SuaraJogja.id - Mewarisi stempel keluarga yang dituding terkait gerakan PKI, membuat Pipit Ambarmirah sempat mendapat perlakuan yang kurang baik di tengah lingkungannya.
Kepada SuaraJogja.id, Pipit mulanya tidak langsung dijelaskan atau diberitahu tentang masa lalu kedua orang tuanya. Melainkan hanya mengandalkan pelajaran sejarah di sekolah laiknya anak-anak lain seusianya.
"Jadinya sempat mengalami masa-masa membenci, tidak bisa menerima keadaan. Karena kan memang sejak dari SD sampai SMA pelajarannya sama tentang betapa kejamnya PKI dan peristiwa 65 pembunuhan 7 Jenderal itu tok, dipikiranku juga sama," ucapnya.
Ketika itu, Pipit yang masih polos duduk di bangku SMP. Ia mendengar cerita dari guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang sekarang mungkin lebih dikenal dengan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn).
Gurunya bercerita tentang dipecatnya seorang seorang anak di SMA Taruna Nusantara karena ternyata kakek dan neneknya dulu dianggap terlibat gerakan terlarang atau PKI.
"Itu aku SMP dan itu aku enggak tahu, aku belum tahu tentang latar belakang bapak ibu," katanya.
Ternyata cerita pemecatan salah satu seorang anak di sekolah dulu sangat membekas bagi perempuan kelahiran 1981 ini. Bagaimana tidak, peristiwa itu kemudian justru menjadi salah satu bahan pelajaran PMP yang ia terima.
Gurunya bercerita tentang akibat dari kesalahan orang tua yang bersangkutan atau bahkan keluarganya ditanggung semua oleh keturunannya.
"Aku sampai merasa kasihan dengan anak itu. Padahal aku di posisi yang sama begitu. Itu kan belum menyadari. Jadi ironis," sebutnya.
Baca Juga: Alasan TVRI Tak Tayangkan Film Pengkhianatan G30S PKI
Menjalani Momen Paling Gelap
Diungkapkan Pipit, sebenarnya sebelum lulus SMP ia sangat ingin untuk masuk ke SMA Taruna Nusantara. Ia menganggap waktu itu jika bisa masuk ke SMA Taruna Nusantara masa depannya terjamin.
"Bisa dapat beasiswa, ada asrama, tegas gitu kan pikiran kebanyakan anak yang waktu itu memang seperti itu bahwa jadi idola itu adalah seperti tentara, itu sebelum sadar. Itu ya masa masa-masa gelap menurutku jadinya karena belum tahu itu," terangnya.
Pipit mulai tahu sedikit demi sedikit masa lalu orang tuanya ketika masuk SMA. Bukan dari kedua orang tuanya langsung melainkan dari cerita teman-teman bapak dan ibunya yang sering datang ke rumah.
Termasuk juga ia mendengar cerita tentang penahanan bapak ibunya. Namun saat itu ia belum bertanya secara langsung kepada kedua orangnya untuk memastikan kebenaran itu.
Kenangan mata pelajaran PMP di SMP itu kemudian muncul kembali. Dulu yang ia merasa iba dengan anak yang kisahnya dijadikan bahan pelajaran, kini Pipit sendiri yang mulai sadar bahwa kondisnya tidak jauh berbeda dari cerita itu
Tag
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
- 5 Rekomendasi Sepatu Running Selevel Adidas Adizero Versi Lokal, Lentur dan Kuat Tahan Beban
- 8 City Car yang Kuat Nanjak dan Tak Manja Dibawa Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Kisi-Kisi Pelatih Timnas Indonesia Akhirnya Dibocorkan Sumardji
-
Hasil Drawing Play Off Piala Dunia 2026: Timnas Italia Ditantang Irlandia Utara!
-
Pengungsi Gunung Semeru "Dihantui" Gangguan Kesehatan, Stok Obat Menipis!
-
Menkeu Purbaya Lagi Gacor, Tapi APBN Tekor
-
realme C85 Series Pecahkan Rekor Dunia Berkat Teknologi IP69 Pro: 280 Orang Tenggelamkan Ponsel
Terkini
-
Pengujian Abu Vulkanik Negatif, Operasional Bandara YIA Berjalan Normal
-
Tabrakan Motor dan Pejalan Kaki di Gejayan Sleman, Nenek 72 Tahun Tewas di Lokasi
-
Dugaan Korupsi Miliaran Rupiah, Kejati DIY Geledah Kantor BUKP Tegalrejo Jogja
-
Tak Terdampak Erupsi Semeru, Bandara Adisutjipto Pastikan Operasional Tetap Normal
-
AI Anti Boros Belanja Buatan Pelajar Jogja Bikin Geger Asia, Ini Kecanggihannya!