Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Mutiara Rizka Maulina
Rabu, 16 Juni 2021 | 12:00 WIB
Ilustrasi Isolasi Mandiri (Shutterstock)

SuaraJogja.id - Kasus Covid-19 di Kota Yogyakarta menunjukkan lonjakan yang signifikan. Dari kisaran 130 hingga 160 kasus, saat ini kasus harian Covid-19 bisa mencapai 462 kasus. Menanggapi tingginya kasus dan berkurangnya kapasitas ranjang di rumah sakit maupun di selter, pemkot berencana untuk kembali menghidupkan selter di wilayah yang pernah ada.

Salah satu wilayah yang menyediakan selter Covid-19 adalah Kalurahan Sosromenduran, Kemantren Gedong Tengen, Kota Yogyakarta. Lurah Sosromenduran Agus Joko Mulyono menyampaikan, di wilayahnya terdapat balai RW yang digunakan sebagai selter. Namun, tidak semua RW punya lantaran kurangnya lahan di tengah perkotaan.

Sebagai satu kesatuan, atau instansi pemerintahan, Agus mengatakan bahwa ia mendukung program Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19, Heroe Poerwadi untuk kembali menghidupkan selter wilayah. Agus mengaku sudah jauh-jauh hari mengikuti instruksi PTKM yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, maupun Pemkot Yogyakarta.

"Di wilayah kami Sosromenduran kan tidak representatif seperti yang ada di desa-desa. Kami kan kesulitan tempat, artinya balai RW tidak seperti yang digambarkan," kata Agus saat dihubungi Rabu (16/6/2021).

Baca Juga: Terjadi Lonjakan Kasus Covid-19, Pemkot Jogja Aktifkan Kembali Selter Wilayah

Dibandingkan dengan balai RW yang ada di kalurahan lainnya, Agus mengatakan bahwa di wilayahnya balai RW tidak terlalu luas. Sehingga ketika akan digunakan sebagai selter Covid-19, maka balai RW tersebut justru akan dihuni oleh keluarga yang tidak terpapar Covid. Misalnya dalam satu keluarga ada yang terpapar, maka pasien isolasi mandiri di rumah dan keluarganya bisa tinggal sementara di Balai RW.

Agus menyampaikan, warga khawatir jika pasien yang melakukan isolasi di Balai RW justru akan menimbulkan kekacauan lantaran ruang yang terbatas, sehingga sesuai dengan kesepakatan bersama masing-masing ketua RW, balai tersebut akan digunakan oleh anggota keluarga yang justru tidak terpapar Covid-19.

"Memang tidak semua balai RW seperti yang digambarkan ada kamar mandi dan sebagainya. Ada, cuman RW RW tertentu yang mempunyai fasilitas komplit," imbuhnya.

Di wilayahnya sendiri, Agus menyebutkan ada 14 RW yang memiliki balai. Sedangkan balai yang representatif dinili hanya 7 saja. Beberapa RW juga tidak memiliki balai karena tidak ada lahan kosong. Dari jumlah tersebut, masing-masing memiliki kapasitas yang berbeda, sesuai dengan fasilitas yang dimiliki, misalnya tempat tidur atau penggunaan tikar.

Agus menambahkan, banyak warga dengan alamat di KTP Sosormenduran yang terpapar Covid-19. Namun, pada realitanya tidak berdomisili di kalurahan tersebut. Sehingga sampai saat ini, selter di balai RW tersebut belum digunakan. Meski demikian, Agus mengaku bahwa pihaknya siap seandainya diminta untuk menggunakan sewaktu-waktu.

Baca Juga: Kasus Covid-19 di DIY Kian Tinggi, PTM Akan Diundur

Sementara itu, Ketua Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi mengatakan beberapa hari ini, ia mulai menghubungi pemerintah desa untuk kembali mengaktifkan selter wilayah. Ketersediaan selter khusus pasien tanpa gejala saat ini wajib jadi perhatian pemerintah, untuk menjamin akses warga.

"Yang ada di wilayah sudah sejak kemarin saya minta untuk mulai menghidupkan kembali," kata Heroe.

Heroe menambahkan jika lonjakan kasus masih terjadi dan selter wilayah tidak mencukupi Pemkot akan menambah selter isolasi bagi warga yang terpapar Covid-19. Namun, mengenai lokasi, dirinya belum dapat menjabarkan sekarang. Selter wilayah sendiri, sempat tidak beroperasi karena tingkat kasus yang rendah.

Load More