SuaraJogja.id - Kericuhan warnai eksekusi bangunan dan lahan di kawasan Jalan Raya Jentir-Sukoharjo, Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Ngawen yang dilakukan Pengadilan Negeri Wonosari Gunungkidul, Kamis (16/6/2022).
Eksekusi dilakukan terhadap bangunan milik Eko Haryanto, pengusaha otobus (PO) Rista Jati. Lahan dan bangunan terpaksa dieksekusi karena sudah ada pelelangan usai Eko tak mampu melunasi hutangnya.
Saat akan dilakukan eksekusi, belasan anggota keluarga sudah berjaga di bangunan tersebut sejak pagi. Pukul 09.00 WIB petugas masuk ke area bangunan. Di dalam area bangunan nampak terparkir 3 bus pariwisata, sebuah truk dan dua mobil pick up serta beberapa sepeda motor.
Puluhan personil gabungan bersenjata lengkap mengawal proses pengosongan lahan ini yang berada di perbatasan Gunungkidul-Klaten yaitu di pintu gerbang pintu masuk Gunungkidul. Dalam eksekusi ini, pihak Eko Haryanto nampak tidak bersedia mengosongkan lahan.
Juru sita Pengadilan Negeri Wonosari sempat memberikan waktu kepada Eko untuk mengosongkan lahan dan bangunan miliknya setelah sempat membacakan putusan untuk pengosongan lahan. Namun waktu 30 menit berlalu belum ada pergerakan dari pemilik lahan.
Negosiasi terus dilakukan namun berlangsung cukup alot, istri Eko Haryanto Arini Wulandari berteriak menolak pengosongan lahan. Kericuhan sempat mewarnai proses eksekusi ini. Pemilik lahan bersikukuh tidak ingin mengosongkan lahannya.
Bahkan beberapa kali pemilik lahan bersama keluarga sampai menyandera mobil towing dan mengusir truk yang akan digunakan memindahkan barang. Ibu Eko Haryanto dan beberapa anggota keluarga lain ada yang masuk ke kolong truk.
Terlihat pihak pemilik lahan sempat memarahi sopir yang membawa mobil towing tersebut yang nampaknya saling kenal. Bahkan ada salah satu keluarga yang harus diamankan karena sempat menyerang petugas.
Eko Haryanto menuturkan, menolak eksekusi lahan tersebut karena ia sudah memiliki niat baik untuk melunasi hutangnya yang masih tersisa. Karena beberapa bulan lalu dia telah membayar cicilan sebesar Rp 36,5 juta ke pihak bank. Namun ia heran karena lahannya tetap dieksekusi.
Sebenarnya, lanjut dia, sudah berkali-kali mengajukan kredit ke Bank BTPN Pedan. Untuk yang pertama ia mengajukan kredit Rp150 juta dan mampu dilunasi. Kemudian mengajukan kembali Rp400 juta dan lunas. Terakhir Rp600 juta namun usaha dia mengalami pailit.
"Saya mengajukan restrukturisasi jadi Rp400 juta. Dan kemudian saya mencicilnya sisa Rp218 juta," jelas dia.
Namun setelah itu, ia memang mengalami kesulitan bayar nyaris 5 tahun. Kemudian, akhir tahun 2021 yang lalu tiba-tiba ada pemberitahuan jika 4 sertifikat yang dijadikan agunan akan dilelang oleh pihak Bank melalui KPKNL.
Karena akan dilelang, ia kemudian berusaha membayar cicilan. Karena usaha tengah lesu, Eko terpaksa menjual dua unit busnya secara rongsokan dan laku Rp36,5 juta. Uang hasil penjualan akan ia gunakan untuk membayar cicilan.
Ia lantas menghubungi pihak bank untuk menanyakan jika dia membayar Rp36,5 juta apakah akan mengurangi pokok hutang tersebut dan tidak dilakukan lelang. Saat itu oknum pihak bank mengatakan bisa menitip uang dan akan mengurangi pokok hutang.
"Karenanya saya langsung nitip ke oknum bank tersebut,"papar dia.
Tag
Berita Terkait
-
Wartawan Televisi Swasta Dianiaya Saat Liput Bentrok Eksekusi Lahan, Sudah Tunjukkan Identitas Tapi Tetap Dipukuli
-
Ricuh Eksekusi Lahan Berbas Pantai, 7 Pria Dipulangkan, Af Masih Ditahan Karena Alasan Bawa Sajam
-
Eksekusi Lahan di Kelurahan Berbas Pantai Makin Panas, 8 Orang Ditahan Kepolisian, Ini Nama-namanya
-
Ricuh! Eksekusi Lahan di Kabupaten Enrekang, Bakar Ban di Tengah Jalan, Polisi Dilempari Batu
Terpopuler
- 7 Sepatu New Balance Diskon 70 Persen di Sports Station, Mulai Rp100 Ribuan
- Petugas Haji Dibayar Berapa? Ini Kisaran Gaji dan Jadwal Rekrutmen 2026
- Liverpool Pecat Arne Slot, Giovanni van Bronckhorst Latih Timnas Indonesia?
- 5 Mobil Bekas Selevel Innova Budget Rp60 Jutaan untuk Keluarga Besar
- 5 Shio Paling Beruntung Besok 25 November 2025, Cuan Mengalir Deras
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Diminta Jangan Banyak Omon-omon, Janji Tak Tercapai Bisa Jadi Bumerang
-
Trofi Piala Dunia Hilang 7 Hari di Siang Bolong, Misteri 59 Tahun yang Tak Pernah Tuntas
-
16 Tahun Disimpan Rapat: Kisah Pilu RR Korban Pelecehan Seksual di Kantor PLN
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Makin Pedas
-
FIFA Atur Ulang Undian Piala Dunia 2026: 4 Tim Unggulan Dipastikan Tak Segrup
Terkini
-
Swiss-Belhotel Airport Yogyakarta Siapkan Berbagai Promo Spesial Sambut Tahun Baru 2026
-
BRI Dorong Pertumbuhan Inklusif lewat Penyaluran KUR kepada 3,2 juta Debitur UMKM
-
Wajib Izin! Nasib Juru Parkir Pasar Godean di Ujung Tanduk, Apa Untungnya?
-
Beyond ATM: Cara BRI Proteksi Uang Anda di Era Perbankan Digital
-
Kritik Tajam MPBI DIY: Pemerintah Disebut Pakai Rumus Upah yang Bikin Buruh Gagal Hidup Layak