Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Minggu, 01 Agustus 2021 | 17:05 WIB
Pengunjung menikmati suasana Wisata Teratai Biru Kali Opak, Klenggotan, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Minggu (1/8/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

SuaraJogja.id - Aliran Sungai Opak di destinasi wisata Teratai Biru Kali Opak siang itu tak begitu deras. Meski sempat hujan, tak mengurungkan niat pengunjung untuk sekedar menikmati suasana sungai yang tenang di wilayah, Pedukuhan Klenggotan, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul.

Memiliki aliran sungai sepanjang 700 meter, banyak pengunjung yang memancing dan juga berswafoto di sekitar sungai.

Teratai Biru Kali Opak merupakan destinasi wisata yang digagas oleh warga sekitar karena potensi alamnya dapat menarik wisatawan. Tak perlu mengeluarkan kocek banyak untuk berlibur, destinasi wisata yang digagas oleh Budi Riyanta ini menyasar seluruh lapisan masyarakat.

"Tahun 2019 itu mulai dioperasikan. Karena saya melihat sungai merupakan sumber air yang dibutuhkan warga sehingga saya kembali ke Piyungan untuk mengembangkan sungai ini," terang Budi Riyanta ditemui SuaraJogja.id, Minggu (1/8/2021).

Baca Juga: Semua Objek Wisata Bantul Tutup Selama PPKM Darurat, Halim: Wisatawan Bandel akan Ditindak

Butuh waktu puluhan tahun bagi Budi untuk mendedikasikan diri hidup di sungai, hingga mendirikan wisata mandiri. Budi sebelumnya adalah pegawai pabrik yang cukup diperhitungkan di tempatnya bekerja.

"Sebelum pulang ke Jogja saya kerja di Kalimantan, bahkan sampai Ternate. Pekerjaan saya biasa mencari nikel di sana," ujar dia.

Pria lulusan SMK ini cukup lihai menguasai per-bijih besi-an. Memahami besi dan logam adalah keahliannya hingga sempat ditawari posisi yang tinggi di perusahaannya bekerja. Namun ia tolak, karena hal itu bukan tujuannya.

Pengunjung menikmati suasana Wisata Teratai Biru Kali Opak, Klenggotan, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul, Minggu (1/8/2021). - (SuaraJogja.id/Muhammad Ilham Baktora)

"Saya punya anak dan saya juga melihat bahwa jika saya bekerja dengan orang terus mungkin suatu saat akan lelah juga. Saya ingat di dekat rumah saya ada sungai yang sebenarnya memiliki potensi baik," kata dia.

Bukan berarti Budi tak membutuhkan uang banyak. Tetapi ia sadar jika bekerja jauh dari tempat lahirnya dan meninggalkan anak akan terasa sia-sia.

Baca Juga: Pelaku Wisata Pantai Selatan Divaksin, Pemkab Bantul Tak Mau Buru-Buru Buka Objek Wisata

Aliran sungai Opak di sekitar tempat tinggalnya memiliki kandungan pasir dari guguran lava Gunung Merapi. Budi memutuskan keluar dari perusahaan tempatnya bekerja dan kembali ke Piyungan, Bantul sekitar 2001 silam. Budi saat ini menjadi penambang pasir Kali Opak dan menjualnya.

"Sekarang menjadi penambang di sini. Ya memanfaatkan yang ada di dekat rumah," ungkap Budi.

Sejak tahun 2001 tinggal di Piyungan, sungai tersebut masih sering ditemukan emas. Selain menambang, dirinya sesekali mencari emas.

"Saya pernah menemukan, paling berat itu (emas) enam gram dan berbentuk seperti cincin," ujar dia.

Kualitas emas pun juga cukup baik. Dia mengaku emas yang dia temukan, 24 karat.

"Sejak tahun 1980-an, banyak orang mencari emas di sini. Saya pikir saat ini masih ada jika mau dicari, tetapi saya lebih memilih mengembangkan sungai di sini," ujar dia.

Berdiri sejak 2019, wisata tersebut belum menjadi nama seperti sekarang. Budi mengawali dengan mendirikan rumah baca bagi anak-anak dan remaja di pinggiran Kali Opak. Antusias warga cukup tinggi untuk berkunjung ke rumah baca. Terlebih lagi warga biasa bermain di sekitar sungai.

"Setelah rumah baca berdiri, saya lihat sungai ini menarik jika dirapikan. Sehingga saya ajak warga dan saat itu kebetulan banyak anak mahasiswa kerap bermain ke sini dan saya gandeng mereka. Akhirnya nama itu muncul dan sekarang menjadi Teratai Biru Kali Opak," katanya.

Berdiri di atas Sultan Ground, Teratai Biru Kali Opak memiliki tiga wahana yang bisa dinikmati pengunjung. Mulai dari wahana tubing, persewaan perahu dan tempat memancing.

"Untuk swafoto juga bagus. Kami juga membuat jembatan dan memasang beberapa tulisan unik yang dibuat oleh mahasiswa," jelas dia.

Destinasi wisata ini juga ikut menggandeng warga lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pihaknya menyiapkan lapak bagi warga untuk membuka barang jualannya.

"Saat ini ada empat pedagang. Sembari bermain air kami juga menyiapkan makan dan minum. Artinya dari sungai ini warga juga bisa hidup," jelas dia.

Budi menyatakan berkunjung ke wisata buatan warga ini sangat murah. Tak ada tiket masuk, dan pengunjung membayar seikhlasnya untuk parkir motor. Untuk jasa persewaan perahu, masing-masing orang hanya cukup merogoh uang Rp5 ribu.

"Kondisi PPKM ini masih terbatas. Tempat wisata tidak kami tutup dan siapa saja silahkan berkunjung. Memang saat ini yang banyak datang adalah pemancing," ujar dia.

Teratai Biru Kali Opak, lanjut Budi akan terus dikembangkan. Kondisi PPKM saat ini membuatnya menunda rencana ke depan.

"Jika nanti sudah mulai longgar kami kebut untuk pengembangan wisatanya. Termasuk promosi ke publik," ujar dia.

Load More