurut Haedar sama halnya dengan agama, Pancasila juga mempunyai tempat masing-masing. Begitu juga dalam konteks kebudayaan bangsa.

"Sehingga kita menempatkan Pancasila secara proporsoional sebagai dasar dan ideologi negara,” pungkasnya.

Load More