Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Minggu, 25 Juli 2021 | 14:46 WIB
Situasi ruang saluran siaga (hotline) milik BPBD DIY, Minggu (25/7/2021) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Situasi tersebut, kata Indra, akan berbanding terbalik saat waktu masih berada pagi hingga siang hari. Pada waktu-waktu tersebut panggilan yang masuk ke saluran siaga tidak banyak justru cenderung landa.

Walaupun ada telepon yang masuk, itu pun bukan terkait dengan pasien yang kritis atau kondisi emergensi.

Pasien tidak tertolong

Setelah mendapatkan sejumlah telepon di saluran siaga, TRC BPBD DIY pun akan langsung berkoordinasi dengan sejumlah rumah sakit untuk melakukan tindakan lebih lanjut. Jika memang saat itu pasien sudah dalam kondisi kritis atau emergensi.

Baca Juga: Pernyataan Sikap UGM, Fokus Kuatkan Solidaritas dan Gotong Royong Hadapi Pandemi Covid-19

Namun berdasarkan hasil survei dan asesmen yang telah dilakukan BPBD DIY kepada berbagai rumah sakit menunjukkan kondisi yang hampir serupa. Rumah sakit rujukan Covid-19 sebagai hilir penanganan pasien memiliki kesamaan dari segi ritme atau periode emergensi itu meningkat.

"Kondisi itu juga signifikan dengan ketika kita survei atau asesmen di rumah sakit ternyata penuh semua. Antara jam sore sampai 9 malam itu full. Saya juga heran. Jawaban Dinkes juga belum ada [terkait kondisi ini]," ujarnya.

Kondisi yang menegangkan bukan sekali dua kali saja dialami oleh pihaknya. Dalam artian, pasien yang memang sudah dalam kondisi emergensi tidak dapat segera tertolong hingga akhirnya meninggal dunia.

Situasi ruang saluran siaga (hotline) milik BPBD DIY, Minggu (25/7/2021) - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

Menegangkannya, lanjut Indra adalah ketika pihaknya menerima hotline saat pasien sudah mengeluh sesak napas. Sementara kebutuhan ambulans hingga rumah sakit rujukan yang perlu segera didapatkan masih terus diusahakan.

"Sebagai contoh kami menyarankan, anda [pihak keluarga pasien] untuk ke rumah sakit RSA misalnya ada kemungkinan di sana anda bisa ambil antrian. Begitu sampai sana orangnya ambil antrian, oke kami siapkan ambulans. Ambulansnya sudah siap, lalu saat dikonfirmasi kembali [pihak keluarga melaporkan] ngapunten [maaf pasien] sudah meninggal. Itu sering. Cuma selang setengah jam, satu jam setelah telepon," terangnya.

Baca Juga: Soroti Sense of Crisis, FPRB dan Forkom OMS Desak Pemda DIY Percepat Penanganan Covid-19

Indra menjelaskan meskipun orang yang menjalani isoman termasuk dalam kondisi kategori sedang. Namun jika tidak segera diikuti dengan penguatan intervensi kesehatan maka bisa dimungkinkan akan semakin memburuk.

Load More