SuaraJogja.id - Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag DIY Yanto Apriyanto, mengatakan stok minyak goreng (migor) curah mulai menipis di DIY. Pengiriman juga sering tersendat.
Ia menjelaskan, permasalahan ini berasal dari hulu distribusi. Jika ada pengiriman dari distributor, jumlahnya tidak sesuai permintaan.
“Minyak goreng curah di Pasar Beringharjo dan Kranggan saat ini terjadi kekosongan. Tapi kalau yang kemasan masih tersedia,” kata Yanto dihubungi wartawan, Kamis (24/3/2022).
Pihaknya juga sudah melakukan pengecekan di beberapa pasar. Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sebelumnya dipatok Rp14 ribu per liter, saat ini menembus hingga Rp18 ribu.
Kendati demikian, Disperindag DIY bersama Satgas Pangan DIY belum menemukan adanya pelanggaran dalam hal distribusi atau produksi migor di DIY, seperti pemalsuan migor curah yang dibuat menjadi kemasan.
“Belum ditemukan hal-hal seperti itu, distributor di DIY tidak berani melakukan pemalsuan atau sejenisnya, tidak sesederhana itu. Ada persyaratan khusus seperti izin halal, izin edar, dan lainnya,” kata dia.
Meski belum ditemukan, Yanto memprediksi hal yang mungkin terjadi adalah pergeseran konsumsi dari migor kemasan ke migor curah. Per pekannya, perlu sekitar 427 ton migor untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di DIY. Per 21 Maret 2022, ketersediaan migor di DIY mencapai 672 ton.
“Pembelian migor oleh masyarakat saat ini masih biasa saja, kita juga belum menemukan kepanikan atau panic buying. Selain itu masyarakat masih memiliki stok saat pembelian dengan harga murah beberapa waktu lalu. Saat ini harga sedang tinggi, jadi lebih baik masyarakat berhemat dulu,” katanya.
Sementara Kepala Bidang Ketersediaan, Pengawasan, dan Pengendalian Perdagangan Disdag Kota Yogyakarta, Sri Risnawati mengaku dua agen minyak goreng curah di Jogja mengalami kekosongan.
Baca Juga: Permintaan Minyak Goreng Curah di Pasar Sepinggan Balikpapan Capai 32 Ton
"Kalau kapan datang pasokannya kita belum bisa memberikan informasi. Kalaupun ada, harganya di atas HET yang ditetapkan pemerintah. Sementara untuk migor kemasan, distribusinya tidak ada masalah, tapi harganya bervariasi," ujar dia.
Disinggung penyebab kekosongan migor curah itu, Risnawati mengaku bahwa belum ada kiriman dari distributor yang berasal dari Semarang dan Surabaya.
"Namun kemungkinan terbatasnya stok migor curah ini, bisa jadi masyarakat yang beralih dari pemakaian migor kemasan menuju migor curah. Sehingga permintaan migor curah semakin tinggi. Nah pasokannya saja yang belum ada," terang dia.
Berita Terkait
-
Permintaan Minyak Goreng Curah di Pasar Sepinggan Balikpapan Capai 32 Ton
-
Minyak Goreng Curah di Kota Yogyakarta Mulai Langka, Wiwik Terpaksa Mandeg Jualan Gorengan
-
Minyak Goreng Kini Jadi Barang Mahal, Padahal Indonesia Kaya Akan Bahan Bakunya
-
Lawan Mafia Minyak Goreng, Masyarakat Diminta Beralih ke Minyak Kelapa
-
Bukan Cuma di Indonesia, Pria Ini Curhat Pengalaman Berburu Nasi dan Minyak Goreng yang Langka di Jerman
Terpopuler
- Erick Thohir Umumkan Calon Pelatih Baru Timnas Indonesia
- 4 Daftar Mobil Kecil Toyota Bekas Dikenal Ekonomis dan Bandel buat Harian
- Bobibos Bikin Geger, Kapan Dijual dan Berapa Harga per Liter? Ini Jawabannya
- 6 Rekomendasi Cushion Lokal yang Awet untuk Pekerja Kantoran, Makeup Anti Luntur!
- 5 Lipstik Transferproof untuk Kondangan, Tidak Luntur Dipakai Makan dan Minum
Pilihan
-
Pakai Bahasa Pesantren! BP BUMN Sindir Perusahaan Pelat Merah Rugi Terus: La Yamutu Wala Yahya
-
Curacao dan 10 Negara Terkecil yang Lolos ke Piala Dunia, Indonesia Jauh Tertinggal
-
Danantara Soroti Timpangnya Setoran Dividen BUMN, Banyak yang Sakit dan Rugi
-
Mengapa Pertamina Beres-beres Anak Usaha? Tak Urus Lagi Bisnis Rumah Sakit Hingga Hotel
-
Pandu Sjahrir Blak-blakan: Danantara Tak Bisa Jauh dari Politik!
Terkini
-
Pakar Soroti Peluang Kerja Luar Negeri, Kabar Gembira atau Cermin Gagalnya Ciptakan Loker?
-
Menko Airlangga Sentil Bandara YIA Masih Lengang: Kapasitas 20 Juta, Baru Terisi 4 Juta
-
Wisatawan Kena Scam Pemandu Wisata Palsu, Keraton Jogja Angkat Bicara
-
Forum Driver Ojol Yogyakarta Bertolak ke Jakarta Ikuti Aksi Nasional 20 November
-
Riset Harus Turun ke Masyarakat: Kolaborasi Indonesia-Australia Genjot Inovasi Hadapi Krisis Iklim