Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 09 Juni 2021 | 10:29 WIB
Awan panas guguran keluar dari Gunung Merapi pada Rabu (9/6/2021) pagi. - (SuaraJogja.id/HO-BPPTKG)

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Pagi ini awan panas guguran dari Merapi kembali keluar.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan bahwa awan panas guguran itu pada Rabu (9/6/2021) pagi. Luncuran wedus gembel itu teramati masih menuju ke arah barat daya.

Awan panas guguran Merapi pada tanggal 9 Juni 2021 tersebut keluar tepatnya pukul 3.16 WIB. Saat itu tercatat di seismogram dengan amplitudo 39 mm dan durasi 129 detik.

"Jarak luncur 1.500 meter ke arah barat daya," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya.

Baca Juga: 24 Jam Terakhir, Gunung Merapi 1 Kali Luncurkan Awan Panas dan 9 Kali Lava Pijar

Dalam periode pengamatan terbaru atau tepatnya pada Rabu (9/6/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB juga teramati sejumlah guguran lava dari puncak Merapi.

"Visual gunung terlihat jelas. Asap kawah tidak teramati. Namun teramati 2 kali guguran lava pijar ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter," ungkapnya.

Meski tidak ada kemunculan dari awan panas guguran atau lava dalam periode pengamatan enam jam tersebut. Sejumlah kegempaan masih tetap terjadi.

Mulai dari kegempaan guguran sejumlah 32 kali, lalu ada hembusan 5 kali, serta hybrid atau fase banyak sejumlah 14 kali dan vulkanik dangkal sebanyak 1 kali.

Sementara itu pada pengamatan sehari sebelumnya atau tepatnya pada Selasa (8/6/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB tidak teramati adanya luncuran awan panas. Pada periode tersebut hanya teramati sejumlah guguran lava yang terjadi.

Baca Juga: Periode Enam Jam Merapi Sudah Keluarkan 7 Kali Guguran Lava Sejauh 2 Km ke Barat Daya

Tercatat ada total 13 kali luncuran lava yang tercatat dalam periode itu. Guguran lava itu tidak hanya mengarah ke barat daya namun juga ke arah tenggara.

"Teramati 10 kali guguran lava ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 2.000 meter dan 3 kali ke arah tenggara dengan jarak luncur maksimal 500 meter," ungkapnya.

Terkait dengan kegempaan pada periode pengamatan tersebut sebanyak 133 kali dari berasal dari kegempaan guguran, lalu hembusan sebanyak 9 kali. Ada pula hybrid atau fase banyak sejumlah 91 kali, vulkanik dangkal sebanyak 18 kali serta tektonik jauh hanya 1 kali.

Hanik menambahkan potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi Kali Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 km. Sementara potensi bahaya pada sektor tenggara yaitu sungai Gendol sejauh 3 km.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Untuk yang berada di luar potensi daerah bahaya saat ini kondusif untuk beraktivitas sehari-hari," imbuhnya.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Load More