Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Hiskia Andika Weadcaksana
Jum'at, 17 Desember 2021 | 18:19 WIB
Ilustrasi Virus Corona Varian Omicron (Envato)

SuaraJogja.id - Pada tanggal 24 November 2021 lalu WHO mengemukakan adanya varian baru Covid-19 yang dikenal dengan virus Omicron. Di Indonesia sendiri Omicron sudah terkonfirmasi masuk pada Kamis (16/12/2021) kemarin setelah disampaikan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Budi Gunadi Sadikin.

Menganggapi temuan Omicron tersebut, Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kulon Progo, Baning Rahayujati meminta masyarakat khususnya warga Bumi Binangun tidak perlu terlalu panik. Justru tidak hanya Omicron yang perlu diwaspadai tapi semua varian virus corona yang ada.

"Artinya omicron ini dalam situasi saat ini kita tidak perlu panik tapi bahwa memang Omicron itu masih bisa menularkan tidak hanya omicron tapi juga Delta dan lain sebagainya," kata Baning kepada awak media, Jumat (17/12/2021).

Kendati demikian, Baning senantiasa mengimbau masyarakat untuk lebih disiplin lagi dalam menerapkan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19. Termasuk dengan vaksinasi Covid-19 secara penuh atau dosis lengkap yakni dua kali.

Baca Juga: Kulon Progo Bakal Lakukan Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun di Sekolah, Ini Alasannya

"Dengan status vaksinasi yang sudah bagus lengkap dua kali, kemudian prokes yang baik, stamina yang baik, gizi yang cukup, harapannya meskipun itu (Omicron) mengenai kita maka kita dalam status tanpa gejala," tuturnya.

"Karena seperti diketahui sampai saat ini Covid-19 belum bisa dikendalikan artinya belum bisa dihilangkan tapi kita berusaha menjaga diri kita, untuk tidak terkena," sambungnya.

Ia menilai varian baru itu memang terdetaksi di laboratorium setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Namun ketika sudah masuk ke masyarakat varian apapun tetap akan beresiko tinggi jika yang terpapar pun punya komorbid dan sebagainya.

"Sebenarnya kalau saya bilang ya varian baru itu kan ada di laboratorium, kalau di masyarakat Covid-19 sama saja, resikonya sama saja kalau dalam kondisi yang resiko tinggi kemudian komorbid maka resiko kematiannya akan lebih tinggi," ujarnya. 

Ditambahkan Baning, saat ini perkembangan kasus Covid-19 di Kulon Progo hanya menyisakan 11 orang yang tengah menjalani isolasi. Dari total kasus sebanyak 22.255 dengan kesembuhan hingga 21.806 dan kasus meninggal dunia 438. 

Baca Juga: Kulon Progo Mulai Vaksinasi Anak Usia 6-11 Tahun 20 Desember, Sasaran 35.585 Orang

Meskipun begitu, Satgas Covid-19 Kulon Progo memastikan tetap memposisikan sejumlah fasilitas layanan kesehatan penanganan Covid-19 dalam status stand by atau siaga. Hal itu sebagai antisipasi jika memang nantinya kasus Covid-19 kembali melonjak.

Namun dengan situasi sekarang dimana, kata Baning sudah ada penambahan bangsal dan sebagainya. Diharapkan jika ada kasus lagi cukup dengan menggunakan rumah sakit yang ada baik rumah sakit pemerintah atau swasta. 

"Sampai sekarang kita masih dalam memposisikan stand by, kita tetap menyiagakan semuanya belum diubah masih siap di sana. Hanya sewaktu-waktu dibutuhkan itu nanti kita gerakkan lagi. Semua barang masih ada di sana kecuali yang memang harus kita simpan khusus ya, tapi kalau tabung oksigen masih di sana semua," pungkasnya.

Pakar Epidemiologi UGM, Riris Andono Ahmad menyatakan bahwa dari sisi pencegahan baik untuk Omicron atau varian virus corona apapun tetap sama saja. Hal itu disebabkan karena cara penularan pun juga masih sama.

"Sama saja (pencegahannya), artinya tidak ada yang baru dengan Covid-19, varian apapun, itu pencegahan masih tetap sama, karena cara penularan masih sama," kata Riris.

Menurutnya cara yang paling efektif untuk mencegah penularan berbagai varian Covid-19 adalah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan. Meskipun sudah menerima vaksinasi Covid-19 baik dosis pertama atau dosis penuh.

"Masker masih diperlukan, jaga jarak masih diperlukan, kemudian cuci tangan masih sangat berpengaruh, kalau kemudian peningkatan kasus ya kita harus melakukan pengurangan mobilitas," ungkapnya. 

Kemudian ditambah lagi dengan upaya 3T atau tracing, testing dan treatment. Tujuannya untuk bisa terus menekan penularan dan sebaran Covid-19.

"Kalau 3T itu kan dia akan juga menurunkan penularan karena memang untuk menemukan penularan. Tetapi yang menjadi 3T itu kan kewajiban pemerintah dan kewajiban masyarakat ya melakukan 5M itu," tuturnya.

Disampaikan Riris, dua upaya itu baik 3T dan 5M harus dilakukan secara bersama-sama. Dalam artian sinergi antara masyarakat dalam menerapkan 5M dan peran pemerintah secara maksimal menerapkan 3T itu akan sangat berpengaruh dalam pengendalian pandemi Covid-19. 

"Jadi pengendalian Covid-19 itu akan efektif kalau pemerintah melakukan 3T dan masyarakat melakukan 3M. Jadi kalau hanya salah satu saja ya tidak menjadi efektif. Dua-duanya punya kewajiban yang sama kalau memang ingin Covid-19 terkendali," tegasnya.

Load More