Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Kamis, 12 Mei 2022 | 20:40 WIB
Rumah Kismadi di Ngablak, Sitimulyo, Piyungan, Bantul. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Kismadi (54) warga Padukuhan Ngablak, Kalurahan Sitimulyo, Kapanewon Piyungan, Kabupaten Bantul mengeluhkan air lindi. Air lindi adalah suatu cairan yang dihasilkan dari pemaparan air hujan di timbunan sampah.

Keluhan itu bukan tanpa dasar sebab tempat tinggalnya berdekatan dengan TPST Piyungan. Truk pengangkut sampah melintas di depan rumahnya jadi pemandangan sehari-hari.

"Selama ini kan air lindi mengalir sampai ke lahan persawahan milik. Akibatnya petani di sini gagal panen (lingkungannya tercemar)," ucap Kismadi, Kamis (12/5/2022).

Ia salah satu warga yang ikut berdiskusi dengan Pemprov DIY di Kompleks Kepatihan pada Rabu (11/5/2022). Ia menyebut, dari salah satu poin yang disepakati yakni warga kemudian meminta lindi diolah atau dibuatkan pipa.

Baca Juga: Akses TPST Piyungan Dibuka Setelah Tutup 5 Hari, Antrean Truk Mengular

Menurutnya, apabila air tidak diolah dengan benar bisa berdampak pada kesehatan warga sekitar. Ia mengaku kerap mengalami sesak napas

"Sebenarnya (air lindi) mengganggu kesehatan masyarakat di sini tapi bingung. Yang dirasakan itu sering mengalami sesak napas."

"Saya pernah merasakan sesak napas karena bau lindi itu, belum lama ini kok sesak napasnya," terangnya.

Lanjut Kismadi, truk pengangkut tanah untuk penimbunan di TPST Piyungan menyebabkan debu beterbangan, sehingga turut mengganggu pernapasan, terlebih di rumahnya ada anak kecil.

"Setiap hari saya menyirami halaman depan rumah saya karena ada debu dari proyek penimbunan TPST. Tanah yang dibawa pakai truk itu debunya terbang kemana-mana," katanya.

Baca Juga: Fakta-fakta Penutupan TPST Piyungan, Sampah sampai Menumpuk di Sejumlah Depo

Kondisi tersebut bisa semakin parah ketika terkena sinar matahari di mana debunya akan masuk ke rumah.

"Ini sangat mengganggu pernapasan, saya khawatir anak-anak ini saluran pernapasannya terganggu," tambahnya.

Karena itu, dia berharap pembangunan pengolahan sampah di 2025 betul-betul bisa terealisasi. Dengan begitu, tidak ada lagi pembuangan sampah ke TPST Piyungan.

"Bagi saya untuk saat ini kan tidak mungkin ditutup permanen. Yang pasti tahun 2025 itu sudah dipastikan jadi bangun pabrik (pengolahan sampah)," ujarnya.

Load More