SuaraJogja.id - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman menyatakan munculnya sejumlah klaster Covid-19 di Bumi Sembada akhir-akhir ini tidak sepenuhnya terjadi pascalebaran saja. Beberapa kasus malah justru sudah muncul sejak sebelum Lebaran lalu.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman Joko Hastaryo mengambil contoh kasus di Padukuhan Ngaglik, Kalurahan Caturharjo, Sleman atau bahkan kasus Covid-19 di Padukuhan Papringan, Kalurahan Caturtunggal, Depok, Sleman yang sudah terjadi jauh sebelum lebaran.
"Misalnya seperti yang disinggung kemarin mungkin kan ada Papringan, itu jauh sebelum lebaran saat masih puasa awal sudah ada kasus. Cuma karena tracing kita yang massal barengan dengan Ngaglik itu baru tambahan yang muncul setelah itu," kata Joko kepada awak media, Rabu (2/6/2021).
Waktu pemeriksaan atau testing secara massal kepada lingkungan masyarakat yang diduga terdapat sebaran kasus Covid-19 juga dinilai menjadi penyebab klaster-klaster tersebut muncul pascalebaran. Pasalnya dalam beberapa kasus itu swab massal dilaksanakan pada 22 Mei 2021 dengan hasil yang keluar pada 25 Mei 2021.
Baca Juga: Wisatawan Dipaksa Sewa Jip Bukan yang Pertama, Sekda Sleman: Oknumnya Sama
"Padahal sebetulnya penularannya bisa jadi sebelum lebaran. Sehingga kalau mau dikatakan lebaran ada berapa klaster itu memang tidak bisa mengatakan persis. Artinya kalau yang betul-betul terkait dengan libur lebaran kemarin ya hanya di Nglempong itu," terangnya.
Belajar dari sebaran kasus Covid-19 di Ngaglik maupun Nglempong, kata Joko, setelah dilacak lebih lanjut tetap terdapat unsur orang yang datang dari luar. Sehingga memang penularan tidak murni berasal dari dusun setempat saja.
Namun Joko tidak bisa memastikan apakah orang yang berasal dari luar dusun itu pemudik atau bukan. Sebab tidak dipungkiri aktivitas warga juga sudah meningkat saat menjelang Lebaran.
"Tapi apakah itu pemudik atau tidak, itu yang tidak bisa kita identifikasi. Karena aktivitas menjelang lebaran itu kan mungkin ada kegiatan misalnya pengajian atau kegiatan peribadatan yang lain. Hal itu menyebabkan orang dari luar kampung itu datang. Itu yang tidak bisa dibatasi. Setelah ada lockdown mikro kemarin baru bisa dibatasi pendatang dari luar," ungkapnya.
Dari sisi perkembangan jumlah kasus di Sleman sendiri selama bulan Mei, disebutkan Joko, ada lima kali penambahan kasus di atas 100 orang perhari. Kondisi itu berbeda dibanding pada bulan Januari lalu.
Baca Juga: Kasus Bertambah, Dinkes Sleman Ungkap Ketersediaan Tempat Tidur Pasien Covid-19
"Pada Januari kemarin setelah libur akhir tahun itu kan dalam satu bulan yang penambahan kasus hariannya itu yang lebih dari 100 kasus sampai ada 7 hari, tapi tidak berturut-turut. Jadi 7 hari itu ada yang 115-118 [kasus] lalu selang berapa hari," jelasnya.
Bahkan penambahan kasus di bulan Mei itu sudah mulai menurun pada akhir bulan kemarin. Walaupun penambahan sempat kembali menembus di atas angka 100 pasien perhari namun pada 1 Juni kemarin.
Menurut Joko, kondisi penambahan kasus Covid-19 itu sudah sesuai dengan prediksinya yang menyatakan lonjakan kasus baru akan terjadi setelah masa larang mudik berakhir.
"Terakhir [larangan mudik] itu tanggal 18 Mei dihitung 7-10 hari baru mulai naik. Nah itu akhir Mei kemarin baru terlihat adanya peningkatan termasuk tanggal 1 Juni," ujarnya.
Disinggung mengenai tingkat kematian dan kesembuhan kasus Covid-19 selama bulan Mei, Joko menerangkan untuk angka kematian memang lumayan tinggi. Hingga akhir bulan Mei kemarin saja totalnya kematian kasus Covid-19 di Sleman sudah mencapai 2,95 persen.
"Selama Bulan Mei itu yang meninggal ada 92 kasus bahkan lebih tinggi dari Februari. Kalau pada Februari itu 90 kasus. Jadi mulai bulan Januari itu 87 kasus yang meninggal, kemudian bulan Februari 90 kasus, bulan Maret sudah turun drastis 45 kasus, April naik lagi 59 kasus dan Mei ini ada 92 kasus," tuturnya.
Sementara untuk angka kesembuhan kasus positif Covid-19 dari awal pandemi hingga terakhir pada akhir Mei kemarin itu sudah mencapai 90,3 persen. Sedangkan untuk angka kesembuhan nasional sudah berada di angka 92,22 persen.
Berita Terkait
-
Micro Lockdown Resmi Dicabut, Warga RW 03 Ciracas Positif Covid-19 Sisa 2 Orang
-
Kasus Bertambah, Dinkes Sleman Ungkap Ketersediaan Tempat Tidur Pasien Covid-19
-
3.000 Orang di Sleman Sudah Dapatkan Suntikan AstraZeneca, 10 Persen Alami KIPI Ringan
-
Jalani Swab PCR, 42 Orang Kontak Erat Kasus Positif Covid-19 di Dusun Nglempong
Terpopuler
- 3 HP Murah RAM 12 GB dan Memori 256 GB Terbaik Mei 2025
- Yamaha Scorpio Z Terlahir Kembali: Harga Mulai Rp30 Juta, Mesin Seirit Supra X 125
- Dirumorkan Jadi WNI, Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp596 M Dibajak Belanda
- 5 Rekomendasi Sunscreen untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Kulit Tetap Sehat dan Terlindungi
- Pengamat Bola Internasional Blak-blakan Kualitas Mees Hilgers di Belanda: Bek Bagus tapi Dia...
Pilihan
-
Kakang Rudianto dan Malik Risaldi Cetak Sejarah di Hadapan Bruno Fernandes
-
Mees Hilgers Lempar Senyum Kawanua Saat Tiba di TC Timnas Indonesia
-
Google News Showcase Resmi Hadir di Indonesia
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Layar AMOLED Terbaik Mei 2025, Terang di Bawah Terik Matahari
-
Ray Dalio Diisukan Mundur dari Danantara, Ekonom Bocorkan Ada Masalah Serius
Terkini
-
DANA Kaget Cuma Sekali Klik Langsung Dapat Uang? Ini Cara Gampang Klaimnya
-
Deadline Usai, Warga Tegal Lempuyangan Yogyakarta Bertahan Sampai Keraton Turun Tangan
-
DANA Kaget Hari Ini, Tips & Link Klaim Biar Enggak Kehabisan
-
Tak Langsung Tahan Christiano usai Kecelakaan di Jalan Palagan, Polisi Bilang Begini
-
Kebijakan Kemenkes Dinilai Kontroversial, Keselamatan Pasien bakal Terancam