SuaraJogja.id - Ketua Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Abdul Gaffar Karim menilai pemerintah harus menghilangkan ambisi pemusatan berbagai sektor di Ibu Kota Negara (IKN) baru nanti. Alih-alih dipusatkan di IKN, Indonesia disarankan perlu memisahkan pusat pemerintahan dan lainnya.
"Jadi kalau nanti kita pindah pun jika masih dibarengi dengan logika pemusatan itu percuma," kata Gaffar dalam diskusi publik 'Pindah IKN di Mata Cendekiawan Jogja' secara daring, Selasa (1/3/2022).
Pernyataan Gaffar itu bukan tanpa alasan. Ia kemudian membanding kondisi Jakarta pada lima puluh tahun silam dengan sekarang.
"Tahun 50an Jakarta masih bagus, Muhammadiyah masih berpusat di Jogja, NU masih berpusat di Surabaya dan lain-lain masih ada, Makassar masih menjadi pusat ekonomi, Palembang masih menjadi titik penting pelabuhan dan lain-lain tapi setelah itu semua ke Jakarta," ungkapnya.
Baca Juga: Wacana Penundaan Pemilu, Pakar UGM Soroti Upaya Perpanjang Kekuasaan Tanpa Legitimasi Rakyat
"Kekuatan-kekuatan lokal di Indonesia melemah, Jakarta menguat tapi dengan cepat juga menjadi lemah akhirnya daya dukungnya menjadi habis," sambungnya.
Kebetulan saja Jakarta, kata Gaffar yang sekarang menjadi piring untuk pemusatan itu. Namun nanti tidak ada yang menjamin juga bahwa IKN baru bernama Nusantara itu akan bersih dari pemusatan.
"Jadi kalau ibu kota negara pindah menyebrang ke luar Jawa tapi kalau naluri pemusatannya juga dibawa, saya jamin dalam 50 tahun lagi sudah akan seperti Jakarta. Di situ akan padat, ruwet, atmosfer sosial akan hitam pekat penuh persoalan, duit memang akan banyak di situ, 70 persen duit nasional akan pindah ke situ juga seperti DKI," ucapnya.
Agar hal itu tidak terjadi maka diperlukan setidaknya tiga pusat untuk menampung berbagai sektor yang ada. Disampaikan Gaffar, pertama adalah pusat pemerintahan.
Ia mengatakan untuk pusat pemerintahan sendiri tidak ada salahnya jika tetap ditempatkan di dalam IKN Nusantara. Walaupun tetap pemindahan IKN itu tidak perlu tergesa-gesa atau setidaknya menunggu kemampuan Indonesia memang pulih sebenar-benarnya.
Baca Juga: Santer Wacana Penundaan Pemilu 2024, Pakar Politik UGM: Tidak Masuk Akal Hanya Akan Buat Gaduh
"Kedua kita juga harus punya pusat industri dan bisnis tidak lagi Jakarta dan sekitarnya. Sekarang kan cuma begitu saja. Jadi pusat-pusat industri biarkan lagi menyebar seperti dulu, di Sumatera titik-titik pentingnya ada di Medan, Palembang kemudian di Timur ada Makassar, Surabaya. Jadi jangan biarkan semua itu berpusat di Jakarta, jangan juga semua itu berpusat di Kalimantan," tuturnya.
Kemudian, lanjut Gaffar, diperlukan juga pusat pendidikan dan kebudayaan menyebar di berbagai wilayah. Bukan lantas malah ikut dibawa pindah menuju ke IKN Nusantara.
Ia mencontohkan Australia yang punya Canberra untuk menjalankan sistem pemerintahannya. Bahkan di Canberra hanya berfokus ke pada isu viskal, pertahanan dan hubungan luar negeri.
"Lain-lain itu kemudian dipikirkan oleh setiap negara bagian. Jadi aura persoalan itu tidak numpuk di Canberra. Tidak menjadi negatif, pekat oleh udara hitam, udara mitologis yang hitam gara-gara semua persoalan numpuk di situ," ungkapnya.
Ditambahkan Gaffar sejauh ini ambisi pemusatan di IKN Nusantara nanti yang belum bisa diterka kemana arahnya. Sehingga memang tidak ada jaminan terkait hal tersebut.
"Poin utamanya adalah ambisi pemusatan yang kita tidak punya jaminan, apakah itu tidak akan terjadi di IKN Nusantara yang baru," pungkasnya.
Berita Terkait
-
Percaya Diri Jadi Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil Mengaku Bukan Kaleng-kaleng
-
Gelar Doa Bersama di Masa Tenang, Timses RK-Suswono: Daripada Pasang Billboard
-
JRMK Sebut Mencoblos Semua Kandidat di Pilgub Jakarta Juga Bagian dari Hak Politik Warga
-
Prabowo Bikin Surat Edaran Ajak Warga Jakarta Pilih RK-Suswono, Timses: Itu Sudah Lama Bukan Dibuat Hari
-
Prabowo Tak Bisa Gunakan Hak Politik di Jakarta Meski Dukung RK-Suswono, Gibran Nyoblos di Solo
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
-
1.266 Personel Diterjunkan, Polres Bontang Pastikan Keamanan di 277 TPS
Terkini
-
Eks Karyawan jadi Mucikari Online, Jual PSK via MiChat usai Kena PHK
-
Potensi Bencana Ancam Pilkada di DIY, KPU Siapkan Mitigasi di TPS Rawan
-
Sendirian dan Sakit, Kakek di Gunungkidul Ditemukan Membusuk di Rumahnya
-
UMKM Dapat Pesanan Ekspor, Tapi Tak Sanggup Produksi? Ini Biang Keroknya
-
Dari Mucikari Hingga Penjual Bayi, 11 Tersangka TPPO di Yogyakarta Diringkus