"Saya simpan sendiri bersama suami. Coba kita hadapi,"tambahnya.
Untuk menjual barang yang ia miliki pun adalah hal yang tidak mungkin. Karena ketika menjual barang miliknya maka orangtuanya akan mengetahui persoalan yang menderanya.
Rasa frustasi semakin membuatnya kalut. Bahkan sempat terlintas untuk mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri. Namun beruntung, Tuhan masih mengingatkannya karena setiap kali keinginan bunuh diri muncul, selalu terbayang wajah anaknya.
Dirinya pun menuangkan kekalutannya ke sebuah blog pribadinya. Semua yang ia alami dan rasakan tersebut masuk dalam blog tersebut. Hingga akhirnya ada seseorang dari Surabaya membaca blog pribadinya dan lantas menghubunginya.
"Orang tersebut akhirnya memberi pencerahan. Dan memberikan solusi,"tambahnya.
Pria asal Surabaya tersebut akhirnya menyarankan agar dirinya membuang handphone dan mengganti dengan nomor yang lain. Selain itu ia juga diminta tidak menghiraukan teror-teror yang masuk serta tidak perlu khawatir dengan black list BI Cheking.
Akhirnya perlahan-lahan teror tersebut berkurang dan sudah tidak ada lagi. Kekhawatiran black list BI Chekingpun tak terbukti karena dirinya masih bisa mengajukan pinjaman ke perbankan dan selalu disetujui.
"Persoalan Pinjol sebenarnya hanyalah mental. Harus kuat mental menghadapi teror pinjaman online. Tagihan itu hanya gertakan, tidak terbukti,"tambahnya.
Dihisap Tujuh Lintah Darat
Baca Juga: Kuota Kerap Habis di Kotanya, Gadis Asal Sukoharjo Ini Nekat Ikut Vaksinasi di Gunungkidul
Ngadiono (52) dan Sumini (44) pasangan suami istri asal Padukuhan Kedungranti Kalurahan Nglipar Kapanewon Nglipar Gunungkidul ini sudah 4 bulan tinggal di kandang sapi ukuran 2 x 2,5 meter. Bersama dua anaknya, pasangan suami istri ini berbagi dengan 3 ekor sapi yang mereka pelihara.
Kandang tersebut berada di bantaran Sungai Oya di mana setiap musim penghujan selalu terendam banjir. Sebagai kamar multifungsi, ia menyekat ruang ukuran 1x1 meter dan mengelilinginya dengan plastik terpal. Kasur yang ia letakkan juga sangat tipis hanya dengan ketebalan 3 cm.
Sementara untuk mandi dan mencuci, keluarga ini mengambil air dari Sungai Oya yang ada di dekat kandang tersebut. Namun untuk memasak, mereka masih meminta kepada tetangganya. Untuk memasak, ia membuat tungku seadanya di luar kandang.
Ngadiono menceritakan alasan mengapa ia bersama keluarganya tinggal di kandang dekat dengan sungai. Karena rumah satu-satunya yang mereka miliki sudah dijual untuk menutup hutang. Untuk tinggal di tempat saudara, adalah hal yang tidak mungkin karena mereka memiliki banyak anak.
Tahun 2007 yang lalu sebenarnya mereka mendapat bantuan pembangunan rumah sederhana dari sebuah lembaga sosial yang perduli korban gempa 2006. Rumah permanen tipe kecil dibangun di atas tanah miliknya pemberian orangtuanya.
Saat itu Ngadiono sudah memiliki usaha sablon kecil-kecilan dan sang istri menjadi pedagang sayur keliling. Karena mereka memiliki anak yang masih kecil-kecil akhirnya keluarga ini mulai berani mengajukan hutang. Mereka berhutang ke beberapa lembaga keuangan.
Tag
Berita Terkait
-
Pinjol Makin Ancam Masyarakat, DPR dan Pemerintah Diminta Rancang UU Baru Pinjaman
-
Minta Polisi Berantas Pinjol Ilegal, Komisi III DPR: Kerap Lakukan Aksi Teror
-
Pegawai Bank Bunuh Diri Terjerat Utang Pinjol, Surat Wasiatnya Beredar, Isinya Nyesek
-
Pinjol Kini Tak Cuma Butuh Izin Google, Harus Kantongi Surat OJK
Terpopuler
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
- Mengintip Rekam Jejak Akira Nishino, Calon Kuat Pelatih Timnas Indonesia
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 19 Oktober: Klaim 19 Ribu Gems dan Player 111-113
- Bukan Main-Main! Ini 3 Alasan Nusakambangan, Penjara Ammar Zoni Dijuluki Alcatraz Versi Indonesia
Pilihan
-
Suara.com Raih Penghargaan Media Brand Awards 2025 dari SPS
-
Uang Bansos Dipakai untuk Judi Online, Sengaja atau Penyalahgunaan NIK?
-
Dedi Mulyadi Tantang Purbaya Soal Dana APBD Rp4,17 Triliun Parkir di Bank
-
Pembelaan Memalukan Alex Pastoor, Pandai Bersilat Lidah Tutupi Kebobrokan
-
China Sindir Menkeu Purbaya Soal Emoh Bayar Utang Whoosh: Untung Tak Cuma Soal Angka!
Terkini
-
Kasus Korupsi Kuota Haji Kemenag Memanas, KPK Sasar Pengelola Travel Umroh di Jogja
-
Malioboro Bebas Emisi, Bentor segera Dihapus, Becak Listrik jadi Pengganti
-
UGM Gebrak Dunia Industri, Rektor Ova Emilia Ungkap Strategi Link and Match yang Tak Sekadar Jargon
-
Waspada! Gelombang ISPA Terjang DIY: Lebih dari 11.000 Kasus Akibat Cuaca Ekstrem
-
Jangan Sampai Hilang! Sleman Digitalisasi Naskah Kuno: Selamatkan Warisan Budaya untuk Generasi Mendatang