Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 15 Juli 2021 | 08:22 WIB
Awan panas guguran Gunung Merapi muncul pada Jumat (2/4/2021) pagi. - (SuaraJogja.id/HO-BPPTKG)

SuaraJogja.id - Aktivitas Gunung Merapi di perbatasan DIY dan Jawa Tengah masih terus berlangsung. Meski belum teramati kembali guguran awan panas namun luncuran lava masih terus berlangsung.

Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida, mengatakan dalam periode pengamatan Rabu (14/7/2021) pukul 00.00 WIB - 24.00 WIB teramati sejumlah guguran lava.

Guguran lava tidak meluncur hanya ke arah barat daya saja, melainkan juga menuju tenggara dan barat.

"Teramati 3 kali guguran lava ke arah tenggara dengan jarak luncur maksimal 1.300 meter. Ada 19 kali ke barat daya maksimal 1.800 meter, dan 1 kali ke barat 1.000 meter," kata Hanik dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/7/2021)

Baca Juga: Dalam 6 Jam Merapi 11 Kali Luncurkan Lava Pijar ke Barat Daya, Jarak Maksimal 1,8 Km

Sejumlah kegempaan juga terpantau terus terjadi dari Gunung Merapi. Mulai dari kegempaan guguran yang mendominasi sebanyak 227 kali, hembusan sejumlah 18 kali, hybrid atau fase banyak sejumlah 88 kali dan vulkanik dangkal sebanyak 23 kali.

"Ada pula tektonik jauh dan tektonik lokal sebanyak masing-masing satu kali," imbuhnya.

Sementara jika dibandingkan dengan periode pengamatan terbaru atau tepatnya pada Kamis (15/7/2021) pukul 00.00 WIB - 06.00 WIB. Awan panas guguran masih belum teramati.

Aktivitas Merapi pada periode enam jam itu juga masih sama dengan didominasi oleh guguran lava serta kegempaan. Namun dalam periode tersebut jumlah guguran lava lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.

"Teramati 2 kali guguran lava pijar ke arah barat daya dengan jarak luncur maksimal 1.500 meter," tuturnya.

Baca Juga: Gunung Merapi Kembali Muntahkan Lava Sejauh 1,5 Kilometer ke Arah Barat Daya

Saat itu juga tidak teramati asap kawah yang muncul dari puncak. Hanya sejumlah kegempaan yang tetap terus terjadi juga dalam periode tersebut.

Serupa dengan pengamatan sebelumnya kegempaan guguran masih menjadi yang paling banyak dengan jumlah 47 kali, lalu ada hembusan 5 kali, serta hybrid atau fase banyak sejumlah 38 kali dan vulkanik dangkal sejumlah 5 kali.

Diketahui sebelumnya BPPTKG telah memperbarui rekomendasi daerah bahaya erupsi Merapi beberapa waktu lalu.

Keputusan itu diambil setelah terjadi luncuran awan panas Merapi sejauh 3 kilometer ke arah tenggara atau ke Kali Gendol pada Jumat (25/6/2021) lalu.

Hanik menjelaskan perubahan rekomendasi daerah bahaya tersebut memang berdasarkan pemodelan aliran awan panas yang ada di Merapi saat ini. Melihat itu baik kubah lava yang berada di sisi barat daya serta kubah lava yang berada di tengah kawah Merapi.

Hanik menambahkan, potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor tenggara-barat daya sejauh maksimal 3 km ke arah sungai Woro. Lalu sejauh 5 km ke arah sungai Gendol, Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih.

Sedangkan untuk kemungkinan jika terjadi lontaran material vulkanik saat terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.

"Masyarakat agar tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya," imbuhnya.

Masyarakat juga diminta agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.

Selain itu kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam KRB III juga tetap direkomendasikan untuk dihentikan sementara waktu.

Ditambah dengan imbauan kepada pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi termasuk kegiatan pendakian ke puncak dalam kondisi saat ini.

Perlu diketahui juga hingga saat ini, BPPTKG masih menetapkan status Gunung Merapi pada Siaga (Level III). Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali.

Load More