SuaraJogja.id - Kementerian Olahraga (kemenpora) RI berencana akan mengaktifkan kembali Senam Kesehatan Jasmani (SKJ) di tingkat pelajar. Kebijakan ini digulirkan karena banyak pelajar yang tidak bugar.
Berdasarkan penelitian salah satu perguruan tinggi di Jawa Tengah (jateng), dari total 2.000 pelajar di tingkat SMK, hanya lima anak yang bugar. Kondisi ini sangat memprihatinkan karena berarti banyak generasi muda yang tidak memperhatikan kesehatan.
"Ini miris karena kita sedang berusaha meningkatkan prestasi olahraga dan menyambut bonus demografi 2045 mendatang," papar Menteri Pemuda dan Olahraga (menpora), Zainudin Amali usai kerjasama dengan UGM di kampus setempat, Jumat (25/03/2022).
Karena persoalan tersebut, Kemenpora mencoba menindaklanjuti penelitian tersebut. Salah satunya dengan kembali mengaktifkan SKJ mulai dari tingkat sekolah.
Sebelum diterapkan, Kemenpora membutuhkan peran perguruan tinggi (PT)dalam melakukan kajian lebih lanjut. Kajian tersebut akan menjadi dasar ilmiah.
"Karenanya kami melibatkan kampus, salah satunya UGM, untuk melakukan penelitian lanjutan sebagai rekomendasi kebijakan," tandasnya.
Zainudin menambahkan, penelitian dari UGM berupa program-program yang relevan sebagai acuan pemerintah untuk memaksimalkan potensi kepemudaan dan keolahragaan di kalangan pelajar. Dari hasil kajian tersebut akan disusun grand desain untuk memaksimalkan potensi pemuda.
"Saat ini jumlah pemuda 25 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Ini yang harus ditindaklanjuti," ujarnya.
Sementara Rektor UGM, Panut Mulyono mengungkapkan akan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang kompeten untuk mendukung program pemerintah. Selain itu UGM juga melakukan kajian kebutuhan dari penelitian yang diminta Kemenpora.
Baca Juga: Paparkan 3 Agenda Utama Presidensi G20 Indonesia, Menko Airlangga Punya Harapan Ini pada UGM
"Penelitian ini akan melibatkan sejumlah peneliti lintas keilmuan yang dibutuhkan, agar bisa menghasilkan kajian komprehensif," tandasnya.
Dukungan UGM dilakukan, lanjut Panut karena olahraga saat ini hanya dianggap hobi alih-alih untuk menjaga kesehatan. Padahal olahraga menjadi lini penting dalam diplomasi antar negara.
“Ketika ada satu negara yang menjuarai event internasional tentu semakin terpandang dan punya value tinggi," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- Ole Romeny Menolak Absen di Ronde 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026
- Tanpa Naturalisasi, Jebolan Ajax Amsterdam Bisa Gantikan Ole Romeny di Timnas Indonesia
- Makna Satir Pengibaran Bendera One Piece di HUT RI ke-80, Ini Arti Sebenarnya Jolly Roger Luffy
- Ditemani Kader PSI, Mulyono Teman Kuliah Jokowi Akhirnya Muncul, Akui Bernama Asli Wakidi?
- Jelajah Rasa Nusantara dengan Promo Spesial BRImo di Signature Partner BRI
Pilihan
-
Kevin Diks Menggila di Borussia-Park, Cetak Gol Bantu Gladbach Hajar Valencia 2-0
-
Calvin Verdonk Tergusur dari Posisi Wingback saat NEC Hajar Blackburn
-
6 Smartwatch Murah untuk Gaji UMR, Pilihan Terbaik Para Perintis 2025
-
3 Film Jadi Simbol Perlawanan Terhadap Negara: Lebih dari Sekadar Hiburan
-
OJK Beberkan Fintech Penyumbang Terbanyak Pengaduan Debt Collector Galak
Terkini
-
KUR BRI Bantu Pengusaha Pakan Ternak Ponorogo Tingkatkan Kapasitas Produksi
-
Analisis Tajam Sabrang Letto: Kasus Tom Lembong Jadi Pertaruhan: Wasit Tak Adil!
-
Target PAD Pariwisata Bantul Terlalu Ambisius? Ini Strategi Dinas untuk Mengejarnya
-
Marak Pembangunan Abaikan Lingkungan, Lanskap Ekosistem DIY Kian Terancam
-
Status Kedaruratan Ditingkatkan Pasca Kasus Leptospirosis, Pemkot Jogja Sediakan Pemeriksaan Gratis