SuaraJogja.id - Ketua Bidang Penelitian dan Dokumentasi Komisi Informasi (KI) Pusat, Romanus Ndau Lendong mengaku bahwa Program Indeks Keterbukaan Informasi Publik (IKIP) akan tetap dievaluasi untuk penyelenggaraan tahun selanjutnya. Pihaknya juga menerima sejumlah masukan dari berbagai lembaga dan instansi yang bergerak di bidang informasi.
“Ini akan terus kami teliti dan evaluasi untuk Indeks (IKIP) tahun depan. Kami akan melihat nanti, namun ada satu temuan itu yang menjadi rekomendasi banyak pihak adalah agar memilih informan ahli (AI) lebih selektif,” ujar Romanus saat konferensi pers usai peluncuran IKIP di Novotel Suites, Danurejan, Kota Jogja, Senin (1/11/2021).
Ia menjelaskan, beberapa masukan tersebut meminta agar KI Pusat tidak memilih masyarakat yang ternyata dekat dengan penguasa, sehingga harus ada keberimbangan saat program Keterbukaan Informasi ini dijalankan di tahun-tahun selanjutnya.
Romanus tak menampik bahwa program IKIP berkaitan erat dengan kepala daerah yang sedang menjabat di provinsi tertentu. Jika sebuah daerah atau provinsi menutup rapat informasi untuk masyarakat, maka dinilai kepala daerah itu gagal.
“Karena memang top leader itu menjadi endorsement perubahan. Kalau dia punya mindset yang baik tentang keterbukaan informasi, atau transparansi dengan warganya dengan Komisi Informasi, daerahnya lebih maju. Berbeda dengan Kepala Daerah yang disurati tidak mau jawab, diajak diskusi tidak mau berbaur,” ujar dia.
Adanya IKIP dan skor untuk tiap 34 Provinsi di Indonesia tidak bisa memaksa pemerintah daerah untuk mau membuka informasi tersebut. Namun dari nilai itu terlihat seberapa besar perhatian pemerintah terhadap transparansi kepada warga.
“Sekarang sense of knowing masyarakat sudah sangat tinggi. Artinya tinggal pemerintah daerah memilih antara dua, Anda membuka diri tentang apa yang Anda kerjakan, atau Anda menutup diri dan ada saatnya dibuka oleh orang lain. Bayangkan jika data diri pemerintah atau data diri kita dibuka oleh KPK, itu mengerikan. Artinya kita jadi pengawas bersama, bukan hanya Komisi Informasi saja atau wartawan. Tapi menjadi budaya warga juga,” terang dia.
Peluncuran IKIP tersebut juga dihadiri Direktur Pemberitaan Media Indonesia Gaudensius Suhardi. Dalam paparan saat diskusi panel, Suhardi menyebut bahwa informasi diibaratkan sebagai air mengalir, dimana jika terdapat batu, air akan mencari jalan lain.
“Artinya tidak ada yang bisa membendung informasi ini. Jika sudah muncul ke publik dan ada yang berusaha menutup-nutupi, nilai informasi yang berubah menjadi berita itu sangat tinggi. Karena wartawan akan mencari tahu lebih dalam mengapa sampai ditutupi. Biasanya informasi yang ditutupi itu selalu membuka ruang gelap dan transaksional,” ujar Suhardi.
Baca Juga: Komisi Informasi Pusat Luncurkan IKIP, Ini Skor Keterbukaan Informasi Publik 34 Provinsi
Menurutnya, ada Badan Publik yang berperan untuk membuka informasi yang tercantum dalam UU no 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP). Namun ada pengecualian untuk Badan Publik memberikan informasi yang terdapat dalam konstruksi UU KIP.
“Sialnya di Republik ini makin panjang saja daftar informasi yang dikecualikan,” ujar dia.
Suhardi berharap, dari adanya IKIP ini pemerintah daerah dan juga pemerintah pusat lebih mawas diri untuk lebih terbuka terhadap informasi kepada publik.
“Jika mau kembali ke zaman batu, tutuplah informasi ini. Menganalogikan air yang mengalir, jika ditutupi akan terjadi air bah. Efeknya tidak baik bagi masyarakat dan pemerintah itu sendiri,” ujar dia.
Berita Terkait
-
Komisi Informasi Pusat Luncurkan IKIP, Ini Skor Keterbukaan Informasi Publik 34 Provinsi
-
Launching Keterbukaan Informasi, Komisi Informasi Pusat Tetapkan DIY di Urutan Ke-10
-
Mahasiswa Dan Buruh Gelar Aksi Evaluasi 2 Tahun Jokowi-Ma'ruf, Ribuan Aparat Disiagakan
-
Peringkat 7 Nasional, Kaltim Raih Anugerah Keterbukaan Informasi Publik
-
Keterbukaan Informasi Publik 2021, DIY Berhasil Pertahankan Predikat Informatif
Terpopuler
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- Gary Neville Akui Salah: Taktik Ruben Amorim di Manchester United Kini Berbuah Manis
- 5 Mobil Bekas 30 Jutaan untuk Harian, Cocok buat Mahasiswa dan Keluarga Baru
- Belanja Mainan Hemat! Diskon 90% di Kidz Station Kraziest Sale, Bayar Pakai BRI Makin Untung
Pilihan
-
5 Fakta Wakil Ketua DPRD OKU Parwanto: Kader Gerindra, Tersangka KPK dan Punya Utang Rp1,5 Miliar
-
Menkeu Purbaya Tebar Surat Utang RI ke Investor China, Kantongi Pinjaman Rp14 Triliun
-
Dari AMSI Awards 2025: Suara.com Raih Kategori Inovasi Strategi Pertumbuhan Media Sosial
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
Terkini
-
Deadline Proyek di Gunungkidul Dikejar: DPRD Tak Ingin Hujan Jadi Alasan
-
Setelah Diperiksa Intensif, Mantan Bupati Sleman Sri Purnomo Resmi Ditahan Terkait Kasus Korupsi
-
WNA Tiongkok 'Nakal' di Yogyakarta: Alih-Alih Pelatihan, Malah Kerja Ilegal?
-
Trauma Mendalam, Terdakwa Kecelakaan Maut BMW Menangis di Persidangan: 'Saya Bukan Pembunuh'
-
Raih Saldo Gratis? Ini Trik Jitu dan 4 Link Aktif untuk Klaim DANA Kaget buat Warga Jogja