Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 24 November 2021 | 20:35 WIB
Banjir sedalam 50 cm menutup Jalan Buncit Raya depan Halte Pejaten Philip, Jakarra Selatan. Akibatnya arus lalu lintas terputus, Sabtu (20/2/2021). (ANTARA/Laily Rahmawaty)

SuaraJogja.id - Indonesia sedang mengalami musim hujan. Ditambah adanya La Nina, peluang terjadinya peningkatan hujan makin tinggi.

La Nina adalah fenomena peningkatan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian barat sehingga berdampak terjadi pergerakan massa di kawasan tersebut termasuk Indonesia dan Asia Tenggara dengan membawa banyak uap yang menghasilkan hujan dengan intensitas yang lebih tinggi.

Menjelang akhir tahun ini, Indonesia diprediksi akan menghadapi La Nina, sehingga akan berdampak bagi bencana banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat harus waspada akan dampak bencana tersebut.

Pakar Iklim dan Bencana UGM, Emilya Nurjani, mengatakan bahwa dampak yang dirasakan adanya La Nina ini adalah hujan yang cukup tinggi, bahkan di beberapa tempat menghasilkan hujan ekstrem di atas 100 mm/hari, sehingga dapat menimbulkan beberapa bencana, antara lain banjir hingga longsor, yang biasa disebut sebagai bencana hidrometeorologis.

Baca Juga: Awas! November Hingga April, BMKG Sebut Fenomena La Nina Meningkat

Meski La Nina merupakan fenomena iklim dengan siklus tahunan per 2, 3, 5, 7 tahunan sekali, menurutnya, bukan hanya La Nina saja, bila ada siklon, maka potensi curah hujan yang turun di wilayah Indonesia akan tinggi dan berisiko menciptakan bencana.

“Siklon juga menambah bencana gelombang tinggi di pesisir dan gelombang badai,” ujarnya, Rabu (24/11/2021).

Ia menyebutkan, diperkirakan hampir semua wilayah indonesia terkena dampak La Nina, tetapi dengan tingkat risiko yang tidak sama. Bila terjadi siklon, maka ada potensi dampak hingga wilayah 500 km dari pusat siklon dan karena siklon terbentuk di lautan, dampak langsung memang bagi wilayah pesisir.

“Wilayah lain yang masih terpengaruh oleh jarak dari pusat siklon juga akan terpengaruh,” katanya.

Untuk wilayah-wilayah yang rawan memiliki potensi banjir dan longsor, menurutnya seharusnya sudah melakukan mitigasi saat BMKG mulai mengeluarkan prediksi. Setiap ada curah hujan lebat, penduduk sudah harus melakukan evakuasi ke tempat yang aman yang sudah disediakan oleh pemerintah setempat.

Baca Juga: Australia Pastikan Fenomena La Nina Telah Dimulai

“Perlu ada ronda malam untuk antisipasi banjir dan longsor, sehingga cepat diketahui, tetapi kalau di wilayah tersebut sudah ada alat alarm bencana longsor maka diikuti saja bunyi sirine bencananya,” katanya.

Menanggapi kebijakan pemerintah melalui Kementerian PUPR yang akan mengosongkan ratusan waduk dan bendungan untuk menampung hujan yang datang saat La Nina dengan cara mengurangi volume air, menurutnya tidak begitu efektif sebab kondisi banyak waduk dan bendungan sekarang ini posisi ketinggian airnya sudah di titik terendah kecuali waduk-waduk besar.

“Apalagi yang mau dibuang? Kalau prinsip saya, volume waduk tidak dibuang semua, tetapi dikurangi per kejadian hujan. Jadi, dihitung volume angka aman yang harus dipertahankan. Begitu hujan tinggi maka pintu waduk dibuka dan volume dikurangi sedikit demi sedikit menyesuaikan hujan yang masuk,” paparnya.

Load More