SuaraJogja.id - Minyak goreng kemasan menjadi barang yang paling diburu oleh ibu rumah tangga terutama di Kabupaten Gunungkidul. Mereka rela menempuh puluhan kilometer untuk antri membeli minyak goreng. Meski terkadang tidak kebagian, namun mereka tetap saja berjuang mengantre.
Polemik mahal dan langkanya minyak goreng di masyarakat, ternyata tak berlaku bagi Mbah Tumi(70), warga Padukuhan Gedangsari, Kalurahan Baleharjo. Kapanewon Wonosari, Gunungkidul. Sosok perempuan ini tak merasakan mahalnya minyak goreng.
Wanita ini sehari hari mampu memproduksi minyak goreng tradisional sendiri. Memanfaatkan bahan buah kelapa yang melimpah di sekitarnya, wanita ini memproduksi minyak goreng kelapa atau yang sering disebut minyak 'Klentik'.
Ya, Nenek berkacamata ini sudah setengah abad lebih bertahan menekuni pekerjaan yang saat ini sulit ditemukan lagi di Gunungkidul. Mungkin di Gunungkidul, dia wanita satu-satunya yang menjadikan membuat minyak Klentik menjadi sebuah profesi.
Baca Juga: Duh, Oknum Lurah di Gunungkidul Kirim Video Porno ke Adik Kelasnya yang Baru Saja Urus Perceraian
Ruangan dapur sederhana Mbah Tumi sebetulnya cukup luas, namun karena bahan bakar yang dia gunakan untuk mengolah minyak Klentik ini dari kayu, maka asap dan udara di dalam ruangan menjadi panas. Tungku kayu memang terus menyala sehingga asap terus membumbung.
Saat masuk ke ruangan dapur, terlihat tangan renta mbah Tumi tampak sibuk mengaduk dan mengolah adonan 'blondo' yang kemudian disaring menjadi minyak klentik. Selain minyak, Blondo memang menjadi makanan yang cukup enak untuk disantap. Biasanya disajikan bersama dengan gudeg, makanan khas Yogyakarta.
"Minyak kelapa asli itu jika untuk memasak rasanya lebih gurih, dan awet tidak gampang berubah rasa," lanjutnya sambil tetap sibuk mengaduk santan.
Sesekali dia tampak membetulkan kayu bakar agar api kembali menyala. Peluh bercucuran dengan sigap ia usap dengan kain yang selalu menempel di badannya. Dia sendiri tak pernah mengeluh dengan pekerjaan berat yang harus ia lakoni tersebut.
Di usianya yang tak lagi muda, Mbah Tumi setiap hari harus bangun pukul 03.00 dini hari untuk membawa hasil olahan minyak goreng ke pasar Argosari, Wonosari. Pulang dari pasar, setelah beristirahat sejenak, Mbah Tumi segera memulai rutinitasnya untuk memproses butiran demi butiran kelapa menjadi minyak goreng dan produk lainnya yaitu 'blondo'.
Baca Juga: Teror Ekshibisionis Incar Perempuan di Gading 8 Gunungkidul, Terjadi sejak 2005
"Sebelum menikah dulu, saya ikut sama mbakyu(kakak), setelah mbakyu saya berhenti, usaha ini saya teruskan sama suami" ujar mbah Tumi dengan logat Jawa, saat ditemui dirumahnya Rabu (23/2/2022).
Setiap hari, rata rata mbah Tumi memasak 50 butir kelapa. Satu butir kelapa ia membeli dengan harga 5 ribu sampai 6 ribu, tergantung ukuran besarnya. Dari 50 butir itu, setelah diproses akan menghasilkan sekitar 3 liter minyak goreng.
Mbah Tumi kemudian bercerita, bagaimana proses membuat minyak goreng 'klentik' berbahan kelapa. Sebelum menjadi adonan 'blondo', yang akhirnya disaring menjadi minyak klentik, proses pertama yakni kelapa diparut, kemudian diambil santannya dan santan inilah yang dimasak, diaduk terus menerus hingga akhirnya menjadi 'blondo'.
"Blondo ini kemudian ditiriskan dengan saringan, untuk kemudian diambil minyaknya," imbuhnya.
Air kelapa, cerita mbah Tumi ikut digunakan dalam proses memasak, menurutnya dengan air kelapa ini, hasil minyak goreng akan lebih bagus dan 'blondo' yang dihasilkan rasanya jadi lebih gurih.
"Dulu, sebelum punya mesin parut kelapa, suami saya yang memarut kelapa dengan tangan, suami saya sekarang sudah meninggal, saat ini saya dibantu anak saya yang terakhir," ujarnya lagi, sambil tetap sibuk menyaring 'blondo'
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Duda dan Janda Ini Menikah di Tanggal Cantik dengan Mahar Minyak Goreng 1 Liter, Filosofinya Sederhana Tapi Bermanfaat
-
Harga Minyak Goreng Naik, Pemkot Bandung Duga Ada Penimbunan
-
Operasi Pasar Minyak Goreng di Blitar Dikerubuti Warga yang Berebut Jatah
-
Viral Antrean Warga Baturaja Mengular Berburu Minyak Goreng Murah di Pasar Atas, Warganet: Sedih Ya
Terpopuler
- Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
- 6 Rekomendasi City Car Bekas Mulai Rp29 Jutaan: Murah dan Irit Bensin
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 9 Rekomendasi HP Murah Rp 1,5 Jutaan di Juni 2025, Duet RAM 8 GB dan Memori 256 GB
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Daftar 5 Mobil Baru Murah di Indonesia Juni 2025: Mulai Rp 130 Jutaan, Desain Keren dan Irit BBM!
-
Hancurkan Malaysia 4-0, Timnas Putri Indonesia ke Semifinal Piala AFF U-19 2025
-
Rudiantara Ungkap Kasus Fraud eFishery dan Investree Buat Pendanaan Startup RI Anjlok
-
Rudiantara Sentil OJK Soal Aturan 'Saklek' Pinjol: Jangan Terlalu Kencang, Nanti Mati!
-
PSSI Sebut Persija Tak Penuhi 'Syarat' Ikut Piala Presiden 2025: Kita Tak Pilih-pilih
Terkini
-
Ciamiknya Pakaian Bekas Disulap Jadi Berkelas di Ibis Styles Yogyakarta
-
Masa Depan Transportasi Pelajar Bantul: 3 Bus Sekolah Baru Segera Hadir, Apa Dampaknya?
-
Gaya Hidup Bikin Boncos? Ini Jurus Ampuh Mahasiswa Bebas dari Pinjol & Raih Ketahanan Finansial
-
Sambut Mandiri Jogja Marathon (MJM) 2025, Bank Mandiri Tebar Cashback hingga Diskon Belanja
-
Covid-19 Mengintai Lagi? Bandara YIA Siaga Penuh, Ini Langkahnya