"Tapi setelah itu saya mendapat ciuman dari seorang pejabat waktu itu, Pak Kuntoro Mangkusubroto. Saya dicium beneran waktu itu. 'Saya boleh mencium pipinya ibu?' katanya. 'Baru kali ini saya mendengar seorang difabel yang menyuarakan haknya di Istana negara.' Dan saya dicium 'cup, cup' begitu, saking beliau itu mungkin surprised gitu ya. 'Kok ada orang yang begitu berani menyampaikan haknya. Saya sampai kaget loh saya salut sekali dengan mbak Risna,' katanya," kenang Risnawati.

"Kenapa saya menjadi anggota CRPD? Karena memang mungkin pemerintah banyak mengikuti pergerakan saya di Indonesia maupun di markas besar PBB, termasuk yang saya diangkat paspampres di Istana Negara itu, yang kemudian saya buka di forum PBB, 'Lah ini aja Istana Negara belum akses kan?'" tambahnya.
Misi Risnawati di CRPD
Di CRPD, Risnawati tak hanya memberikan advokasi bagi penyandang disabilitas di Indonesia, tetapi juga negara-negara lain yang melapor ke PBB.
Baca Juga: Kisah Risnawati dalam Memperjuangkan Hak Disabilitas (Bagian 2-Selesai)
"Misi saya memang ingin menyumbangkan pemikiran ya, terutama khusus dari negara-negara selatan karena negara selatan ini kan cukup challenging daripada negara utara, yang notabene kaya, makmur, sejahtera," tutur dia.

Salah satu yang menjadi fokus Risnawati adalah isu-isu ekonomi seperti soal inclusive labour markets, yang ternyata juga menjadi isu besar G-20. Dalam isu ketenagakerjaan, pengangguran kelompok disabilitas lebih tinggi daripada orang di luar kelompok ini. Sekalipun sudah bekerja, kata Risnawati, penyandang disabilitas masih harus menghadapi perlakuan diskriminatif, seperti tidak adanya aksesibilitas tempat kerja hingga akomodasi yang layak
"Seharusnya ada akomodasi yang layak disediakan seperti transportasi. Bayangkan kalau difabel kayak saya kerja di Jakarta, harus naik taksi tiap hari, gajinya habis," terang perempuan yang akrab disapa 'Risna' ini. "Akomodasi yang layak ini harus disediakan oleh negara, paling enggak kantor itu bisa menyediakan sopir dan mobil."
Sampai sekarang, Risnawati masih memiliki mimpi supaya aparat negara maupun penegak hukum paham tentang isu disabilitas, memiliki keberpihakan untuk kelompok disabilitas, sehingga Indonesia ini benar-benar bisa menjadi negara yang inklusif.
Pemenuhan hak disabilitas di Indonesia
Baca Juga: Liputan Khusus: Kisah Risnawati dan Perjuangan Hak Disabilitas (Part 1)
Tentu, lanjutnya, itu membutuhkan kerja jangka panjang dan advokasi. Membandingkan dengan AS, Risnawati menceritakan, saat kemah di suatu daerah pelosok di sana, segalanya aksesibel baginya. Di negara adidaya tersebut, seluruh kementerian terkoneksi untuk serius menangani isu disabilitas.
Berita Terkait
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
- 10 HP Midrange Terkencang Versi AnTuTu Maret 2025: Xiaomi Nomor 1, Dimensity Unggul
- 6 Rekomendasi Parfum Indomaret Wangi Mewah Harga Murah
- Pemutihan Pajak Kendaraan Jatim 2025 Kapan Dibuka? Jangan sampai Ketinggalan, Cek Jadwalnya!
Pilihan
-
Hasil BRI Liga 1: Comeback Sempurna, Persib Bandung Diambang Juara
-
RESMI! Stadion Bertuah Timnas Indonesia Ini Jadi Venue Piala AFF U-23 2025
-
Jenazah Anak Kami Tak Bisa Pulang: Jerit Keluarga Ikhwan Warga Bekasi yang Tewas di Kamboja
-
6 Rekomendasi HP Murah dengan NFC Terbaik April 2025, Praktis dan Multifungsi
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
Terkini
-
Kisah Udin Si Tukang Cukur di Bawah Beringin Alun-Alun Utara: Rezeki Tak Pernah Salah Alamat
-
Dari Batu Akik hingga Go Internasional: Kisah UMKM Perempuan Ini Dibantu BRI
-
Pertegas Gerakan Merdeka Sampah, Pemkot Jogja Bakal Siapkan Satu Gerobak Tiap RW
-
Lagi-lagi Lurah di Sleman Tersandung Kasus Mafia Tanah, Sri Sultan HB X Sebut Tak Pernah Beri Izin
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan