SuaraJogja.id - Sekitar 15 ton sampah milik warga Kabupaten Sleman menumpuk di transfer depo sampah Pemkab Sleman, Lempongsari, Sariharjo, Ngaglik, Kabupaten Sleman.
Tumpukan sampah itu muncul sebagai buntut ditutupnya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul beberapa waktu belakangan.
Pengelola Transfer Depo Sampah Lempongsari Iskandar mengatakan, sampah-sampah tersebut mandek dan hanya menumpuk di depo, tak terbuang.
Biasa mengendarai kendaraan pembawa sampah menuju TPA Piyungan,
Iskandar mengatakan bahwa kali terakhir TPA Piyungan menerima sampah dari Sleman pada Jumat (6/5/2022) sore.
"Mulai Sabtu pagi sudah tidak bisa buang. Padahal, masih ada beberapa armada pengangkut sampah yang belum dibuang di depo," kata dia, kala ditemui di transfer depo, Selasa (11/5/2022).
Aktivitas sementara ini dihentikan. Kami menunggu. Berharap TPST Piyungan segera dibuka kembali," kata Iskandar.
Ia menyebut, Transfer Depo sampah di Lempongsari ini menampung sampah sebagian besar warga Kalurahan Sariharjo.
Dalam sehari, ada sekitar 14 ton sampah yang dibuang di tempat tersebut. Sampah yang masuk selanjutnya dipilah dan dipisah berdasarkan jenisnya.
Sampah organik misalnya daun dan sisa makanan serta sampah basah lain akan dikumpulkan dan dibawa ke TPA Piyungan. Sementara itu, sampah anorganik seperti botol dan plastik dikumpulkan lalu dijual ke pengepul.
Baca Juga: TPST Piyungan Diblokir, Bupati Bantul Desak Sleman Punya TPST Sendiri
Salah satu pengelola yang lain, yakni Anjar mengungkap, akibat penutupan TPA Piyungan maka aktivitas pembuangan sampah di transfer depo dihentikan, sementara waktu.
"Kami tidak tahu sampai kapan. Belum ada kepastian [TPA Piyungan] akan dibuka," tuturnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sleman Epiphana menyatakan, selama TPA Piyungan ditutup, pihaknya berupaya mengoptimalkan 13 transfer depo dan 23 TPS 3R yang ada di Kabupaten Sleman.
"Kami melakukan pemilahan [sampah] di lokasi-lokasi tersebut. Sampah organik, sampah anorganik. Sampah organik nanti akan kami buat jadi kompos. Sampah anorganik jadi rongsok bisa dijual," terangnya.
Ia berharap proses pemilahan sampah di semua TPS 3R dan transfer depo benar-benar berjalan. Sehingga sampah yang kemarin belum dimasukkan ke TPA bisa terselesaikan melalui kegiatan tersebut.
Pihaknya juga meminta partisipasi masyarakat untuk mengurangi sampah yang ada di rumah, lewat Surat Edaran Bupati.
Selain memilah, warga juga bisa menggunakan sampah organik sebagai pupuk kompos dan pakan ternak.
"Sampah banyak itu kan sebagian besar karena pola hidup kita yang konsumtif," tuturnya.
Kontributor : Uli Febriarni
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik