SuaraJogja.id - Diblokadenya Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan, Kabupaten Bantul oleh masyarakat sampai saat ini menimbulkan penumpukan sampah di sejumlah titik di Kota Yogyakarta. Beberapa TPS serta depo bahkan tak kuat lagi menampung jumlah sampah yang dibuang oleh warga.
Salah satunya penumpukan yang sempat terjadi di Tempat Penampungan Sementara (TPS) Lempuyangan. Penumpukan sampah itu bahkan meluber ke jalan.
Dari pantauan SuaraJogja.id di lapangan, luberan sampah itu bahkan mengganggu lalu lintas bagi pengguna jalan yang lalu lalang di depannya. Bukan hanya arus lalu lintas yang terganggu tapi juga aktivitas warga sekitar pun ikut terdampak.
Salah satunya warung makan, milik Purwanti (50) mengatakan penumpukan sampah itu telah terjadi sejak hari Sabtu, (7/5/2022) kemarin. Kondisi terus diperparah hingga hari ini yang belum ada tindaklanjut sama sekali.
"Sudah sejak sabtu siang kemarin numpuk. Mulai bau itu terasa dari kemarin. Dulu pernah juga kayak gini ada yang lebih parah juga tapi ini juga sudah mengganggu," kata Purwanti kepada awak media, Rabu (11/5/2022).
Warga Lempuyangan itu mengaku kondisi tersebut berdampak kepada dagangannya. Warung makan yang buka persis di depan TPS tersebut menjadi sepi pembeli.
Jika biasanya siang hari dagangannya sudah ludes dilahap pembeli. Hingga siang ini masakannya itu masih tersisa banyak.
"Biasanya jam segini sudah penuh pembeli. Ini tadi sebenarnya juga ragu mau buka warung atau enggak. Kemarin dari hari selasa sudah mulai sepi," tuturnya.
"Kalau belum diambil (sampahnya) masih berani kalau proses diambil berhenti dulu karena baunya luar biasa. Paling bisa tutup warungnya tiga hari kalau nanti pas diambil," sambungnya.
Baca Juga: TPST Piyungan Ditutup Warga, DLH Bantul Tunggu Kebijakan dari DLHK DIY
Sejak kemarin hanya ada segelintir orang saja yang membeli dagangannya. Para pelanggannya pun memilih untuk membungkus makanannya untuk dibawa pulang.
"Kebanyakan beli terus dibungkus. Jarang ada yang dimakan sini sekarang kalau kayak gini," ujarnya.
Selain pelanggan yang sepi, Purwanti juga harus berjuang mengusir lalat yang datang. Di samping juga harus menahan bau yang tak sedap dari tumpukan sampah tersebut.
"Iya ini selain bau juga saya tutupi makanannya kalau ngga ada yang beli. Soalnya memang lalatnya terus pada datang gitu," ungkapnya.
Terkait sampah miliknya pribadi saat ini, Purwanti menyebut sudah bisa mengatasinya sendiri dengan menimbunnya di rumah. Walaupun memang tidak semua sampah tapi setidaknya pemilahan itu bisa mengurangi sedikit.
"Mudah-mudahan bisa segera diambil. Warga juga terganggu soalnya arus lalu lintas juga macet," tandasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- 6 Ramalan Shio Paling Beruntung di Akhir Pekan 4-5 Oktober 2025
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Hentikan Pemburu Rente, Guru Besar UGM Nilai Program MBG Lebih Aman Jika Dijalankan Kantin Sekolah
-
Satu Kampung Satu Bidan, Strategi Pemkot Yogyakarta Kawal Kesehatan Warga dari Lahir hingga Lansia
-
Malioboro Jadi Panggung Rakyat: Car Free Day 24 Jam Bakal Warnai Ulang Tahun ke-269 Kota Jogja
-
Lebih dari Sekadar Rekor Dunia, Yogyakarta Ubah Budaya Lewat Aksi 10 Ribu Penabung Sampah
-
Wisata Premium di Kotabaru Dimulai! Pasar Raya Padmanaba Jadi Langkah Awal Kebangkitan Kawasan