Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Muhammad Ilham Baktora
Kamis, 16 September 2021 | 07:43 WIB
Suasana vaksinasi massal kepada mahasiswa yang digelar oleh kampus tangguh UST dan Polresta Yogyakarta, Rabu (15/9/2021). [Muhammad Ilham Baktora / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Kesempatan untuk membuka kembali Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pada PPKM Level 3 menjadi harapan besar seluruh pelajar. Tak hanya jenjang SD-SMA, namun mahasiswa di perguruan tinggi juga ingin  merasakan hal yang sama.

Pemerintah juga terus mempercepat kegiatan vaksinasi agar mencapai herd immunity. Sehingga aktivitas tatap muka seperti pembelajaran juga bisa kembali berjalan. 

Bagi mahasiswa di Yogyakarta, hampir 2,5 semester atau sejak Maret 2020, mahasiswa tak lagi merasakan kegiatan tatap muka di kampus. Meski sesekali ke kampus, tidak untuk belajar, hanya mengurus berkas administrasi kampus. 

Hal itu juga dirasakan oleh seorang mahasiswa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST), Kota Jogja, Rofik. Mahasiswa 23 tahun jurusan Ekonomi Bisnis sudah mulai jenuh dengan pembelajaran daring.

Baca Juga: Inovatif, 6 Mahasiswa Berhasil Ciptakan Aplikasi Pembeda Jenis Batik

"Semakin lama kami juga bosan. Setiap pembelajaran selalu daring dan tak jarang sulit menerima penyampaian dosen," terang Rofik saat mengikuti vaksinasi massal mahasiswa UST bekerjasama dengan Polresta Yogyakarta, Rabu (15/9/2021).

Berbeda saat dirinya masih merasakan tatap muka di ruang kelas. Meski juga sesekali bosan, dirinya mulai rindu dengan suasana perkuliahan di kampus.

"Ya semua berharap jika ada pembelajaran tatap muka untuk perguruan tinggi kami cukup senang. Apalagi ada vaksinasi yang tujuannya juga agar tercipta kekebalan imun dan PTM dibuka kembali," katanya.

Mahasiswa asal Makassar itu baru mendapat vaksinasi dosis pertama selama berada di Jogja. Sebelumnya ia tak menganggap penting vaksinasi ini lantaran tidak untuk bepergian ke luar kota.

Namun munculnya beberapa syarat bahwa PTM bisa dibuka jika pelajar sudah divaksin, Rofik mulai menganggap vaksinasi penting. Walau beberapa hari sebelumnya, Menteri Nadiem Makarim tak mewajibkan vaksinasi sebagai syarat PTM dibuka.

Baca Juga: Mahasiswa Desak Gubernur Sumbar Tingkatkan Vaksinasi dan Hentikan PPKM Level 4

Ia tak menampik jika sistem pembelajaran untuk mahasiswa mungkin butuh perubahan. Bisa jadi perkembangan teknologi saat ini mahasiswa sudah cukup belajar secara daring.

"Tapi jujur diskusi di dalam ruangan saya kira juga penting. Karena saat online saja belum tentu bisa bagus koneksinya," terang dia.

Mahasiswi asal Halmahera, Rianti (22) mendukung ketika pemerintah juga membuka aktivitas PTM di perguruan tinggi. Mengingat pelajaran di kelas lebih banyak memberi pengalaman.

"Semisal hanya di depan laptop dan menerima materi di dalam kos, setelah itu jenuh. Tidak ada teman untuk diskusi kan," kata perempuan yang mengambil Fakultas Psikologi itu.

Pihaknya berharap tak hanya jenjang SD-SMA saja PTM yang dibuka. Namun pemerintah bisa mempertimbangkan juga untuk mahasiswa di Jogja.

Terpisah, Wakil Rektor II UST, Trisharsiwi mengatakan, pandemi Covid-19 yang berkepanjangan membuat pihaknya urung melaksanakan PTM. Dia menyampaikan, secara umum antara pembelajaran tatap muka maupun daring punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Misalnya saja saat pembelajaran daring, selain meminimalisir pencegahan Covid-19 mahasiswa merasa sedikit terbantu karena minimnya biaya pengeluaran karena tak perlu lagi ke kampus atau memenuhi biaya indekos, namun efektivitasnya tidak jarang diragukan. 

"Namanya mahasiswa, kadang kalau kita belajar kan hanya pasang foto, yang penting login atau masuk dengan kelihatan foto tapi dia kemana kita tidak tahu. Memang ada lebih dan kekurangannya," ungkap Tri.

Pembukaan PTM di perguruan tinggi juga harus melihat kondisi penyebaran Covid-19.  Sehingga perlu mendapat izin resmi dari kementerian, Pemda, maupun Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta. Persiapan menuju terselenggaranya PTM pun terus dilakukan seperti vaksinasi kepada sejumlah mahasiswa yang berdomisili di wilayah DIY.

Dalam kesempatan itu sedikitnya ada 1.700 mahasiswa yang mendapat vaksin untuk dosis pertama. Program vaksinasi itu juga merupakan salah satu upaya dan komitmen dari pencanangan UST sebagai kampus tangguh beberapa waktu lalu. 

"Vaksinasi ini akan kami laksanakan bertahap. Dua bulan lalu karyawan dan dosen sudah, sekarang giliran mahasiswa, karena harapan kami semester depan sudah bisa PTM. Untuk tahap pertama khusus bagi yang ada di wilayah DIY dulu, nanti kalau mahasiswa sudah menjelang kuliah datang ke Jogja dan nanti akan vaksinasi lagi," kata dia. 

Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro mengatakan, sebagai salah satu kampus tangguh UST berperan dalam mengedukasi dan menerapkan aturan yang sejalan dengan pengendalian Covid-19 di lingkungan kampus. Selain penerapan protokol kesehatan secara ketat, persiapan lain khususnya vaksinasi juga perlu dilakukan agar penyebaran Covid-19 bisa dikendalikan. 

"Harapan besar kami dari kerja sama vaksinasi ini bisa mempercepat proses penanganan Covid-19," ungkap dia.

Load More