SuaraJogja.id - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman menyatakan sudah menindaklanjuti oknum yang memaksa wisatawan untuk menyewa jip saat hendak ke Petilasan Mbah Maridjan. Dipastikan oknum yang bersangkutan telah menerima konsekuensi dari tindakannya tersebut.
"Mudah-mudahan sudah tidak ada kejadian lagi karena sudah diselesaikan kemarin," kata Sekda Kabupaten Sleman Harda Kiswaya saat ditemui awak media di Pendopo Parasamya Pemkab Sleman, Rabu (2/6/2021).
Harda menyebut kejadian yang sempat viral di media sosial itu bukan yang pertama kali terjadi. Bahkan oknum yang terlibat dalam peristiwa itu diketahui merupakan orang yang sama dengan kejadian sebelumnya.
Disampaikan Harda, sebelumnya oknum tersebut telah berjanji dengan membuat pernyataan untuk tidak mengulangi perbuatannya. Namun ternyata kejadian tersebut berulang lagi.
Baca Juga: Kasus Bertambah, Dinkes Sleman Ungkap Ketersediaan Tempat Tidur Pasien Covid-19
"Karena kejadian itu yang kedua. Kejadian pertama temen-temen sudah berjanji tidak mengulangi. Nah sekarang ada pengulangan ya apa yang dulu dijanjikan harus disikapi tapi sudah diselesaikan. Artinya disikapi, dulu tidak akan mengulang ya tentunya sekarang tindaklanjut komitmennya dulu," tegasnya.
Ditanya mengenai tindakan yang telah dilakukan terhadap oknum tersebut, pihaknya enggan untuk merinci lebih lanjut. Menurutnya tindakan yang dilakukan oknum tersebut disebabkan oleh kondisi himpitan pandemi Covid-19.
"Itu ada kekhilafan, manusiawi. Mudah-mudahan tidak ada lagi. Tidak usah diperpanjang, ini sensitif," ujarnya.
Sebelumnya, curhatan wisatawan kembali ramai di media sosial. Kali ini, ada wisatawan yang hendak ke objek wisata petilasan Mbah Maridjan di Cangkringan, Sleman.
Curhatan itu disampaikan oleh Iqbal Basyari (30) warga Klaten di media sosial yang kemudian viral di salah satu grup Facebook. Lokasi penyetopan itu diketahui masuk Padukuhan Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
Baca Juga: 3.000 Orang di Sleman Sudah Dapatkan Suntikan AstraZeneca, 10 Persen Alami KIPI Ringan
Sebelumnya diketahui bahwa curhatan di media sosial tersebut dituliskan oleh Iqbal Basyari (30) warga Klaten hingga viral di salah satu grup Facebook.
Dalam unggahan di salah satu grup Facebook tersebut Iqbal mengaku tidak diperbolehkan menuju ke petilasan Mbah Maridjan dengan menggunakan mobil pribadi. Melainkan ia diwajibkan untuk menyewa jip yang diketahui lokasi penyetopan itu berada di Padukuhan Ngrangkah, Umbulharjo, Cangkringan, Sleman.
"Lur, mau tanya. Apakah kalau mau ke Dukuh Kinahrejo, tempatnya Mbah Marijan, gak boleh pakai mobil pribadi ya?
Saya tadi mau naik tapi dicegat sama petugas/warga di sekitar 1,5 km sebelum Kinahrejo. Kami dipaksa parkir dan disuruh sewa Jeep kalau mau naik ke tempat Mbah Marijan. Biaya sewa 350-500 ribu, itu pun bentuknya tour bukan ngantar ke tempat yang mau saya tuju," tulis Iqbal dalam postingan di grup Facebook seperti yang dikutip SuaraJogja.id, Senin (31/5/2021).
Ketika dikonfirmasi, Iqbal menjelaskan kronologi kejadian itu terjadi saat ia bersama keluarganya hendak menuju ke petilasan Mbah Maridjan. Sayangnya sebelum sampai di tempat yang dimaksud, mereka diberhentikan oleh orang yang mengaku sebagai petugas.
"Kejadiannya Minggu (30/5/2021) sekitar pukul 11.00 WIB. Saya sampai di jalan depan lokasi yang saya foto. Kemudian petugas di sana memberhentikan saya dan meminta untuk parkir, katanya ini lokasi parkir terakhir," ucap Iqbal saat dikonfirmasi awak media wartawan pesan singkat.
Disebutkan Iqbal, pemberhentian itu dilakukan bukan tanpa alasan. Pasalnya, ia yang mengendarai mobil pribadi itu justru diminta turun untuk parkir dan diwajibkan menyewa jip jika ingin melanjutkan perjalanan dengan dalih jalan yang akan dilalui itu rusak atau jelek.
Padahal, sepengetahuan Iqbal jalan yang akan dilewati itu sudah tercukup baik untuk sekadar dilewati. Sebab jalur itu merupakan salah satu jalur evakuasi bagi warga yang berada di lereng Gunung Merapi.
"Saya ngomong kalau saya mau ke tempat Mbah Marijan yang lokasinya sekitar 1,5 kilometer lagi dari titik itu. Mereka bilang kalau mau naik harus pakai jip, nggak boleh pakai kendaraan pribadi alasannya jalan jelek, banyak jip," tuturnya.
Berita Terkait
-
Tantangan Terbuka Hokky Caraka untuk Wataru Endo: Saya Ingin Tahu!
-
Sejarah Erupsi Gunung Lewotobi dari Masa ke Masa, Terbaru Telan 10 Nyawa
-
Pecah Telur di Kandang Persis Solo, Danilo Alves Berharap Terbukanya Pesta Gol
-
BRI Liga 1: PSS Sleman Menangi Derby Jateng, Persis Solo Semakin Merana
-
Hasil Persis Solo vs PSS Sleman di BRI Liga 1: Super Elja Menang 2-0
Terpopuler
- Respons Sule Lihat Penampilan Baru Nathalie Tuai Pujian, Baim Wong Diminta Belajar
- Berkaca dari Shahnaz Haque, Berapa Biaya Kuliah S1 Kedokteran Universitas Indonesia?
- Pandji Pragiwaksono Ngakak Denny Sumargo Sebut 'Siri na Pace': Bayangin...
- Beda Penampilan Aurel Hermansyah dan Aaliyah Massaid di Ultah Ashanty, Mama Nur Bak Gadis Turki
- Jadi Anggota DPRD, Segini Harta Kekayaan Nisya Ahmad yang Tak Ada Seperempatnya dari Raffi Ahmad
Pilihan
-
Profil Sean Fetterlein Junior Kevin Diks Berdarah Indonesia-Malaysia, Ayah Petenis, Ibu Artis
-
Kritik Dinasti Politik Jadi Sorotan, Bawaslu Samarinda Periksa Akbar Terkait Tuduhan Kampanye Hitam
-
Bakal Dicopot dari Dirut Garuda, Irfan Setiaputra: Siapa yang Dirubah Engga Tahu!
-
Pegawai Komdigi Manfaatkan Alat AIS Rp250 M untuk Lindungi Judol, Roy Suryo Duga Ada Menteri Ikut 'Bermain'
-
Trump Effect! Wall Street & Bursa Asia Menguat, IHSG Berpotensi Rebound
Terkini
-
Terdampak Pandemi, 250 UMKM Jogja Ajukan Hapus Hutang Rp71 Miliar
-
Dari Sumur Bor hingga Distribusi Pupuk, Harda-Danang Siapkan Jurus Atasi Krisis Pertanian di Sleman
-
Jagung dan Kacang Ludes, Petani Bantul Kewalahan Hadapi Serangan Monyet
-
AI Ancam Lapangan Kerja?, Layanan Customer Experience justru Buat Peluang Baru
-
Dampak Kemenangan Donald Trump bagi Indonesia: Ancaman Ekonomi dan Tantangan Diplomasi