Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Rabu, 22 Desember 2021 | 12:00 WIB
EWS ditemukan terombang ambing di tengah laut dekat kawasan Gunungkidul. [HO/SAR Satlinmas Wilayah II]

SuaraJogja.id - Misteri temuan sebuah benda mengapung di Perairan Pantai Baron yang semula diduga sebagai peralatan Early Warning System (EWS) Tsunami akhirnya terungkap usai Tim Peneliti Badan Metereologi Klimatologi Geofisika (BMKG) DIY diterjunkan ke lokasi tempat ditambatkannya benda  tersebut di Pantai Baron. 

Tim Peneliti BMKG Pusat, Muhammad Najib mengungkapkan ternyata benda yang ditemukan tersebut bukan EWS Tsunami, benda tersebut merupakan Bouy Rama milik NOA. NOA adalah lembaga mirip BMKG yang bermarkas di Amerika Serikat. Ada beberapa kemungkinan peralatan canggih tersebut sampai ke Indonesia.

"Jadi itu bukan EWS milik kita, tetapi dari Amerika Serikat,"ujar dia.

Sepanjang yang ia ketahui, alat tersebut merupakan pendeteksi suhu atmosfer permukaan dan bawah laut. Dengan hardwere diluarnya banyak terpasang sensor baik di permukaan air dan sensor yang tertambat di tali jangkar.

Baca Juga: Resmikan Taman Budaya Gunungkidul, Sultan: Harus Jadi Inkubator Budaya

Alat tersebut merupakan pendeteksi atmosfer laut dan biasa digunakan untuk mengatur suhu udara di tengah laut dan darat. Alat ini mampu mengirimkan data terkait perubahan iklim permukaan yang sangat berguna untuk membaca cuaca terutama prediksi akan adanya badai.

"Alat tersebut sepertinya terpasang di Pulau Crismes yang terletak di lepas laut samudra Hindia,"papar dia.

Jika kemudian ditemukan di perairan Pantai Baron Gunungkdiul, kemungkinan alat tersebut terlepas dari jangkar yang mengikatnya. Kemudian terbawa arus dan terombang-ambing di lautan hingga akhirnya sampai ke perairan Gunungkidul dan ditemukan oleh nelayan.

Alat yang ditemukan nelayan pantai Baron tersebut merupakan salah dari 8 yang terpasang di sepanjang australia hingga mendekati India. Sebenarnya, sejak tahun 2015 lalu, ia bersama tim peneliti dari berbagai negara melakukan ekspedisi mencari keberadaan Bouy Rama tersebut.

"Dari sekian jumlah yang ada, hanya satu yang tidak ditemukan maupun terdeteksi di radar, bahkan sudah tidak mengirimkan data lagi,"ungkap dia.

Baca Juga: Badai Menerjang Pantai Sepanjang Kawasan Pantai Gunungkidul, Puluhan Bangunan Rusak

Awalnya, para tim peneliti sudah menganggap jika salah satu alat tersebut sudah karam atau terbawa arus dan tenggelam. Namun, saat mendapat informasi ada temuan yang ciri cirinya sama seperti Bouy Rama, BKMG khususnya mendapat kehormatan untuk mencari informati dari data di dalam alat tersebut.

Najib mengungkapkan usai mencermati alat tersebut, ternyata ada beberapa Hardwere yang hilang. Namun ia merasa beruntung karena masih ada satu tabung sebagai core pengumpul data. Dan ia yakin data data yang ada didalamnya masih aman sebagai bahan kajian temuan terakhir sebelum terbawa arus.

“Untuk kondisi diluar masih terlihat utuh, namu ada 3 komponen yang sudah hilang,” jelasnya.

Kontributor : Julianto

Load More