Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 07 September 2021 | 17:27 WIB
Ibu rumah tangga di Gunungkidul yang melakoni bisnis online tengah melakukan COD dengan para pembeli di kawasan Wonosari. [Kontributor / Julianto]

SuaraJogja.id - Himpitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19 membuat sejumlah ibu rumah tangga di Gunungkidul bertahan dengan mencari penghasilan lewat bisnis online

Pilihan bisnis online mereka ambil karena sebagian besar tidak memiliki tempat berjualan yang representatif. Aktivitas bisnis online sendiri semenjak pandemi memang tengah marak ditekuni oleh ibu rumah tangga di Gunungkidul. Dari pelosok Gunungkidul, biasanya mereka janjian bertemu dengan pembeli di kota Wonosari karena Kota Wonosari dianggap tempat yang strategis.

Tempat favorit yang sering mereka gunakan lokasi COD adalah seputaran Alun-alun Wonosari. Mereka bertemu dan melakukan transaksi jual beli barang yang sebelumnya mereka janjikan. 

Ternyata, jumlah ibu rumah tangga yang janjian COD di seputaran Alun-alun Wonosari kian hari kian bertambah, bahkan mencapai ratusan. Tak jarang ketika jam kantor ASN Pemda Gunungkidul selesai, sering menimbulkan kemacetan bahkan sesekali juga terjadi kecelakaan.

Baca Juga: Wisata Urung Buka, Pedagang Pantai Gunungkidul Terpaksa Bakar Dagangan karena Kedaluwarsa

Kondisi inilah yang membuat prihatin para ibu rumah tangga yang menjalani sistem COD tersebut. Akhirnya beberapa di antara mereka yang tergabung dalam paguyuban berusaha mencari tempat yang representatif untuk lokasi COD. Hingga akhirnya mereka memilih bekas terminal lama Wonosari atau bekas pasar Besole.

Kini, setiap hari mulai pukul 15.00 WIB hingga pukul 15.30 WIB, ratusan ibu rumah tanggal yang menjajakan dagangannya berkumpul untuk sama-sama menunggu pembeli yang akan mengambil barang yang sudah dijanjikan sebelumnya. Kini bekas terminal Wonosari mulai dikenal sebagai Pasar COD.

Kini setiap sore ratusan pedagang dan pembeli datang silih berganti. Salah satu ciri khas dari pasar COD ini, antara penjual dan pembeli semuanya memegang handphone. Mereka saling berkomunikasi di sebelah mana bisa berjumpa dan mengambil barang

Susi (27), ibu rumah tangga asal Padukuhan Seneng Kalurahan Siyono Kapanewon Playen mengaku setahun lebih selama pandemi ini, ia memang bertekad membantu suaminya. Sebab suaminya menjadi salah satu pekerja yang terpaksa diberhentikan dari pekerjaannya.

"Suami saya sekarang buruh serabutan. Hasilnya tak menentu, jadi saya harus bantu suami,"ujar ibu dua anak ini.

Baca Juga: Penyekatan di TPR, Begini Modus Wisatawan agar Bisa Tetap Sampai Ke Pantai Gunungkidul

Sebelum pandemi, sebenarnya ia sudah mulai memasarkan sambel petai lewat sistem online dan COD. Namun kala itu penjualannya sedikit seret karena harus bersaing dengan restoran ataupun warung makan. Dan ketika pandemi berlangsung ini, justru omsetnya meningkat.

Bahkan selama PPKM ini berlangsung, hampir setiap hari COD. Biasanya ia COD di sebelah Alun-alun Wonosari, namun semenjak berpindah karena mengganggu lalu lintas, dagangannyapun mulai laris diburu pembeli. Rata-rata wanita ini mampu menjual 50 cup sambal petai dalam sehari. Dan ketika ramai omsetnya bisa mencapai 100 cup.

"1 cupnya itu Rp 10 ribu. Jadi sehari bisa Rp500 ribu, alhamdulillah bisa membantu suami,"terangnya.

Salah satu pedagang online, Manda mengatakan dirinya sudah agak lama menekuni penjualan online. Hampir setiap sore ia COD di eks terminal untuk mengambil barang sesuai dengan pesanan yang ia dapat. Dirinya juga membawa dagangan untuk COD dengan sejumlah pembeli maupun pedagang lainnya.

"Sudah sejak 3 bulan ini COD disini. Kalau dulu biasanya di sekitar SMK 1 Wonosari kemudian pindah kesini agar satu titik," kata Manda, warga Kapanewon Playen.

Ketua Paguyuban Pasar COD, Erlita Pebeyana Puteri mengatakan, pasar COD memang menjadi fenomena baru di tengah pandemi Covid19. Dan kebetulan lahan yang digunakan adalah lahan milik keluarganya. Di mana keluarga besarnya sudah mengijinkan pasar COD ada di eks terminal tersebut agar memberi manfaat bagi ibu rumah tangga.

Erlita mengatakan, para pedagang dan pembeli yang berada di Pasar COD tersebut berasal dari berbagai daerah di Gunungkidul. Paling jauh seperti dari Rongkop, Tepus, Tanjungsari dan beberapa daerah lainnnya di seputaran Pantai Selatan Gunungkidul.

"Berbagai barang dibawa oleh para pedagang online. Jadi ketemunya disini setiap sore. Ramai sekali setiap sore, Alhamdulillah," kata dia.

Menurutnya, penjualan dari sistem COD semacam ini lumayan menguntungkan sehingga banyak yang berminat. Terlebih dengan kondisi sekarang ini banyak yang memilih untuk membeli perkakas, bahan pangan dan lainnya secara online agar lebih efektif. Harganya pun juga lebih murah dibanding dengan harga toko.

Hasil pendapatan yang diperoleh menurut dia paling tidak bisa untuk membantu pemenuhan kebutuhan keluarga. Meski jumlahnya tidak banyak, paling tidak bisa untuk meringankan ekonomi keluarga.

"Ya paling tidak bisa untuk membeli bumbu dapur sendiri. Lumayan memang hasilnya," jelasnya.

Ketua DPRD Gunungkidul, Endah Subekti Kuntariningsih mengatakan Pasar COD ini sebagai bentuk kegigihan perempuan Gunungkidul dalam membantu perekonomian keluarga. Mayoritas dari penjual online yang kemudian COD di pasar ini adalah ibu rumah tangga yang mencari pendapatan sampingan.

"Pasar COD ini harus dilindungi. Mereka adalah ibu-ibu yang luar biasa dan pastinya berjasa. Tanpa kenal lelah mereka melayani permintaan kebutuhan para konsumennya," ungkap Endah.

Para wanita tangguh ini juga berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat bawah. Dalam situasi seperti ini pembelian COD dinilai sangat efektif.

Kontributor : Julianto

Load More