Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 25 Juli 2021 | 14:46 WIB
Situasi ruang saluran siaga (hotline) milik BPBD DIY, Minggu (25/7/2021) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Tim Reaksi Cepat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memang sudah membuka saluran siaga (hotline) sejak beberapa waktu lalu. Hal tersebut guna membantu percepatan penanganan pasien Covid-19 yang memang harus segera membutuhkan pertolongan.

Namun hampir sebulan berlalu ada yang tidak biasa dari sambungan hotline milik TRC BPBD DIY tersebut. Panggilan telepon di saluran siaga itu berdering tak henti-henti khususnya jelang hari memasuki waktu petang.

Hal ini disampaikan oleh Wakil Komandan TRC BPBD DIY Indrayanto. Menurutnya hal ini menjadi sebuah keanehan yang belum pernah dialami sebelumnya.

"Mulai sekitar Juni tanggal 18 lah kalau tidak salah. Kami coba amati dari hotline terutama, kalau sore kok ramai dan kebutuhannya pasti itu, pasti emergensi. Sebelumnya nggak pernah sama sekali," kata Indra kepada awak media, Minggu (25/7/2021).

Baca Juga: Pernyataan Sikap UGM, Fokus Kuatkan Solidaritas dan Gotong Royong Hadapi Pandemi Covid-19

Indra menjelaskan ada sekitar delapan line saluran siaga yang siap menerima panggilan emergensi tersebut. Namun ketika waktu mulai memasuki sore menjelang petang semua saluran siaga itu mulai berdering bersahut-sahutan.

Penelepon tidak lain adalah kerabat atau malah anggota keluarga pasien Covid-19 yang tengah menjalani masa isolasi mandiri. Kondisi pasien yang mulai menurun secara drastis menjadi alasan mereka berada di sambung telepon itu.

"Sore itulah telepon hotline akan mulai banyak. Paling banyak napasnya terasa sesak, biasanya permintaannya untuk rujukan ke rumah sakit, butuh ambulans atau butuh oksigen, atau atau butuh baliau bisa bertemu dengan dokter siapa ya yang bisa direkomendasikan untuk konsultasi," ungkapnya.

Indra mengakui pihaknya juga memerlukan waktu untuk menyiapkan semua yang dibutuhkan pasien. Koordinasi antara pihak-pihak lain terus dilakukan dengan harapan pasien dapat segera mendapat penanganan lebih lanjut.

Pihaknya bekerja sama dengan teman-teman Public Safety Center (PSC) yang berada di masing-masing wilayah untuk memastikan. Baik dalam urusan obat dan tindakan yang perlu dilakukan saat itu juga dalam kondisi emergensi.

Baca Juga: Soroti Sense of Crisis, FPRB dan Forkom OMS Desak Pemda DIY Percepat Penanganan Covid-19

"Tapi kan memang linenya juga enggak banyak. Kalau kita di sini itu ada 8 line, itu mesti muni kabeh [pasti berbunyi semua], lalu PSC cuma 2," ucapnya.

Situasi tersebut, kata Indra, akan berbanding terbalik saat waktu masih berada pagi hingga siang hari. Pada waktu-waktu tersebut panggilan yang masuk ke saluran siaga tidak banyak justru cenderung landa.

Walaupun ada telepon yang masuk, itu pun bukan terkait dengan pasien yang kritis atau kondisi emergensi.

Pasien tidak tertolong

Setelah mendapatkan sejumlah telepon di saluran siaga, TRC BPBD DIY pun akan langsung berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Jika memang saat itu pasien sudah dalam kondisi kritis atau emergensi.

Namun berdasarkan hasil survei dan asesmen yang telah dilakukan BPBD DIY kepada berbagai rumah sakit menunjukkan kondisi yang hampir serupa. Rumah sakit rujukan Covid-19 sebagai hilir penanganan pasien memiliki kesamaan dari segi ritme atau periode emergensi itu meningkat.

Load More