SuaraJogja.id - Puluhan massa yang mengatasnamakan Forum Warga Yogyakarta merayakan 9 tahun disahkannya Undang-undang Keistimewaan (UUK) DIY di Titik Nol Km Yogyakarta, Selasa (31/08/2021).
Alih-alih sebagai ucapan syukur atas penetapan UU sejak 31 Agustus 2012, perayaan kali ini sebagai sindiran atas UU tersebut yang dinilai tak bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat Yogyakarta, terutama di masa pandemi Covid-19 ini.
Mengenakan baju lurik dan blangkon, massa membawa nasi bancakan. Mereka membagikan nasi bancakan tersebut kepada pengendara dan warga yang berada di seputaran Titik Nol Km.
"Sebagai adat orang jawa, kita membagikan nasi bancakan ke warga dalam peringatan sembilan tahun uu keistimewaan diy ini," ujar Juru Bicara Forum Warga Yogyakarta, Denta Julian disela aksi.
Baca Juga: Jadi Salah Satu Ikon, Tugu Lalu Lintas Kota Madiun Dilengkapi Traffic Light
Pembagian nasi bancakan kepada warga di masa pandemi Covid-19 ini, menurut Denta sebagai salah satu sindiran dan kritikan kepada Pemda DIY.
Sebab meski memiliki dana keistimewaan (danais) yang besar dari pemerintah pusat sebagai konsekuensi penetapan UUK DIY, Pemda tidak mengalokasikan danais tersebut untuk mengatasi persoalan Covid-19 secara tepat.
Alih-alih diberikan kepada warga melalui bantuan sosial (bansos), warga harus bisa mengakses danais melalui hibah bantuan koperasi berupa simpan pinjam. Hal ini membuktikan Pemda seperti lintah darat atau rentenir kepada warganya di tengah pandemi.
Bantuan pinjaman tersebut di masa pandemi ini dirasa tidak ada manfaat. Sebab alih-alih untuk membayar pinjaman, banyak warga Yogyakarta yang tidak bisa makan akibat terdampak pandemi.
Sementara danais selain dimanfaatkan untuk simpan pinjam juga penggunaannya disebut tidak tepat sasaran. Pembelian Hotel Mutiara dan tanah bekas Stieker, pembangunan pagar alun-alun di depan Keraton Yogyakarta hingga Pojok Beteng jadi banyak contoh pembangunan yang bersifat monumental dengan menggunakan danais.
Baca Juga: Dukung Perjuangan Palestina, Ribuan Orang Unjuk Rasa di Titik Nol Kilometer
"Danais hanya jadi bancaan pejabat di diy, padahal banyak rakyat jogja sedang lapar ditengah pandemi, banyak yang kehilangan pekerjaan, tidak bisa jualan, di-PHK," paparnya.
Berita Terkait
-
Menhut Raja Juli Siap Endorse Titik Nol Sabang: Bukan Ikonik buat Aceh tapi Juga Negeri Ini
-
Mimbar Bebas di Aksi Jogja Memanggil: Sambut Jokowi dengan Demokrasi Milik Bersama
-
Hore, Anggaran Rp 3,8 M Dikucurkan untuk Sirkuit Titik Nol di Tanjung Bira Sulsel
-
Bikin Hampa, Ini 4 Judul Novel dengan Kisah Kelam nan Sendu
-
4 Rekomendasi Novel Jadul yang Tetap Eksis, Berasa Masuk Lorong Waktu!
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
-
Persija Terlempar dari Empat Besar, Carlos Pena Sudah Ikhlas Dipecat?
-
Momen Timnas Indonesia U-17 Gendong ASEAN Jadi Pembicaraan Media Malaysia
-
Terbang ke Solo dan 'Sungkem' Jokowi, Menkes Budi Gunadi: Dia Bos Saya
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD