SuaraJogja.id - Tragedi berdarah 30 September 1965 menyisakan sejumlah kenangan kelam dalam sejarah Indonesia. Lubang berbentuk persegi panjang yang berada di salah satu sudut Yogyakarta turut menjadi saksi bisu pertumpahan darah kala itu.
Lubang persegi panjang dengan kedalaman sekitar 70 centimeter itu lebih dikenal dengan istilah lubang buaya. Laiknya yang ada di Jakarta, lubang buaya yang berlokasi di Desa Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman itu juga menjadi bagian dalam sejarah.
Berada di dalam Kompleks Batalyon 403. Lubang buaya itu menjadi kuburan sementara dua pimpinan Korem 072/Pamungkas Yogyakarta Brigjen (anumerta) Katamso Darmokusumo dan Kolonel (anumerta) Sugiyono sebelum akhirnya berhasil ditemukan dan dievakuasi.
Saat ini 'Lubang Buaya Yogyakarta' tersebut sudah dijadikan sebuah museum. Diberi nama Museum Monumen Pahlawan Pancasila, saksi bisu tragedi 65 itu masih dirawat dengan baik hingga sekarang.
Baca Juga: Tabrak Pikap, Pemotor di Underpass Kentungan Tewas Terlindas Truk Tronton
Saat SuaraJogja.id mengunjungi museum tersebut hanya ada dua penjaga yang tengah membersihkan area sekitar. Sepi, tidak ada pengunjung saat itu.
Dari luar kompleks sebenarnya sudah terlihat sejumlah mobil atau kendaraan yang informasinya dulu digunakan saat peristiwa 30 September 1965 meletus. Begitu juga dengan bangunan semacam pendopo dengan arsitektur Jawa.
"Museum ini menceritakan sejarah PKI waktu itu tahun '65 yang di Yogyakarta. Pahlawannya ada dua saat itu Pak Katamso sebagai Danrem dan Pak Sugiono menjabat Kasrem," kata Pengelola Museum Pahlawan Pancasila, Malis Ari Julianto saat ditemui di Museum Monumen Pahlawan Pancasila beberapa waktu lalu.
Malis menceritakan dulunya kompleks Batalyon 403 ini masih disebut sebagai Batalyon L. Tepatnya tanggal 30 September 1965, Brigjen Katamso menjadi orang pertama yang diculik saat tengah berada di kediamannya.
"Kalau Pak Katamso itu di depan markas Korem yang sekaranv menjadi museum TNI AD. Beliau di sana diculik dibawa ke Batalyon L dibawa dengan mobil yang ada di sana (museum) tadi," ucapnya.
Baca Juga: Prihatin pada Kondisi Underpass Kentungan, Anggota JCW Mandi Kembang di Jalan
Saat itu, Brigjen Katamso disiksa oleh markas komando ini. Lalu tak lama berselang Kolonel Sugiyono juga ikut diculik. Saat itu Sugiyono baru saja pulang dari Semarang. Penyiksaan juga dialami Kolonel Sugiyono saat itu.
"Jadi mereka diculik dan disiksa hampir bersamaan. Kalau Pak Katamso itu sejak sore, sedangkan Pak Sugiyono malamnya karena baru pulang dari Semarang," tuturnya.
Masuki tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, kedua orang tersebut dibawa ke joglo tersebut. Setibanya di tempat itu, mereka disiksa kembali. Brigjen Katamso yang menjadi orang pertama tiba di sana.
"Beliau diturunkan dari mobil lalu dipukul kepalanya dari belakang terus dimasukkan ke lubang itu. Kedua habis itu Pak Sugiyono juga habis itu diambil dari markas komando terus dipukul juga kepalanya pakai kunci mortir itu," ungkapnya.
Disampaikan Malis, kedua pahlawan yang saat itu sudah disiksa dan masuk ke lubang buaya tersebut diketahui belum meninggal dunia. Hingga akhirnya mereka dilempari dengan batu-batu besar yang ada saat itu hingga dinyatakan meninggal.
Setelah itu, untuk menghilangkan jejak lubang itu ditimbun kembali dengan tanah ditambah dengan ditanami ubi jalar dan pohon pisang. Kala itu lubang tempat dua pahlawan yang disiksa hanya berada tepat di pinggir jalan, berbatasan dengan pagar kawat berduri saja.
- 1
- 2
Berita Terkait
Tag
Terpopuler
- Pencipta Lagu Tagih Royalti ke Penyanyi, Armand Maulana: Padahal Dulunya Memohon Dinyanyikan
- Beda Timnas Indonesia dengan China di Mata Pemain Argentina: Mereka Tim yang Buruk
- Riko Simanjuntak Dikeroyok Pemain Persija, Bajunya Hampir Dibuka
- Simon Tahamata Kasih Peringatan Program Naturalisasi Pemain Timnas Indonesia Terancam Gagal
- Ketegaran Najwa Shihab Antar Kepergian Suami Tuai Sorotan: Netizen Sebut Belum Sadar seperti Mimpi
Pilihan
-
LG Mundur, Danantara Investasi di Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL
-
Profil Pembeli SPBU Shell di Seluruh Indonesia: Citadel dan Sefas
-
Bareskrim Nyatakan Ijazah SMA dan Kuliah Asli, Jokowi: Ya Memang Asli
-
Gaji Dosen di Indonesia vs Malaysia vs Singapura, Negeri Ini Paling Miris!
-
Bimo Wijayanto Dipilih Prabowo Jadi Bos Pajak Baru, Sri Mulyani: Yang Tabah Pak Suryo!
Terkini
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip
-
UMKM di Indonesia Melimpah tapi Lemah, Mendag: Kebanyakan Ingin Jadi Pegawai
-
Koperasi Merah Putih Didukung, Peneliti Fakultas Peternakan UGM Ingatkan Ini agar Tak Sia-sia
-
Klik Link Aktif di Sini, Saldo DANA Langsung Tambah, Buktikan Sendiri