Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Selasa, 21 Juni 2022 | 12:26 WIB
Pendiri OHANA sekaligus anggota Komite CRPD PBB Risnawati Utami - (Suara.com/Galih Fajar)

"Saya mengalami pengeroposan tulang di usia yang sangat muda kan, karena setiap hari lantai 4, lantai 3, paling minimal lantai 2. Itu yang membuat saya, bagaimanapun harus memperjuangkan aksesibilitas," jelasnya.

Tak cukup sampai di situ, setelah lulus kuliah, Risnawati sempat kesulitan mendapat pekerjaan karena persyaratan bagi pelamar mencakup sehat jasmani. Namun lagi-lagi, kesulitan justru makin membakar gairahnya untuk membantu sesama. Pada 1998, ia mulai aktif berkegiatan dengan aktivis penyandang disabilitas.

Kantor Perhimpunan OHANA milik Risnawati Utami - (Suara.com/Galih Fajar)

"Waktu itu kan ada pemilu, itu saya mulai melakukan aktivitas akses pemilu untuk penyandang disabilitas. Terus saya banyak menulis. Saya belajar jurnalistik juga. Saya menuliskan pengalaman saya, kemudian hambatan kelompok disabilitas di fasilitas umum, jadi saya belajar jurnalistik autodidak untuk menyuarakan hak-hak disabilitas yang masih mengalami diskriminasi," kata Risnawati.

Selama enam tahun Risnawati berkeja di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Dirinya kemudian mencari beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri hingga lolos seleksi kuliah S2 di Brandeis University di Boston, AS. Melanjutkan pendidikan sebelumnya, Risnawati memilih Global Health Policy and Management untuk jurusan kuliahnya.

Baca Juga: Kisah Risnawati dalam Memperjuangkan Hak Disabilitas (Bagian 2-Selesai)

Begitu meraih gelar master, tak lantas Risnawati merasa puas. Di Tanah Air, pada 2009 Risnawati menginiasi yayasan Roda untuk Kemanusiaan, yang terbentuk pada 2010. Lalu pada 2012 ia mendirikan organisasi penyandang disabilitas OHANA, di 2017 mengikuti seleksi CRPD, dan pada 2018 menjadi penyandang disabilitas pertama asal Indonesia yang terpilih sebagai anggota Komite HAM PBB.

Dibopong paspampres dan dicium pejabat

Selain karena pengalamannya malang melintang di aktivisme penyandang disabilitas, ada satu momen bagian dari tonggak perjuangan Risnawati yang membuat namanya diingat banyak orang, khususnya di kalangan pejuang hak disabilitas.

Pada sekitar 2013, Risnawati diundang Susilo Bambang Yudhoyo alias SBY, yang kala itu merupakan presiden RI, ke Istana Negara untuk membicarakan isu disabilitas sebagai bagian dari Agenda 2030. Berangkat dari Jogja ke jakarta seorang diri, sesampainya di Istana Negara, Risnawati mendapati tak ada akses bagi penyandang disabilitas seperti dirinya di istana. Akhirnya, ia dibopong oleh paspampres.

"Akhirnya harus diangkat oleh empat orang paspampres, dan saya juga bingung kenapa seperti ini ya? Gitu," ungkapnya.

Baca Juga: Liputan Khusus: Kisah Risnawati dan Perjuangan Hak Disabilitas (Part 1)

Di sana, semangat dan keberanian Risnawati pun membuat Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Indonesia Kuntoro Mangkusubroto takjub sampai-sampai ia mencium perempuan tangguh itu.

Load More