Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 23 Agustus 2021 | 13:22 WIB
ilustrasi pengayuh becak. [Ema Rohimah / SuaraJogja.id]

"Dibilang sulit sudah bukan sulit lagi, sudah di ujung tanduk. Sehari hanya 1 orang penumpang. Bahkan pernah sehari hanya duduk di atas becak saja, ya tidak ada penumpang," keluh dia.

Pardi pun hanya bisa pasrah. Apalagi segala upaya juga sudah dilakukan keluarga untuk mengisi periuk nasi di rumah.

"Sekarang ini ya selain saya, istri saya juga menjadi buruh lepas di rumah produksi karak atau kerupuk dari nasi untuk bantu nambah penghasilan tapi ya situasi ini tetap saja masih kurang. Ya sekarang jika ada bantuan-bantuan yang bisa diandalkan itu yang bisa diharapkan," terang dia.

Pardi sendiri mengaku tak begitu takut dengan bahaya Covid-19. Pasalnya kakek 3 cucu ini sudah mendapat vaksin dua kali dosis. Mengenakan masker yang dia lakukan agar terhindar dari penularan.

Baca Juga: Gelang Vaksin Disebut Tak Awet, Begini Penjelasan Pemkot Jogja

Tak hanya kisah Pardi saja yang mendeskripsikan begitu sulitnya pengayuh becak bertahan di tengah pandemi. Karyono dan Suratman juga mengalami hal serupa.

Suratman yang hampir 40 tahun bekerja sebagai pengayuh becak merasakan keterpurukan pada dua tahun belakangan. Ia yang tiap beroperasi di Jalan Malioboro tak memiliki pendapatan pasti saat Covid-19 merajalela di Kota Pelajar.

"Saat ini mau bergantung dengan wisatawan sudah sulit. Pemerintah menutup pintu masuk kota, walaupun di malioboro (jalan) dibuka lagi, tapi percuma jika pintu utama kota ditutup semua," keluh Suratman.

Suratman, pengayuh becak asal Jogja ketika mendorong becak miliknya untuk kembali mencari penumpang di sekitar Jalan Bhayangkara, Kota Jogja, Minggu (22/8/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

Bagi Karyono pekerja becak bergantung pada pendapatan tiap harinya. Berapapun yang didapat hari ini, jumlah itu yang akan digunakan untuk makan hari itu juga.

Dirinya tak menampik jika PPKM yang diberlakukan pemerintah sudah sangat buruk. Tak adanya kebijakan yang solutif bahkan menjadi dilema bagi pembecak. Tidak adanya wisatawan, pembecak baru lima hari kemudian beroperasi kembali.

Baca Juga: Soal Aturan 2 Jam Berkunjung di Malioboro, Ini Respons Wisatawan dari Luar Jogja

"Ya ada yang mengikuti kondisi atau waktu hari libur. Biasanya kan ramai pada waktu itu, meskipun sampai di lokasi, justru tidak ada penumpang," ujar dia.

Load More